Hati-Hati! 6 Ciri Ibu yang Bisa Jadi Mertua Toxic dan Merusak Hubungan Anak
Dalam situasi ini, tanpa disadari, ada perempuan yang bisa berubah menjadi mertua toxic—sosok yang menghambat hubungan anak mereka dengan pasangan.
Suarajatimpost.com - Menyaksikan anak tumbuh dewasa adalah pengalaman yang penuh kebanggaan dan emosi bagi seorang ibu. Namun, bagi sebagian ibu, momen anaknya mulai menjalin hubungan romantis bisa menjadi tantangan tersendiri. Tak jarang, hal ini memicu kecemasan, terutama saat harus menerima kenyataan bahwa anaknya akan menikah dan membangun kehidupan bersama orang lain. Dalam situasi ini, tanpa disadari, ada perempuan yang bisa berubah menjadi mertua toxic—sosok yang menghambat hubungan anak mereka dengan pasangan.
Lalu, apa saja tanda-tanda yang menunjukkan bahwa seorang perempuan berpotensi menjadi mertua toxic? Berikut adalah enam ciri yang perlu diperhatikan, yang dikutip dari Your Tango.
Tidak Bahagia dalam Pernikahannya
Pernikahan yang tidak bahagia bisa menjadi pemicu utama seorang ibu berpotensi menjadi mertua toxic. Menurut Janelle Marie, seorang content creator, ibu yang tidak puas dalam hubungan pernikahannya sering kali mengalihkan ketergantungan emosional kepada anak, terutama putranya. Ibu seperti ini akan merasa kesulitan untuk melepaskan anaknya yang sudah dewasa dan berusaha menghalangi anaknya membangun hubungan yang sehat dengan pasangannya. Perasaan ketergantungan ini akhirnya bisa menciptakan ketegangan dalam hubungan menantu dan mertua.
Menyayangi Anak Laki-Laki Lebih Dari Anak Perempuan
Perasaan sayang yang berlebihan pada anak laki-laki, dibandingkan dengan anak perempuan, sering kali menjadi tanda potensi seorang ibu menjadi mertua toxic. Meskipun hubungan dekat dengan anak laki-laki bukanlah masalah, ketergantungan berlebihan atau perlakuan istimewa bisa menimbulkan ketidakseimbangan. Seorang ibu yang memperlakukan putranya lebih istimewa, bahkan cenderung memandangnya lebih berharga daripada anak perempuan, bisa kesulitan menerima kenyataan bahwa sang putra akan memiliki kehidupan bersama orang lain.
Trauma dalam Hubungan dengan Mertuanya
Pengalaman masa lalu dalam hubungan dengan mertua juga dapat memengaruhi sikap seorang ibu terhadap pasangan anak-anaknya. Jika seorang ibu merasa diperlakukan buruk oleh mertuanya, ada kemungkinan besar ia akan mengulang pola yang sama terhadap menantu di kemudian hari. Tanpa menyadari dampaknya, sikap ini bisa menjadi cikal bakal hubungan yang buruk dengan pasangan anak-anaknya, bahkan bisa mengarah pada perilaku mertua yang toxic.
Kurang Refleksi Diri
Refleksi diri adalah kunci untuk menjadi pribadi yang lebih baik, termasuk dalam peran sebagai mertua. Ibu yang tidak memiliki kesadaran diri cenderung menolak kritik dan tidak berusaha memperbaiki sikapnya. Ketika diberi masukan atau kritik mengenai perlakuannya, ia lebih memilih untuk mengabaikannya dan merasa tidak ada yang salah dengan dirinya. Hal ini akan semakin memperburuk hubungan dengan menantu dan menjadikannya mertua toxic yang tidak mau berubah.
Suka Mengontrol Segala Sesuatu
Sifat mengontrol adalah ciri lain dari seorang mertua yang toxic. Ibu yang ingin segala sesuatunya berjalan sesuai keinginannya sering kali sulit menerima perbedaan, baik itu dalam hal keputusan hidup anak maupun pilihan pasangan. Ketika ibu tidak bisa melepaskan kendali, anak-anak merasa terjebak di antara kewajiban terhadap ibu dan komitmen terhadap pasangan. Kondisi ini memicu ketegangan dalam hubungan, karena ibu menjadi terlalu dominan dalam kehidupan anaknya.
Terlalu Terlibat dalam Kehidupan Anak
Perempuan yang terlalu terlibat dalam kehidupan anak-anaknya yang sudah dewasa berisiko menjadi mertua toxic. Mereka sering memberikan saran yang tidak diminta atau merasa tersinggung jika anaknya tidak mengikuti petunjuknya. Pola ini menunjukkan bahwa sang ibu belum memberi ruang yang cukup bagi anak untuk membangun kehidupan mandiri. Ketika ibu tidak bisa melepaskan anaknya untuk menjalani kehidupan sendiri, ini bisa menimbulkan masalah besar ketika anak-anak mereka menikah.
---
Menjadi mertua bukanlah peran yang mudah, dan setiap orang tentu berharap dapat menjalani hubungan yang harmonis dengan pasangan anak. Namun, dengan kesadaran diri yang lebih baik dan usaha untuk membangun hubungan yang sehat, ibu bisa menghindari potensi menjadi mertua toxic. Bagi para ibu yang sedang mempersiapkan diri untuk menyambut menantu, memahami tanda-tanda ini adalah langkah awal untuk menjaga hubungan keluarga tetap baik dan penuh kasih. (**)
sumber: popbela.com
Editor: Ali Wafa
What's Your Reaction?