Inkonsistensi Kalangan Muda Dalam Menghadapi Pemilu 2024
Hasil survei menunjukan bahwa pembagian Sembako berada di posisi tertinggi sebagai model kampanye yang diinginkan oleh kalangan pemilih muda Jawa Timur yakni di angka (39,4%) mengalahkan faktor lain seperti model pengajian (22,1%), cangkruan (14,3%), konser (10,8%) dan juga jalan sehat (10,4%).
Surabaya, SJP - Temuan mengejutkan dari hasil survei kepada kalangan muda (17-42 tahun) yang diadakan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, mengenai sikap kalangan muda yang tidak konsisten dan terkesan kontradiktif.
Temuan survei menunjukan bahwa meski isu korupsi kerap menjadi pertimbangan dan perhatian oleh kalangan pemilih muda, akan tetapi data survei Fisip UINSA juga menunjukan bahwa kalangan muda masih mengharapkan model kampanye dengan model pembagian sembako.
"Ini juga menjadi perdebatan bagi kami karena ternyata model kampanye maupun promosi yang diinginkan oleh kalangan pemilih muda adalah pembagian sembako yang mana ini tergolong pelanggaran yakni sebagai wujud money politics," jelas H. Moh. Syaeful Bahar selaku Ketua Tim Peneliti survei Fisip UINSA Surabaya (4/10/2023).
Hasil survei menunjukan bahwa pembagian Sembako berada di posisi tertinggi sebagai model kampanye yang diinginkan oleh kalangan pemilih muda Jawa Timur yakni di angka (39,4%) mengalahkan faktor lain seperti model pengajian (22,1%), cangkruan (14,3%), konser (10,8%) dan juga jalan sehat (10,4%).
"Ada berbagai kemungkinan yang mempengaruhi, namun pendapat saya sendiri merasa money politik tidak hanya bersifat permissive di angkatan pemilih tua namun juga di kelangan anak muda," lanjut Bahar yang menganggap kalangan muda memang membolehkan tindak pembagian sembako.
Bahkan temuan survei Fisip UINSA Surabaya di sektor lain yaitu perihal media promosi yang paling menarik bagi pemilih di kalangan muda juga diisi oleh pembagian sembako di urutan pertama dengan perolehan (47,8%), mengalahkan iklan banner (18,2%), Iklan elektronik (17,7%) dll.
"Di situlah ada kesan inkonsistensi dimana dalam satu sisi kalangan muda yang kerap mengangkat isu korupsi sebagai isu yang harus segera diselesaikan, namun disisi lain mereka juga menyenangi bentuk pelanggaran lain seperti praktek money politics," tutur Bahar.
Kata permissive (serba membolehkan) dirasa cocok oleh Bahar, dikarenakan ada kemungkinan bahwa sebagian masyarakat Indonesia tidak menganggap atau tidak tahu menahu bahwa pembagian sembako sebenarnya juga merupakan bentuk pelanggaran. Bahar merasa hal tersebut dikarenakan literasi dari pemilih atau masyarakat Indonesia secara umum yang masih rendah.
"Ini merupakan tanggung jawab kita semua dan terutama bagi Fisip UINSA Surabaya yang memiliki tanggung jawab lebih karena kita tidak hanya lihai mengenai peta politik, namun juga harus lihai dalam menyelesaikan permasalah politik seperti ini," tutup Bahar.
Hasil survei bertajuk Persepsi, Perilaku dan Preferensi Pemilih Muda Provinsi Jawa Timur pada pemilu 2024 disampaikan dalam acara seminar dan rilis hasil survei yang diadakan pada Rabu, 4 Oktober 2023 di ruang Auditorium FISIP lt. 5 Kampus II UINSA Gunung anyar, JI. Dr. Ir. Soekarno Nomor 68 Surabaya.
What's Your Reaction?