Gen-Z dan Transformasi Pembelajaran di Perguruan Tinggi
Dampak positif dari Gen-Z, jika kita bandingkan dengan generasi sebelumnya seperti Gen-X dan Gen-Y, Gen-Z memiliki karakter yang lebih kreatif, melek teknologi, peduli akan masalah sosial dan senang berekspresi baik di dunia maya maupun nyata. Gen-Z juga mampu dalam menerima perbedaan di sekitarnya baik itu suku, ras, agama, dan sebagainya.
Kota Malang, SJP - Bergulirnya waktu tentunya sangat mempengaruhi masing-masing generasi pada jamannya. Ada hal unik tentang karakter dari masing-masing generasi, baik generasi Silent (lahir 1928-1945), generasi Boomer (lahir 1946-1964), generasi X (lahir 1965-1980), generasi Y (lahir 1980-1995), hingga generasi Z (lahir 1995-2010) yang telah kita ketahui. Setiap generasi memiliki keunikan dan tantangan tersendiri dijamannya, baik dilihat dari prespektif kelebihan maupun kekurangannya.
Pada kali ini sangat menarik membahas Generasi Z yang terkait di lingkungan akademik perguruan tinggi. Generasi Z atau Gen-Z yang keren kita kenal dengan istilah generasi baru dan ada yang menyebut generasi tersebut sebagai generasi strawberry yang dalam pergulatannya di lingkungan akademik khususnya dalam perjuangannya dalam menyelesaikan perkuliahan atau tugas akhir memiliki tantangan tersendiri.
Kita tahu, Gen-Z merupakan generasi yang berada di saat teknologi terus dikembangkan dan begitu banyak model aplikasi yang muncul. Teknologi internet mulai berkembang pesat pada masanya Gen-Z, teknologi tersebut seperti Instagram, Facebook, Twitter, Youtube, dan banyak lagi teknologi yang terus bermunculan dimasanya.
Gen-Z sangat menikmati akan perkembangan tersebut, dalam mengenali Gen-Z Indonesia 1995-2010 (tirto,id) mengungungkapkan bahwa sekitar 90% Gen-Z mengakses lewat ponsel pintar dan rata-rata mengakses internet 3-5 jam/hari. Tentunya seiring dengan berjalannya waktu hal tersebut akan berdampak positif dan juga negatif terhadap karakter dan perilakunya.
Implikasi terhadap dunia akademik haruslah dicermati terutama mereka Gen-Z yang gagap teknologi, ini perlu perhatian sendiri untuk dibimbing dan didampingi yang diharapkan teknologi tidak dipegang oleh orang-orang yang salah, dan perlu diketahui kecenderungan Gen-Z yang menyukai hal-hal yang bersifat aplikatif dan menyenangkan dalam media sosial online.
Seperti salah satu yang pernah diteliti oleh Nielsen Digital Ad Ratings dari Kanada, menunjukan bahwa ada tantangan kesulitan menghadapi karakter Gen-Z yaitu dalam pengiklanan menyampaikan pesan terhadap Gen-Z. Dampak tersebut tentunya akan berkolerasi khususnya berpengaruh di dunia akademik bagi mereka yang sedang menempuh pada jenjang S1 (sarjana), S2 (magister), dan juga S3 (doktoral).
Supaya dapat diketahui bagi Gen-X dan Gen-Y, bahwa lahirnya zaman digital dan berkembang dengan pesat berada pada masanya Gen-Z. Kehidupan sosial mereka lebih banyak dihabiskan dengan memanfaatkan dunia maya, maka dari itulah pasti akan berdampak positif maupun berdampak negatif bagi Gen-Z.
Dampak positif dari Gen-Z, jika kita bandingkan dengan generasi sebelumnya seperti Gen-X dan Gen-Y, Gen-Z memiliki karakter yang lebih kreatif, melek teknologi, peduli akan masalah sosial dan senang berekspresi baik di dunia maya maupun nyata. Gen-Z juga mampu dalam menerima perbedaan di sekitarnya baik itu suku, ras, agama, dan sebagainya.
Sedangkan dalam lingkungan akademik terutama pada riset atau penelitian, dampak positif Gen-Z yaitu mereka memiliki akses yang mudah terhadap sumber informasi digital sehingga mereka dapat memperluas pengetahuan, dapat cepat mencari informasi, mengakses perpustakaan digital, dan mempelajari materi dari berbagai sumber online dengan mudah.
Selain itu Gen-Z juga lebih produktif dalam mengerjakan tugas-tugas akademik dan dengan menggunakan perangkat digital dalam menulis riset, menyajikan presentasi sehingga waktu lebih efisien. Banyak juga kreasi dan inovasi pengembangan pembelajaran yang digunakannya dengan memanfaatkan platform online, video conference, dan aplikasi digital.
Sedangkan dampak negatifnya antara lain kemampuan berpikir kritis menjadi salah satu tantangan yang cenderung menurun pada Gen-Z, hal ini disebabkan karena ketergantungan yang berlebihan pada kecanggihan teknologi sehingga mengurangi Gen-Z saat berpikir secara analitis dan kritis.
Hal lain disebabkan karena informasi yang didapat secara instan dan tanpa melakukan evaluasi yang mendalam terhadap sumber dan kredibilitas informasi. Hal serba instan sering dialami oleh Gen-Z yang mengakibatkan beberapa melakukan jalan pintas yang keliru untuk mencapai hasil yang cepat, contohnya plagiarisme dan kecurangan akademik.
Terkadang hal tersebut dilakukan karena kesengajaan atau tidak disengaja karena kurangnya informasi atau sosialisasi yang benar. Hal lain yang sering dialami Gen-Z yaitu kecanduan atau berlebihan dalam memanfaatkan teknologi yang berdampak menurunnya kemampuan interaksi, kebiasaan berinteraksi melalui perangkat digital yang berlebihan dapat mengurangi kemampuan Gen-Z dalam bersosialisasi secara langsung.
Mereka cenderung kurang terampil dalam berkomunikasi tatap muka dan membangun relasi interpersonal, hal ini dapat menjadi kendala bagi Gen-Z dalam lingkungan akademik yang menuntut kolaborasi dan interaksi yang efektif baik interaksi antara mahasiswa dengan mahasiswa, maupun interaksi antara mahasiswa dengan dosen pembimbingnya.
Pada dampak negatif tersebut Gen-Z ada yang terjebak dalam beberapa permasalahan, seperti kasus plagiarisme yang terjadi di salah satu Perguruan Tinggi Negeri dimana seorang mahasiswa ketahuan menyalin sebagian besar isi tugas akhir dari sumber online tanpa mencantumkan referensi yang benar.
Dampak dari permasalahan tersebut, yang bersangkutan mendapatkan sanksi akademik yaitu pembatalan tugas akhir dan skorsing selama satu semester. Pada kasus lain pernah terjadi penggunaan teknologi yang tidak tepat yang menimpa seorang mahasiswa S2 di salah satu program studi perguruan tinggi swasta dimana mahasiswa melakukan manipulasi data hasil eksperimen laboratoriumnya. Kejadian-kejadian tersebut yang perlu dicegah karena pasti akan sangat merugikan.
Bagaimana Gen-Z mengantisipasi supaya tidak terjadi kejadian yang merugikan? Dalam dampak positif dan negat ifitulah Gen-Z perlu untuk memahami tentang etika dalam perkuliahan khususnya penyelesaian tugas akhir atau riset. Etika tersebut antara lain yang pertama yaitu pemahaman akan Etika Akademik, hal ini penting bagi Gen-Z untuk memahami konsep-konsep etika akademik seperti plagiarisme, kejujuran ilmiah, dan etika penelitian. Pemahaman tersebut dapat Gen-Z peroleh dari pelatihan atau pembahasan di dalam perkuliahan.
Kedua yaitu Etika Integritas Akademik, Gen-Z sangat perlu menanamkan integritas akademik yang kuat dalam diri mereka seperti dalam menyajikan karya ilmiah yang orisinil dan bertanggungjawab atas hasil penelitiannya.
Ketiga Etika dalam Komunikasi yang terbuka dengan dosen pembimbingnya, Gen-Z harus bisa membangun komunikasi yang terbuka dan jujur dengan dosen pebimbingnya, hal ini akan membantu mereka dalam mendapatkan bimbingan yang tepat.
Keempat Etika akan Kebijakan Institusi, Gen-Z perlu memahami dengan baik kebijakan-kebijakan institusi terkait etika akademik yang khususnya kebijakan dalam menjalankan dan menyelesaikan tugas akhirnya, sehingga hal ini dapat membantu mereka dalam mengambil keputusan yang sesuai dengan aturan yang berlaku.
Kelima yaitu Etika keterampilan berpikir kritis, kemampuan berpikir kritis ini akan sangat membantu Gen-Z dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan menyelesaikan permasalahan dalam penulisan tugas ahir. Jika Gen-Z dapat memahami aspek-aspek etika akademik tersebut sangat memungkinkan Gen-Z akan dapat menghadapi dan menyelesaikan perkuliahan dan tugas akhir dengan baik.
Kolaborasi dari dampak positif Gen-Z dalam perkembangan teknologi dengan pemahaman etika akademik tentunya akan membangun karakter Gen-Z yang kuat dan akan menjadi modal bagus dalam membuka peluang-peluang atau terobosan baru Gen-Z yang unggul dan kompetitif baik dalam mendapatkan peluang kerja, karir, dan bahkan dalam menciptakan lapangan kerja baru.
Menanamkan serta memiliki karakter yang ber-etika dalam lingkungan akademik tentunya juga akan diharapkan bagi pemangku kepentingan di perguruan tinggi. Hal ini akan menciptakan energi positif di seluruh sivitas akademika perguruan tinggi, sehingga input dan output akan sejalan dengan visi dan misi perguruan tinggi tersebut.
Dengan tumbuhnya kekuatan budaya yang baik bagi Gen-Z tentunya akan menularkan budaya positif pada generasi berikutnya yaitu Generasi Alpha (Gen-A). (0)
Penulis : Danang Murdiyanto, S.T., M.T. (Dosen Program Studi Teknik Mesin Unika Widya Karya & Mahasiswa Program Doktor Fisika Universitas Brawijaya)
Disclaimer: Segala isi di rubrik OPINI, baik berupa teks, foto, maupun gambar merupakan pendapat pribadi penulis dan segala konsekuensi bukan menjadi tanggung jawab redaksi
What's Your Reaction?