Hasil Survei LSI Denny JA, Pasangan WaRsa Cenderung Unggul Dibanding Pasangan MuRah di Pilkada Jombang 2024
Hasil Survey LSI Denny JA menempatkan pasangan Calon Warsubi - Salmanudin Yazid (WaRsa) lebih unggul elektabilitasnya dari pada pasangan Mundjidah Wahab - Sumrambah (MuRah).
JOMBANG, SJP - Kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jombang 2024 menyuguhkan persaingan yang ketat. Terbaru, muncul rilis hasil survei dari lembaga penelitian Lingkar Survei Indonesia (LSI) Denny JA.
LSI Denny JA merilis sebuah hasil survei untuk dua pasangan calon (paslon) bupati dan wakil bupati Jombang. Paslon nomor urut 1, Mundjidah dan Sumrambah alias Paslon MuRah. Paslon nomor urut 2, Warsubi dan Salmanudin Yazid alias Paslon WaRsa.
Peneliti LSI Denny JA, Fadhli Fakhri Fauzan mengungkapkan, survei terbaru memperlihatkan elektabilitas Paslon WarSa di angka 60,O persen. Sementara Paslon MuRah berada di angka 22,5 persen. Namun, masih ada suara yang belum memutuskan atau merahasiakan pilihannya sebesar 17,5 persen.
Survei itu dilakukan pada tanggal 16-22 Oktober 2024, dengan menggunakan metodologi multi stage random sampling melalui wawancara tatap muka kepada 440 responden, dengan margin of error kurang lebih 4,8 persen.
"Pasangan MuRah tertinggal cukup jauh dengan selisih 37,5 persen dari pasangan WaRsa," ungkap Fadhli melalui sebuah pesan singkat, Rabu (30/10/2024).
Posisi itu semakin menempatkan pasangan incumbent menjadi tidak aman. Karena di sisa waktu kurang dari satu bulan sebelum pelaksanaan pemilihan, mereka masih tertinggal cukup jauh.
"Butuh upaya yang ekstra keras untuk bisa mengejar ketertinggalan," imbuhnya.
berdasar hasil riset LSI Denny JA, Paslon MuRah, sebagai pasangan petahana, tidak mampu mengkapitalisasi satu periode kepemimpinannya sebagai modal dasar meningkatkan elektabilitas.
Fadhli menilai, kuatnya elektabilitas Paslon WarSa tidak terlepas dari tingkat kesukaan pasangan ini yang tinggi, di angka 87,3 persen dibanding pasangan petahana di angka 82,9 persen.
"Bahkan ketidaksukaan terhadap pasangan petahana lebih tinggi di angka 9,9 persen, dibandingkan pasangan WaRsa di angka 3,5 persen," bebernya.
Rendahnya elektabilitas pasangan petahana juga didasari oleh tingkat kepuasaan terhadap kinerja mereka selama menjabat bupati dan wakil bupati. Angka kepuasannya, 66,6 persen untuk kinerja bupati dan 61,3 persen untuk wakil bupati. Sedangkan tingkat keberhasilan kinerja bupati di angka 64,3 persen dan wakil bupati 62,7 persen.
"Angka kepuasan dan keberhasilan incumbent setidaknya di angka 75 sampai 80 persen untuk bisa kembali terpilih di gelaran pilkada," terang Fadhli.
Angka kepuasan dan keberhasilan yang rendah itu menjadi penyebab tingkat menginginkan kembali petahana menjadi rendah. Hanya di angka 30,5 persen dibanding yang tidak menginginkan di angka 46,1 persen.
"Ini memang didasari bahwa masyarakat lebih melihat sosok personal, figur, atau ketokohan dari calon, ketimbang siapa partai pengusung dari pasangan calon tersebut," jelasnya.
Mayoritas masyarakat, atau tidaknya 84,3 persen, memilih calon bupati atau wakil bupati, terlepas dari partai apa yang mendukungnya. Atau hal itu dapat menjadi indikasi, bahwa konsolidasi partai ke akar rumput belum maksimal.
Masih ada waktu bagi pasangan MuRah untuk mengejar ketertinggalan. Namun, jika tidak ada strategi kampanye yang tepat, pasangan MuRah sebagai petahana akan sulit untuk mengejar ketertinggalan. Bahkan mungkin akan semakin lebar jarak elektabilitasnya.
Data tersebut juga memperlihatkan, bahwa banyak masyarakat yang pilihan partainya tidak selaras dengan dukungan partai kepada paslon bupati dan wakil bupatinya.
"Semisal PDIP dan Demokrat yang dukungan partainya ke pasangan MuRah, tetapi kebanyakan pemilih dari partai tersebut pilihannya ke pasangan WarSa," tutup Fadhli. (*)
Editor: Ali Wafa
What's Your Reaction?