Sanggar Lidi Persembahkan "Grafito": Drama Klasik yang Hidupkan Cinta di Tengah Perbedaan

Sanggar Lidi Surabaya mempersembahkan Grafito, karya klasik Akhudiat, dalam Dharma Seni untuk Negeri VI, sebuah pementasan tentang cinta dan konflik lintas agama yang penuh makna.

11 Nov 2024 - 13:45
Sanggar Lidi Persembahkan "Grafito": Drama Klasik yang Hidupkan Cinta di Tengah Perbedaan
Para aktor Sanggar Lidi tengah berlatih intens untuk pementasan Grafito di Balai Pemuda Surabaya pada Selasa, (12/11/2024) (Dok. Sanggar Lidi Surabaya/SJP)

SURABAYA, SJP - Teater adalah panggung kehidupan yang tak pernah usang. Meski arus digital mengalir deras, teater tetap menawarkan pesona unik. Sebuah ruang di mana manusia, emosi, dan realita bertemu dalam gerakan, suara, dan tatapan yang tak terhalang layar. 

Kini, panggung teater Surabaya akan kembali berdenyut. Tepatnya di Balai Pemuda Surabaya, Selasa (12/11/2024) dengan pementasan Grafito. Sebuah karya monumental dari Maestro Teater Surabaya, Akhudiat oleh Sanggar Lidi Surabaya, dalam acara Dharma Seni untuk Negeri VI.

Melalui naskah yang ditulis pada tahun 1972 itu, Sanggar Lidi menghadirkan refleksi yang tetap relevan hingga kini. Memotret kisah cinta yang terhalang perbedaan agama dan budaya. Tidak hanya tentang cinta, namun juga menunjukkan tentang perbedaan dan pencarian makna di tengah kompleksitas realita sosial Indonesia.

Totenk MT Rusmawan, sang sutradara sekaligus adaptator pementasan menjelaskan, Grafito dihadirkan dengan penyesuaian-penyesuaian yang meleburkan karakter Sanggar Lidi dengan pesan asli yang terkandung dalam naskah besar pertama Akhudiat itu.
 
“Walaupun karya tahun 1972, karya Akhudiat tetap relevan memotret realitas sosial Indonesia. Dari konflik antar agama, sampai konflik yang menyertainya. Khususnya dalam menyikapi hubungan privat terkait perkawinan yang melibatkan dua insan berbeda agama,” tutur Totenk, Senin (11/11/2024).

Dia menambahkan, Sanggar Lidi melakukan pengayaan dalam bentuk pementasan dengan gaya surealis. Kesempatan itu memberikan ruang bagi penonton untuk menginterpretasi makna tersirat yang disampaikan.

Grafito menceritakan, romansa dua insan yang berbeda keyakinan. Limbo, seorang pemuda Katolik, dan Ayesha, seorang gadis muslim. Meski cinta mereka tulus, perbedaan keyakinan menjadi tembok yang sulit diterobos.

Dalam naskah yang ditulis dalam satu babak dengan dua puluh adegan itu, Akhudiat dengan indah menggambarkan cinta yang penuh rintangan, tanpa menghilangkan unsur keindahan dan kejujuran cinta itu sendiri. 

"Akhudiat telah memberi ruang yang luas, agar dalam pengalihan ke panggung, banyak misteri bisa disuguhkan melalui pengadegan-pengadegan surealis. Sehingga penonton diajak terlibat dalam interpretasi,” jelas Totenk lebih lanjut.

Pementasan itu juga melibatkan karakter-karakter simbolis yang mencerminkan budaya dan religi Jawa. Seperti kiai, pastor, Dewi Ratih, kamajaya, dan pawang. Mereka hadir sebagai representasi kekuatan cinta dan harmoni, serta sebagai penjaga nilai-nilai kebijaksanaan di tengah perbedaan. 

Dengan menghadirkan simbolisme budaya, Totenk berharap pesan tentang keharmonisan antaragama bisa tersampaikan. Sekaligus memberi penghormatan kepada kekayaan tradisi Jawa yang kerap muncul dalam karya-karya Akhudiat.

Sanggar Lidi melibatkan 29 aktor dalam pementasan itu. Termasuk aktor teater, mahasiswa, guru, bahkan anak-anak taman kanak-kanak (TK). Kehadiran para debutan dari berbagai latar belakang itu diharapkan mampu menambahkan energi dan perspektif baru pada naskah klasik itu. 

“Kami akan mengemas Grafito dengan dialog yang kritis dan reflektif untuk menggambarkan misteri kehidupan dan bagaimana manusia serta masyarakat memaknai cinta,” tegas Alumni Bengkel Teater Rendra itu.

Musik juga menjadi elemen penting dalam pementasan Grafito. Dengan Ndimas Narko dan Bupala sebagai penata musik yang berkolaborasi menciptakan suasana emosional yang mendalam. Musik dalam teater itu tidak hanya sebagai pelengkap, tetapi juga medium lain yang memperkuat pesan-pesan dalam setiap adegan.

Acara Dharma Seni untuk Negeri VI bersama Sanggar Lidi Surabaya itu juga menjadi penghormatan terhadap sosok Akhudiat yang telah mendedikasikan hidupnya selama lebih dari 75 tahun dalam dunia teater dan sastra. 

Akhudiat yang wafat pada 7 Agustus 2021, meninggalkan warisan besar dalam seni teater Indonesia. Lewat pementasan Grafito, karya dan dedikasinya dihidupkan kembali di tengah generasi baru.

Pentas Teater Grafito itu akan diselenggarakan pada Selasa 12 November 2024. Tepatnya dimulai pukul 19.00 WIB di Gedung Balai Pemuda Surabaya. Sedangkan untuk pembelian tiket bisa dibeli langsung di lokasi, maupun dipesan melalui situs resmi cakrawalakata.com. (*)

Editor: Ali Wafa

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow