Petani Hadapi Penurunan Daya Beli, BPS Jatim Laporkan Tren NTP Terbaru
BPS Jatim melaporkan penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) Oktober 2024 sebesar -0,26 persen, meski harga gabah dan beras mengalami kenaikan di beberapa jenis kualitas.
SURABAYA, SJP - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur menggelar konferensi pers Berita Resmi Statistik (BRS), Jumat (1/11/2024). BPS menyampaikan data terbaru terkait Nilai Tukar Petani (NTP) hingga perkembangan harga gabah dan beras untuk Oktober 2024.
NTP sendiri merupakan perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani. Data itu digunakan sebagai indikator untuk melihat daya beli petani di pedesaan dan daya tukar ptoduk pertanian.
Kepala BPS Jatim, Zulkipli merinci tren penurunan NTP yang berpotensi memberikan dampak signifikan bagi sektor pertanian. Pada Oktober 2024, NTP Jatim mengalami penurunan sebesar -0,26 persen dibandingkan September 2024.
Penurunan itu dipengaruhi oleh beberapa subsektor, seperti tanaman pangan yang turun -1,03 persen. Kemudian di sektor peternakan turun -0,35 persen. Sedangkan di sektor tanaman perkebunan rakyat mengalami penurunan -0,28 persen.
"Di sisi lain, subsektor hortikultura dan perikanan justru mengalami kenaikan masing-masing sebesar 3,73 persen dan 0,39 persen," terang Zulkipli, Jumat (1/11/2024).
Diungkapkannya, dari lima provinsi di Pulau Jawa yang melakukan penghitungan NTP pada bulan Oktober 2024, ada tiga provinsi yang mengalami penurunan NTP, termasuk Jawa Timur. Dua provinsi diketahui mengalami kenaikan NTP.
Penurunan NTP terdalam terjadi di Provinsi Jawa Barat, sebesar 0,64 persen. Diikuti Provinsi Jawa Timur sebesar 0,26 persen dan Jawa Tengah sebesar 0,23 persen. Sedangkan provinsi yang mengalami kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Banten sebesar 0,35 persen, diikuti Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 0,27 persen.
Selain data NTP, BPS juga mengungkapkan pergerakan harga gabah dan beras di tingkat petani. Harga gabah kering panen (GKP) tercatat naik 0,55 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara gabah kering giling (GKG) turun sebesar -0,33 persen.
"Jadi di Oktober 2024, harga rata-rata GKP di tingkat petani sebesar Rp6.627 per kilogram, atau naik sebesar 0,55 persen dibandingkan September 2024. Sedangkan di tingkat penggilingan sebesar Rp6.768 per kilogram atau naik 0,72 persen," beber Zulkipli.
Tren itu berlanjut pada harga beras di tingkat penggilingan, dengan kenaikan pada beras kualitas premium sebesar 0,65 persen dan medium naik 0,20 persen. Sedangkan untuk kualitas rendah mengalami penurunan -0,78 persen.
"Rata-rata harga beras kualitas premium di penggilingan sebesar Rp12.934 per kilogram, naik 0,65 persen dibandingkan bulan sebelumnya," sebut Zulkipli.
"Sedangkan harga beras kualitas medium di penggilingan ada di angka Rp12.248 per kilogram atau naik sebesar 0,20 persen," pungkasnya.
Dalam konferensi pers BRS tersebut, BPS Jatim juga memaparkan perkembangan di sektor lain, seperti perkembangan inflasi, ekspor dan impor, pariwisata hingga luas panen dan produksi padi di Provinsi Jawa Timur. (*)
Editor: Ali Wafa
What's Your Reaction?