Gencatan Senjata Lebanon Perang Berakhir, Warga Kembali ke Rumah tapi Hizbullah Tetap Awasi Israel
Kesepakatan gencatan senjata ini, yang difasilitasi oleh Amerika Serikat dan Prancis, memberikan kesempatan bagi warga Lebanon yang sebelumnya mengungsi untuk kembali ke rumah mereka yang hancur akibat pertempuran
Suarajatimpost.com - Gencatan senjata antara Israel dan milisi Hizbullah di Lebanon dimulai pada Rabu (27/11/2024), sebagai upaya untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung selama 14 bulan. Kesepakatan gencatan senjata ini, yang difasilitasi oleh Amerika Serikat dan Prancis, memberikan kesempatan bagi warga Lebanon yang sebelumnya mengungsi untuk kembali ke rumah mereka yang hancur akibat pertempuran.
Sejak gencatan senjata diberlakukan, iring-iringan mobil yang penuh dengan kasur, koper, dan perabotan lainnya mulai memasuki kota pelabuhan Tirus, menandakan kembalinya sekitar 1,4 juta orang yang sebelumnya mengungsi akibat konflik ini. Meskipun gencatan senjata dihormati, Hizbullah mengungkapkan bahwa para pejuangnya tetap bersenjata lengkap untuk mengawasi penarikan pasukan Israel dari wilayah Lebanon.
Gencatan senjata ini bertujuan untuk menghentikan konflik di perbatasan kedua negara yang telah merenggut lebih dari 3.700 nyawa. Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyebutnya sebagai titik harapan baru dalam konflik Timur Tengah yang telah berlangsung lama. Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi, menyambut baik gencatan senjata ini dan berharap akan berlanjut secara permanen.
Di Lebanon, beberapa mobil mengibarkan bendera nasional dan warga yang kembali ke rumah mereka terlihat berbagi tanda kemenangan, seperti yang terlihat pada Asya Atwi yang kembali ke rumahnya yang hancur di Desa Zibqin bersama suami dan anaknya.
"Yang penting adalah kami kembali, melawan keinginan Israel dan melawan keinginan semua musuh," ungkapnya.
Di sisi lain, Zahi Hijazi, seorang warga Lebanon yang berusia 67 tahun, kembali ke apartemennya di pinggiran selatan Beirut dan merasa hancur melihat tabungannya yang terbuang begitu saja. Sementara itu, warga Israel yang tinggal di perbatasan dengan Lebanon, seperti Asor Gal'it yang kembali ke kota Metula setelah 14 bulan, merasa cemas meski tetap mempercayakan keselamatan mereka pada tentara Israel. Amichay Biton, warga Israel lainnya, melihat kehancuran rumah orang tuanya di perbatasan dan menyebutnya sebagai "kehancuran total."
"Tidak ada apa-apa. Kehancuran total, itulah yang ada di sana," katanya.
Tentara Lebanon yang bertanggung jawab memastikan gencatan senjata tetap terjaga, mulai mengerahkan pasukan tambahan di selatan Sungai Litani, wilayah yang paling parah terkena serangan Israel. (**)
sumber: beritasatu.com
Editor: Ali Wafa
What's Your Reaction?