Dinkes Kabupaten Malang Upayakan Penanganan Kasus Penyakit Hepatitis B
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang mengadakan pertemuan bersama Bupati Malang H Sanusi, guna koordinasi pencegahan dan pengendalian Penyakit Hepatitis.
Kabupaten Malang, SJP — Menjadi masalah kesehatan dunia yang serius khususnya di Indonesia, penyakit hepatitis menjadi sorotan Pemerintah Kabupaten Malang.
Hal tersebut disebabkan data yang menyebut pengidap hepatitis di daerah Kabupaten Malang terbilang masih banyak.
Untuk itu Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang mengadakan pertemuan bersama Bupati Malang H Sanusi, guna koordinasi pencegahan dan pengendalian penyakit hepatitis di Pendopo Kepanjen Kabupaten Malang.
Kepala Dinas Kesehatan Drg Wijanto Wijoyo mengatakan, agenda kali ini lebih concern terhadap koordinasi antar tenaga kesehatan.
Dihadiri oleh kepala puskesmas serta tenaga kesehatan dari berbagai rumah sakit yang berada di Kabupaten Malang.
"Koordinasi kali ini untuk, mengendalikan perkembangan penyakit hepatitis khususnya ibu hamil agar tidak menular kepada anaknya," ucapnya dikonfirmasi usai memberikan sambutan, Kamis (14/12/2023).
Menurutnya, ibu hamil harus diskrining, begitu juga bayi baru lahir kurang dari 24 jam diberikan suntikan hepatitis HB 0.
Hal tersebut sudah dilakukan, namun kesulitannya adalah ada kemungkinan ibu dan anak tidak tes skrining. Yang akhirnya tidak disuntik, sehingga mudah tertular hepatitis.
Data mengurai ada 4 dari bayi lahir yang terkena hepatitis, karena tidak disuntik di wilayah Kabupatem Malang.
Harapannya, melalui agenda tersebut agar para tenaga kesehatan dalam ruang lingkup Dinas Kesehatan Malang termotivasi untuk sigap melakukan skrining terhadap ibu hamil.
Ia juga mengatakan, agenda kali ini memacu semangat teman-teman bidan untuk mencari ibu hamil guna mencatat apakah aktif atau reaktif terhadap hepatitis.
"Apabila reaktif akan segera dikirim ke rumah sakit, kalau non reaktif ya Alhamdulillah," ucapnya.
Menurutnya, hal ini menjadi tugas berat bidan agar selalu mengawasi ibu hamil apakah aktif atau reaktif dan harus sigap menghampiri ibu hamil untuk memberikan vaksin tersebut kepada bayi sebelum 24 jam.
Tentunya hal ini berkaitan dengan capaian Deteksi Dini Hepatitis B (DDHB).
Pihak Dinkes Kabupaten Malang menyebut bahwa DDHB 2023 hingga November 2023 bisa disebutkan yakni ada 39.503.
Jumlah K1 Ibu hamil (Bumil), Bumil yang diperiksa 24.446, HBsAg (Hepatitis B surface antigen) reaktif 317 dan bumil yang dirujuk ada 294.
Untuk bayi yang lahir data terurai ada 264, kemudian bayi yang mendapatkan Immunoglobulin hepatitis B atau hepatitis B immunoglobulin (HBIg) terdeteksi ada 255 <24 jam, 9 bayi >24 jam.
Untuk jumlah bayi HBsAG reaktif ada 4, sedangkan jumlah bayi non reaktif ada 245.
Laman kemenkes menulis bahwa Hepatitis merupakan peradangan hati yang diakibatkan oleh virus Hepatitis, perlemakan di hati, parasit, alkohol, atau obat-obatan.
Namun, banyak kasus hepatitis yang paling banyak adalah disebabkan oleh virus.
Hepatitis dapat ditularkan melalui keturunan seperti ibu hamil ke bayi dalam kandungannya, kotoran, mulut, dan kontak cairan tubuh.
Namun yang paling rentan penularannya adalah ibu hamil yang mengidap hepatitis akan menular ke bayi yang dikandungnya. Penyakit hepatitis adalah penyakit kronis, sebagai silent killer.
Bahkan, penyakit ini berpotensi menimbulkan dampak morbiditas dan mortalitas serta memerlukan perhatian dari berbagai pihak, baik dari pemerintah, lembaga non pemerintah, maupun masyarakat.
Pengendalian hepatitis yang disebabkan oleh virus berdampak sangat serius terhadap derajat kesehatan masyarakat.
Dahulu Indonesia adalah negara endemis tinggi hepatitis, pada tahun 1997 pemerintah telah melakukan upaya pencegahan dengan melakukan imunisasi hepatitis B pada bayi baru lahir secara nasional. (*)
Editor: Rizqi Ardian
What's Your Reaction?