Karena Cuaca, Produksi Garam di Probolinggo Diprediksi Merosot
Hingga bulan November, produksi baru mencapai 4.543,2 ton, jauh dari target yang ditetapkan. Penurunan ini disebabkan oleh anomali cuaca yang terjadi sepanjang tahun.
PROBOLINGGO, SJP - Produksi garam di Kabupaten Probolinggo diperkirakan akan tetap rendah hingga akhir tahun ini.
Hingga bulan November, produksi baru mencapai 4.543,2 ton, jauh dari target yang ditetapkan.
Penurunan ini disebabkan oleh anomali cuaca yang terjadi sepanjang tahun.
Hari Pur Sulistiyono, Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Perikanan Kabupaten Probolinggo, menjelaskan, produksi garam telah dilakukan di berbagai wilayah penghasil garam di kabupaten tersebut.
Beberapa desa yang menjadi sentra produksi meliputi Desa Randutatah di Kecamatan Paiton, Desa Asembagus, Patokan, Kalibuntu, Kebonagung, dan Sidopekso di Kecamatan Kraksaan.
Kemudian Desa Sukokerto dan Penambangan di Kecamatan Pajarakan, serta Desa Pajurangan, Pesisir, dan Klaseman di Kecamatan Gending. Namun, hasil produksi dari desa-desa ini masih tergolong rendah.
"Tahun ini terjadi anomali cuaca, musim kemarau datang terlambat dan terjadi kemarau basah. Hujan yang turun di musim kemarau menyebabkan produksi garam tidak optimal," ujar Hari Pur Sulistiyono pada Selasa (12/11/2024).
Dari target tahunan sebesar 14.190 ton, produksi hingga November baru mencapai 4.543,2 ton, yang berarti jauh dari harapan.
Jumlah produksi ini juga lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, di mana pada November 2023, produksi garam mencapai 8.470,71 ton.
Ketergantungan petambak garam terhadap kondisi musim menjadi perhatian Dinas Perikanan.
Setiap musim produksi, Dinas Perikanan rutin melakukan sosialisasi dan memberikan pendampingan kepada petambak agar produksi tetap berkesinambungan, meskipun hasilnya sangat bergantung pada cuaca.
Tambak garam yang tidak mengalami perluasan turut mempengaruhi rendahnya produksi.
Selain itu, para pemilik tambak juga mempertimbangkan aspek keuntungan. Ketika harga garam rendah, banyak petambak memilih untuk tidak memproduksi. Faktor ini menyebabkan luas lahan garam semakin berkurang.
Bahkan, beberapa pemilik tambak memilih mengalihfungsikan tambak garam mereka menjadi tambak untuk budidaya perikanan yang dianggap lebih menguntungkan.
"Banyak yang sudah menggunakan geomembran dengan harapan produksi garam meningkat. Namun, hasilnya belum sesuai harapan," tambahnya.
Atas hal ini, Dinas Perikanan Kabupaten Probolinggo perlu terus melakukan upaya untuk meningkatkan produksi garam. (*)
Editor : RIzqi Ardian
What's Your Reaction?