Punya Bocah Laki-Laki di Usia 12 Tahun? Orang Tua Perlu Waspadai Ini!
Orang tua kerap kesal saat bocah laki-laki yang biasanya manja kini lebih sering bersama dengan teman-temannya. Jangan marah dan kenali perasaan mereka!
Malang, SJP - Secara teori, seorang anak usia 12 tahun belum akan menjadi remaja hingga satu tahun ke depan.
Namun usia 12 tahun adalah saat transisi besar dimulai.
Anak-anak pada usia ini disebut praremaja atau remaja.
Dunia mereka semakin luas di setiap tingkatan baik fisik, mental, emosional dan sosial.
Remaja putra akan alami perubaha suara yang semakin berat, serta adanya rambut di beberapa bagian tubuh.
Pada usia 12 tahun, masa pubertas sering dimulai meski beberapa anak mungkin masih alami setahun berikutnya.
Jadi, orangtua perlu tahu bahwa si remaja ini perlu lebih rawat diri, terutama atas bau badan, percepatan pertumbuhan, dan munculnya kesadaran seksual.
Setiap anak berbeda, jadi jangan khawatir jika putra Anda sudah lebih atau kurang dewasa pada usia ini atau lebih tinggi atau lebih pendek dibandingkan teman-temannya.
Sejak pubertas, mereka lebih memperhatikan tubuhnya.
Mereka lebih fokus pada penampilan dan apa yang mereka kenakan.
Mereka juga mulai khawatir tentang apa yang dipikirkan anak-anak lain tentang mereka.
Hal ini dapat ubah cara mereka bersikap dan mengungkapkan kasih sayang kepada Anda, terutama di depan teman-temannya.
Emosi mereka naik turun dan sering kali berubah dari bahagia menjadi sedih, baik hati menjadi kasar, merasa pintar hingga merasa kurang percaya diri.
Mereka mungkin juga merasa lebih stres karena tugas sekolah yang lebih banyak.
Hal ini terjadi karena otak mereka kini mampu menangani pemikiran yang lebih kompleks.
Hal ini sejalan dengan bertambahnya kosa kata mereka.
Mereka lebih baik dalam mengungkapkan apa yang mereka rasakan dengan kata-kata yang bervariasi, yang mungkin orang tua anggap sebagai kata-kata tidak pantas.
Mereka mempertanyakan nilai-nilai keluarga mereka dan melihat batas antara benar dan salah melalui sudut pandang baru.
Orang tua harus sadar bahwa mereka ingin bertindak lebih seperti orang dewasa, namun mereka tidak memiliki pengalaman hidup setara orang dewasa.
Kehidupan sosial bagi mereka sangat penting dimana mereka ingin diterima.
Artinya, mereka ingin lebih mandiri serta lebih ‘percaya’ pada teman-temannya dibandingkan kepada orang tua.
Jadi, apa yang harus orang tua lakukan saat anak injak usia 12 tahun?
1. Pantau Penggunaan Media Sosial
Waspadai semua game online yang sering mereka mainkan, dari Roblox, Mobile Legend, Free Fire dan semacamnya.
Selalu pantau pengaturan privasi dan pastikan informasi pribadi tidak dibagikan kepada pemain game lain.
Anda harus menetapkan batasan jumlah penggunaan gadget mereka.
2. Tetap Terlibat
Meski tidak tampak, mereka masih butuh kasih sayang orang tua.
Mereka mungkin lebih sering marah-marah dan egois, sehingga bisa menimbulkan banyak reaksi, bukan tindakan positif, dari orang tua.
Namun mereka perlu tahu bahwa orangtua memandang mereka apa adanya, dan bahwa orang tua selalu dukung mereka saat mereka membutuhkan.
Meski terkadang mereka tidak terlihat butuh orang tua, tetaplah terlibat dalam kehidupan mereka.
3. Komunikasi
Jangan ragu bicara, bertanya, mendengar, dan jujur.
Semuanya penting jika terkait dengan diskusi seputar rokok, minuman keras, narkoba, dan seks.
Jangan ragu dan malu dan orang tua juga harus bisa yakinkan anak bahwa komunikasi terkait hal-hal tersebut bukanlah hal yang tabu.
4. Dukungan
Jika mereka tunjukkan minat pada olahraga atau hobi baru, beri dorongan.
Jika mereka punya upaya keras belajar atau berkarya, beri pujian.
Perjelas batasan dalam hal nilai, tugas, dan waktu main gadget.
Ketika terjadi konflik, contohkan argumen yang sehat dengan menghargai perasaan dan pendapat mereka.
Ingat, pubertas adalah masa perubahan suasana hati.
Wajar jika mereka merasa sedih, tapi hanya sebentar.
Terus pantau terus apa yang terjadi di sekolah dan kenali semua teman-teman mereka sekaligus orangtuanya.
Pantau terus nilai dan kinerja mereka sebelum rapor diterima karena nilai yang buruk dapat berarti apa saja, mulai dari ketidakmampuan belajar dan masalah perilaku hingga masalah kesehatan.
Ingatkan penggunaan media sosial, terutama saat mereka unjuk diri secara online.
Beri mereka pengetahuan bahwa jejak digital sangat penting di masa mendatang, terutama saat mereka beranjak dewasa dan mencari kerja. (**)
sumber: webmd
editor: trisukma
What's Your Reaction?