Kontroversi Yahya Zaini Jadi Ketua DPP Golkar, Publik Meledak soal Rekam Jejak Video Syur 2006
Penunjukan Yahya Zaini sebagai Ketua DPP Partai Golkar Bidang Organisasi menuai kecaman publik
Suarajatimpost.com - Penunjukan Yahya Zaini sebagai Ketua DPP Partai Golkar Bidang Organisasi menuai kecaman publik, mengingat rekam jejak kontroversialnya terkait video syur yang sempat menghebohkan pada 2006.
Meski telah lama berlalu, skandal tersebut kembali mencuat setelah Zaini dimasukkan dalam struktur kepengurusan Partai Golkar untuk periode 2024-2029 yang diumumkan Ketua Umum Bahlil Lahadalia pada Jumat (8/11/2024).
Zaini, yang sebelumnya juga menjabat posisi serupa, kini kembali dipercaya mengisi posisi strategis tersebut. Namun, penunjukannya memicu pro dan kontra, dengan banyak pihak mempertanyakan mengapa Partai Golkar memilih figur dengan rekam jejak kontroversial seperti Zaini.
Pada 2006, Zaini terlibat dalam skandal video syur bersama pedangdut Maria Eva, yang membuat heboh publik dan berujung pada penyelidikan polisi. Kasus itu kini kembali viral setelah nama Zaini muncul lagi di struktur kepengurusan partai. Beberapa netizen bahkan mengunggah cuplikan video tersebut, memicu kehebohan di media sosial, terutama di platform X (sebelumnya Twitter).
"Kenapa orang seperti ini masih dipakai di partai? Apa tidak ada politisi lain yang lebih berintegritas?" cuit @lvcookisncr***, salah satu netizen yang merasa kecewa.
Sementara itu, netizen lainnya, @yanny130***, menilai bahwa Zaini seharusnya tidak lagi diberi kesempatan di dunia politik. "Dia sudah bikin kasus besar, tapi masih dipakai. Seharusnya dia tidak boleh lagi mencalonkan diri atau menduduki jabatan politik," tulisnya.
Beberapa komentar lain bahkan menyindir bahwa Indonesia adalah negara yang terlalu mudah memaafkan, terutama dalam kasus-kasus skandal seperti ini. "Indonesia tidak mengenal cancel culture," tulis @skyundoc***.
Kontroversi ini menggugah pertanyaan lebih luas tentang standar integritas yang seharusnya diterapkan dalam pemilihan tokoh publik, terutama dalam partai politik besar seperti Golkar. Meskipun skandal tersebut terjadi lebih dari 18 tahun lalu, dampaknya masih terasa, terutama terkait dengan citra partai dan integritas para pemimpinnya. (**)
sumber: dari berbagai sumber
Editor: Ali Wafa
What's Your Reaction?