Gandeng Maestro, UIN Khas Jember Hidupkan Kembali Tradisi Lama
Kegiatan Mamaca Pole di dukung oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI Jawa Timur dalam program Bantuan Fasilitasi Kebudayaan Tahun 2024.
Kabupaten Jember, SJP- Tradisi Mamaca sebagai kesenian yang hampir punah di Jember akhirnya diangkat kembali ke permukaan.
Salah satu upaya yaitu diperkenalkan kepada generasi muda dalam tema kegiatan Mamaca Pole yaitu Melantunkan Kembali teks Kuno dalam Manuskrip Macapat Kabupaten Jember.
Kegiatan Mamaca Pole di dukung oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI Jawa Timur dalam program Bantuan Fasilitasi Kebudayaan Tahun 2024.
Serangkaian kegiatan ini terdiri dari kelas mamaca yang di ajarkan langsung Maestro mamaca Pak Sukarso selama dua hari.
Kegiatan ini dihadiri dari berbagai elemen masyarakat baik dari masyarakat umum, mahasiswa, akademisi, Komunitas Kulit Pohon, Peace Leader Indonesia, dan pelaku budaya lainnya.
Kegiatan dilaksanakan di Kantor Desa Glagahwero Kecamatan Kalisat tersebut disambut antusias.
Dalam sambutan Kepala Desa Abdul Halim dulunya kesenian mamaca atau macapat di Desa Glagahwero jumlahnya banyak sekali namun saat ini yang tersisa hanya kelompok mamaca Bapak Sukarso.
“Kegiatan Mamaca Pole yang dilaksanakan di Desa Glagahawero oleh saudara Jergian bersama teman-teman Komunitas Kulit Pohon mengajak kita kembali ke era tahun 1960 dan 1980-an bagaimana mamaca atau macapat dulu sangat sering kita dengarkan bahkan bagi saya dulu yang mendengarnya merasa takut karena di baca saat malam hari sampai pagi hari” katanya, Minggu 28 Juli 2024.
Dalam kesempatan yang sama Jergian Jodi seorang filosof Jember sekaligus Penerima Bantuan Pemerintah Fasilitasi Kebudayaan dalam sambutannya menyampaikan bahwa manuskrip yang di baca dalam kegiatan mamaca pole adalah Hikayat Sawunggaling yang berisi tentang semangat perlawanan Untung Surapati saat melawan kompeni.
“Terdapat beberapa lokasi kesenian mamaca yang ada di Jember tetapi yang masih hidup dan sudah berlangsung hampir satu abad secara turun temurun ada di Desa Glagahwero Kecamatan Kalisat, hal ini menjadi penting untuk memperkenalkan kepada khalayak umum dan menjadi kebanggan masyarakat setempat karena warisan budaya dan maestro pelaku kesenian mamaca masih aktif hingga saat ini dalam rutinan arisannya. Meskipun tantangan yang paling berat adalah regenerasi untuk masa depan.” ungkap Jergian
Dosen Filologi Ahmad Hanafi dan Dosen Sastra Arab Ahmad Badrus Sholihin Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember sebagai narasumber pada kegiatan sarasehan
“Sejarah Lokal dalam Manuskrip Kabupaten Jember” menegaskan pentingnya kita merawat manuskrip kuno yang ada di sekitar kita. Banyak sekali aksara-aksara di Nusantara seperti aksara incung, basemah, jawa, jawi, pegon, bali, lontara, dll," ungkap Badrus Sholihin. "Sehingga nenek moyang kita yang dianggap buta aksara ataupun buta huruf dapat dibantahkan dengan bukti dari manuskrip itu sendiri."
"Selain itu dari kegiatan "mamaca pole" Kita dapat melihat corak islam abad 18, 19, dan 20 di Timur Jawa, dari tinggalan manuskrip kita dapat melihat sepenggal puzzle sejarah bagaimana islam di masa lalu terutama di kawasan Timur Jawa," jelasnya.
Ia katakan kegiatan mamaca pole ini menjadi penting bagi untuk ditelaah lebih dalam bahwa dulunya mamaca juga digunakan sebagai media dakwah untuk meyebarkan agama islam dengan kesenian.(*)
Editor: Tri Sukma
What's Your Reaction?