Jembatan Berusia 26 Tahun Roboh Dilumat Arus Sungai di Desa Kedunggempol Mojokerto

Menurut informasi dari warga setempat, peristiwa itu terjadi pada Senin (2/12/2024) malam. Akibat hujan deras, sehingga debit air sungai meningkat.

03 Dec 2024 - 09:01
Jembatan Berusia 26 Tahun Roboh Dilumat Arus Sungai di Desa Kedunggempol Mojokerto
Jembatan putus di Desa Kedunggempol, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto. (Syaiful/SJP)

MOJOKERTO, SJP - Jembatan di Dusun Kedungkudi, Desa Kedunggempol, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto terputus setelah digerus arus sungai.

Menurut informasi dari warga setempat, peristiwa itu terjadi pada Senin (2/12/2024) malam. Akibat hujan deras, sehingga debit air sungai meningkat.

Selama ini, jembatan itu dijadikan akses kendaraan roda dua. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut. 

Namun, rusaknya jembatan menyebabkan aktivitas warga terganggu. Sebab, jembatan tersebut merupakan jalur penghubung antardusun. 

Kepala Bidang (Kabid) Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mojokerto, Abdul Khakim membenarkan kejadian itu.

"Ya. Tadi malam kejadiannya," ujarnya, Selasa (3/12/2024). 

Dia menerangkan, peristiwa itu disebabkan arus air yang cukup deras dari arah Jombang. Hingga membuat jembatan penghubung antardusun itu putus. 

Pihaknya berjanji akan segera melakukan perbaikan bersama Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Mojokerto.

"Kita setelah ini akan melakukan asesmen bersama PUPR ," pungkasnya.

Kepala Desa (Kades) Kedunggempol, Ridwan menerangkan, jembatan penghubung antardusun itu telah berusia sekitar 26 tahun. Pertama dibangun pada tahun 1998.

"Dibangun tahun 1998. Waktu itu masih manual. Atasnya pakai sesek," katanya, Selasa (3/12/2024).

Kemudian pada tahun 2008, bagian atas jembatan direhabilitasi melalui program pemerintah. Saat itu, kegiatan rehabilitasi tersebut menelan biaya Rp80 juta.

Melalui rehabilitasi itu, yang semula permukaan jembatan menggunakan anyaman bambu, diganti dengan beton. Sementara bagian kaki jembatan tetap memakai bangunan lama.

"Pada tahun 2008, kami dapat bantuan Rp80 juta untuk atasnya ini," ungkap Ridwan.
 
Menurut dia, penyebab putusnya jembatan bukan hanya tingginya debit air sungai, melainkan juga karena banyaknya kotoran eceng gondok di bawah jembatan tua tersebut.

Atas peristiwa itu, Pemerintah Desa (Pemdes) Kedunggempol belum berani mengambil langkah apa pun, karena dianggap terlalu berisiko. 

"Langkah terdekat belum ada. Pihak desa tidak bisa mengambil keputusan karena berisiko," tandasnya. (*)

Editor: Ali Wafa

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow