Gelaran Festival Kampung Cempluk Sukses, Namun Ada Catatan
Sukses di gelar selama sepekan, gelaran Festival Kampung Cempluk sudah menjadi ikon bagi warga setempat khususnya warga Desa Kalisongo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Namun tentunya banyak poin plus minus pendapat tentang gelaran tersebut.
Kabupaten Malang, SJP - Mengusung tema tradisional sebagaimana tahun lalu, festival Kampung Cempluk ke-13 di Desa Kalisongo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang sukses dilaksanakan hingga berakhir hari ini sesuai jadwal yang sudah di sepakati kepanitian.
Berbagai pertunjukan seni dan kebudayaan, dalam festival kali ini hingga keberadaan jajanan pasar tradisional yang dijual oleh warga Desa Kalisongo dan luar daerah yang disediakan menjadikan Kampung Cempluk cenderung tampak seperti festival jajanan.
Hal tersebut di katakan pegiat seni asal desa setempat yakni Priyo Sunanto, bahwa yang ia rasakan di kampung Cempluk tersebut di rasa sudah banyak keluar dari esensi pagelaran, Sabtu (23/9/2023).
Festival yang terinisiasi sejak 20 tahun lalu tersebut sudah banyak mengalami perubahan, hal tersebut tegas ia katakan sebagai catatan agar para generasi muda tak melupakan sejarah kampung cempluk sebenarnya.
"Saya katakan demikian karena Festival Kampung Cempluk dulu tidak seperti ini, banyak para seniman berkumpul, budayawan, dan konsep yang sebenarnya jauh dari kata 'kampung cempluk' itu sendiri," kata pria yang sibuk dengan membuat karya ukiran dari berbagai bahan untuk karnaval dan even tersebut.
Kepada suarajatimpost.com ia mengatakan, dahulu awal Kampung Cempluk ada seniman sekelas Anto Baret pernah hadir, dan Iwan Fals hampir menjadi bintang tamu.
Ia juga menerangkan bahwa esensi Kampung Cempluk dalam teknisnya, para warga yang dilalui oleh akses jalan pagelaran harus mematikan lampu dan hanya pijar lampu cempluk yang diperbolehkan menyala.
"Dulu itu sampai PLN memberikan support kepada kami karena selama seminggu acara digelar warga mematikan lampu di rumahnya," tandasnya.
Dalam wawancara ia menjelaskan bahwa pihak PLN kala itu membantu dalam bentuk support penerangan panggung dan soundsystem secara gratis sebab warga Kalisongo dianggap sudah menghemat energi listrik selama sepekan Kampung Cempluk digelar.
Koreksinya tak hanya itu, banyak pemandangan jajanan modern yang dijual, meski berdampingan dengan aneka jajan tradisional seperti lupis, cenil, ketan, kue putu masih ada namun sedikit.
Dalam kaitannya dengan konsep awal bahwa Festival Kampung Cempluk yakni pelestarian kebudayaan tradisional mulai dari kesenian tradisi hingga sajian kuliner tradisional sudah semestinya menjadi sebuah hal wajib bagi para peserta festival mengedepankan sisi tersebut terlebih dahulu.
Priyo berharap generasi muda yang memang sudah seharusnya meneruskan budaya Kampung Cempluk tetap solid dan berbenah dalam menyongsong kemajuan jaman.
Tak lupa ia berpesan agar mendatang, Kampung Cempluk tetap eksis sebagai ikon Desa Kalisongo dengan tetap mengusung budaya setempat dengan tidak mengubah esensi yang sudah ada sejak dulu. (*)
Editor : Queen Ve
What's Your Reaction?