Diskusi dan Pemutaran Film di Konsulat Jenderal AS Surabaya: Peringati 34 Tahun UU Penyandang Disabilitas Amerika

Kegiatan diskusi dan nonton bareng film "My Disability Roadmap" ditujukan untuk menghormati dan memberdayakan individu dengan disabilitas dengan menampilkan cerita-cerita yang menyoroti pengalaman dan kontribusi mereka dalam masyarakat.

29 Jul 2024 - 22:00
Diskusi dan Pemutaran Film di Konsulat Jenderal AS Surabaya: Peringati 34 Tahun UU Penyandang Disabilitas Amerika
Kegiatan nobar dan diskusi film My Disability Roadmap oleh Konsulat Jendela AS di Surabaya (Ryan/SJP)

Surabaya, SJP - Kesadaran dan kepedulian terhadap kaum disabilitas menjadi isu penting yang harus terus diperjuangkan dalam masyarakat, mengingat penyandang disabilitas sering kali menghadapi berbagai hambatan dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari aksesibilitas fisik hingga diskriminasi sosial.

Meningkatkan inklusi dan memberikan hak serta dukungan yang memadai kepada penyandang disabilitas tidak hanya memperbaiki kualitas hidup mereka, tetapi juga menciptakan masyarakat yang lebih adil dan setara.

Dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat akan isu tersebut, sekaligus merayakan 34 tahun Undang-Undang Penyandang Disabilitas Amerika (ADA), Konsulat Jenderal AS di Surabaya menggelar acara "Pemutaran Film dan Diskusi AFS: My Disability Roadmap" pada Senin (29/7) di My America Surabaya.

Sebagai informasi, kehadiran UU tersebut dianggap penting karena mampu menjadi tonggak dalam melarang diskriminasi berdasarkan disabilitas dan melindungi hak-hak penyandang disabilitas dalam berbagai aspek kehidupan publik.

Kayla Smith selaku Deputy Public Affairs Officer Konjen AS di Surabaya menjelaskan bahwa acara nonton bareng film berdurasi 30 menit itu, bertujuan agar masyarakat bisa lebih menghormati dan memberdayakan individu dengan disabilitas dengan menampilkan cerita-cerita yang menyoroti pengalaman dan kontribusi mereka dalam masyarakat. 

"Disini kita mengeksplorasi cerita-cerita berdampak yang dipresentasikan dalam film berjudul 'My Disability Roadmap', dengan harapan nantinya akan ada diskusi lebih lanjut mengenai inklusivitas oleh kedua negara," ujar Kayla, Senin (29/7).

Dirinya menyebut bahwa saat ini sudah ada pembicaraan yang terjadi di tingkat pemangku kepentingan, dan selanjutnya tinggal merealisasikan serta memastikan bahwa akses bangunan itu bisa aman dan mendukung penyandang disabilitas.

"Untuk merealisasikannya tentu butuh waktu, namun yang terpenting adalah sudah adanya pembicaraan sebagai kunci untuk membuka mata atau menyadarkan kita akan apa yang terjadi di sekitar kita," tuturnya.

Acara ini terbuka untuk umum, namun memiliki fokus untuk melibatkan penyandang disabilitas, pelajar, influencer sosial, dan media, dengan alumni Program IVLP Workforce for People with Disabilities yakni Melania Rahadiyanti sebagai fasilitator acara.

Melania yang juga seorang Dosen Arsitektur Universitas Ciputra (UC) Surabaya yang ikut menjadi salah satu narasumber dalam acara tersebut merasa bahwa kegiatan seperti ini sangatlah menarik dan bermanfaat.

"Jadi disini kita nonton bareng film dokumenter yang diambil dari kisah nyata seorang penyandang disabilitas, mengumpulkan prespektif dari berbagai kalangan untuk memupuk diskusi yang mendorong perubahan positif," terang Melania.

Sebagai akademisi yang juga seorang penyandang disabilitas, Melania terdorong untuk terus melakukan riset dalam upaya menciptakan akses yang lebih baik untuk teman-teman disabilitas di Indonesia, khususnya di Kota Surabaya.

"Karena di Surabaya sendiri masih banyak PR, contoh seperti area trotoar yang masih minim, akses untuk kursi rodanya terbatas dan jumlah angkutan umum yang ramah disabilitas perlu ditambah," sebutnya.

Menurut Melania, pemerintah pusat sudah mulai membuat kebijakan-kebijakan yang mendukung dan ramah disabilitas, tinggal selanjutnya adalah bersinergi dengan pemerintah daerah agar kebijakan tersebut bisa dirasakan secara merata.

Sementara itu, Ananda Atika selaku siswi kelas 12 SMA IPIEMS yang hadir sebagai salah satu peserta mengatakan bahwa kegiatan ini mendorong dirinya untuk lebih peduli akan isu disabilitas.

"Kita bahkan diajarkan bagaimana hidup menjadi seorang disabilitas, karena tidak ada yang tahu kedepannya apa yang terjadi kepada tubuh kita," ucap Atika.

"Namun yang pasti kita semua akan bertambah tua dan akan menjadi seseorang yang memiliki kekurangan secara fisik," sambungnya.

Atika mengajak generasi muda untuk lebih sadar dan ikut berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang ramah disabilitas mulai dari lingkungan sekolah, dengan cara membantu, mendukung serta membela teman-teman penyandang disabilitas. (*)

Editor: Rizqi Ardian 

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow