Kasus DBD Meningkat, Direktur RSUD Jombang Beberkan Langkah Penanganan Dini
Direktur RSUD Jombang DR. dr Ma'murotus Sa'diyah MKes atau akrab disapa Ning Eyik membeberkan langkah untuk mengenali gejala Demam Berdarah (DBD) dan penanganan dini yang diperlukan.
Kabupaten Jombang, SJP - Direktur RSUD Jombang DR. dr Ma'murotus Sa'diyah MKes atau akrab disapa Ning Eyik, membeberkan langkah untuk mengenali gejala Demam Berdarah (DBD) dan penanganan dini yang diperlukan.
Sebanyak 5 orang pasien meninggal karena DBD di RSUD Jombang dalam kondisi DSS (Dengue Shock Syndrome) atau gejala demam sudah masuk hari kelima.
Proses terjadinya DSS bisa terjadi saat demam pada DBD yang umum selama 2 sampai 7 hari dan menurun setelah itu. Ning Eyik mewanti justru puncak kritis penderita DBD terjadi pada fase ini.
"Komplikasi paling banyak terjadi pada hari ke-3 dan 4 sejak hari pertama sakit. Nah, pasien yang meninggal tersebut kondisinya seperti itu saat dibawa ke RSUD Jombang. Mereka meninggal saat dirawat," kata Ning Eyik kepada wartawan, Selasa (27/2/2024).
Menurut Ning Eyik, tanda dari kondisi DSS terjadi kenaikan panas pada hari ketiga dan keempat pasien terinfeksi virus Dengue.
"Tanda shock, keringat dingin, dehidrasi atau kekurangan cairan, tekanan darah turun, nadinya turun," ungkapnya.
Jika anak atau orang dewasa mengalami panas tinggi dan rasa pusing di bagian kepala seputaran dahi, segera lakukan penanganan dengan memberi cairan yang banyak.
"Memperbanyak minum, terutama minum susu untuk mencegah terjadinya DSS, setelah itu pasien dipastikan untuk mendapat perawatan dokter, dan meminta diperiksa laboratorium," bebernya.
Ning Eyik juga meminta semua pihak untuk melakukan upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dari kemungkinan tempat berkembangnya jentik nyamuk Aedes aegypti dan segera membawa pasien ke dokter atau sarana kesehetan jika menemukan gejala panas tinggi disertai pusing hebat di kepala. (*)
Editor: Rizqi Ardian
What's Your Reaction?