Nobar Dirty Vote di UWKMS, Sutradara Anggap Keberhasilan Film Bukan Dilihat Dari Hasil Pemilu 2024

Dirty Vote publik semakin merasa dekat dengan hasil Pemilu, bahkan peserta Pemilu juga menjadi sadar dan merasa ada sesuatu yang perlu di kritisi dari sistem yang sedang berjalan.

21 Feb 2024 - 21:15
Nobar Dirty Vote di UWKMS, Sutradara Anggap Keberhasilan Film Bukan Dilihat Dari Hasil Pemilu 2024
Sutradara Dandhy Dwi Laksono dan Aktor Bung Feri Amsari pasca kegiatan nonton bareng Film Dirty Vote di UWKMS (Ryan/SJP)

Surabaya, SJP - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Surabaya gelar kegiatan nonton bareng film "Dirty Vote" di Universitas Katolik Widya Mandala (UKWM) Surabaya, yang juga dihadiri langsung oleh sutradara Dandhy Dwi Laksono dan Bung Feri Amsari yang jadi salah satu aktor dalam film Dirty Vote.

Dalam acara itu, Dandhy sempat disinggung mengenai tanggapan perihal keberhasilan film tersebut, ia secara tegas menjawab bahwa keberhasilan itu lebih atau bahkan bukan dilihat dari hasil Pemilu 2024.

"Ya film ini mau dibilang berhasil tergantung dari apa tafsirnya, tapi yang paling valid untuk menilai ya dari niat yang membuat film," ujar Dandhy di Auditorium Benediktus UWKMS Kampus Dinoyo, Rabu (21/2/2024).

Meski merasa aneh, Ia mengungkapkan bahwa silahkan saja jika ada pihak yang menafsirkan film Dirty Vote sebagai upaya untuk menggerus suara salah satu Paslon, dan Paslon tersebut malah meraup suara mayoritas.

Baginya, dengan banyaknya orang yang membicarakan, meliput dan mempertontonkan film Dirty Vote hingga terus menerus setiap hari, bahkan ada 35 kota yang ingin mendiskusikannya sudah menunjukkan hasil yang positif.

"Itu menunjukan bahwa film ini memang bukan bersifat elektroral untuk 14 Februari saja, film ini melampaui itu semua," ujar Dandhy.

"Film ini engga ada urusan dengan hasil quick count dan real count dari KPU," imbuhnya.

Ia yakin dengan adanya Dirty Vote publik semakin merasa dekat dengan hasil Pemilu, bahkan peserta Pemilu juga menjadi sadar dan merasa ada sesuatu yang perlu di kritisi dari sistem yang sedang berjalan.

"Film ini menambahkan rasa percaya diri bagi publik untuk berfikir bahwa hasil KPU tetap bisa dipersoalkan dan dipertanggungjawabkan, juga bisa diaudit agar masyarakat tidak pasrah begitu saja kepada negara dan penyelenggara," tuturnya.

Dandhy mengungkapkan bahwa jika dilhat dari sisi tersebut, ia sangatkah senang karena bisa memberikan kekuatan dan energi baru bagi masyarakat untuk tetap kritis dalam proses pemilu dan lebih jauh dalam proses politik bernegara.

"Jangan-jangan kalau tidak ada film ini masyarakat menganggap hasil real count KPU sebagai takdir, Jangan-jangan kalau tidak ada film ini partai politik tidak malu-malu masuk istana untuk minta jatah Menteri, sekarang mereka akan berfikir 2 kali," tandasnya.

Sementara itu, Dr. Aloysius Widyawan Louis, Lic.Phil., atau Romo Widya selaku Dekan Fakultas Filsafat UWKMS menjelaskan bahwa pemilihan UWKMS sebagai lokasi nobar adakah karena kedekatan pihaknya dengan teman-teman AJI.

"Saya engga tahu persis kenapa UKWMS yang dipilih, tapi ini kerja teman-teman AJI dan kami sudah sering berkolaborasi, seperti melakukan pelatihan jurnalistik dan lainnya," jelasnya.

Dirinya sempat mengatakan dalam closing statement kegiatan tersebut bahwa pihaknya dihubungi dan ditanyai apakah dirinya siap jika didatangai oleh pihak Intelijen.

"Kita tidak bikin salah ya kita tidak takut, terlebih disini ada mimbar akademik yang harus dihormati dan kami memang tidak merasa melanggar apapun," ungkap Widya.

Meski begitu, dirinya menampilk jika ada intimidasi yang diarahkan kepada dirinya, menurut Widya jika memang ada pihak yang menanyakan berbagai hal sebelum kegiatan dimulai adalah sesuatu yang wajar dan sebatas untuk keamanan.

"Orang mungkin khawatir dan ragu bisa atau tidak mengatur berjalannya kegiatan, karena dari luar juga banyak yang datang dan itu wajar menurut saya, engga ada intimidasi," tegasnya.

Setelah berjalannya kegiatan tersebut, dirinya berharap ruang untuk ngobrol dan berdiskusi perihal hal-hal publik dan politik yang diluar kontestasi harus tetap dijaga, karena baginya itu perlu dan penting.

"Ini juga supaya para mahasiswa tidak hanya mengurusi besok kedepan mau jadi apa, tapi paling tidak tahu masyarakat dan banga kita itu mau diapakan," tutupnya. (*)

Editor: Rizqi Ardian 

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow