Apa Itu Virus Marburg dan Bagaimana Mencegahnya?
Virus Orthomarburg muncul secara alami di Rousettus aegyptiacus di Mesir dan dapat ditularkan dari kelelawar ke manusia. Penyakit Marburg paling umum terjadi di Afrika Sub-Sahara.
Suarajatimpost.com- Negara terbesar kedua di Afrika, Guinea Ekuatorial dan Tanzania, melaporkan wabah di Marburg tahun lalu. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan penyakit yang memiliki angka kematian tinggi ini bisa menjadi epidemi.
Virus Marburg adalah virus mematikan yang menyebabkan demam berdarah parah dan berpotensi fatal. Virus ini termasuk dalam keluarga yang sama dengan virus Ebola dan menyebar melalui kontak dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi dan melalui hewan inang seperti kelelawar buah.
Penyakit Marburg adalah demam berdarah langka yang menyerang manusia dan primata lain seperti kera besar dan monyet. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus Ortmarburg yang juga dikenal sebagai virus Marburg atau virus Ravn. Gejala seperti demam, ruam, dan pendarahan hebat bisa muncul secara tiba-tiba.
Virus Orthomarburg muncul secara alami di Rousettus aegyptiacus di Mesir dan dapat ditularkan dari kelelawar ke manusia. Penyakit Marburg paling umum terjadi di Afrika Sub-Sahara.
Tindakan Pencegahan
CDC melaporkan pada Selasa (1 Oktober 2024). untuk mencegah penyebaran virus Marburg, dapat melakukan hal berikut:
- Hindari kontak dengan darah dan cairan tubuh orang sakit.
- Hindari kontak dengan air mani orang yang sudah sembuh dari penyakit Marburg sampai hasil tes menunjukkan bahwa virus telah hilang dari air mani.
- Hindari menyentuh benda yang mungkin bersentuhan dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi.
- Hindari kontak dengan kelelawar Mesir dan primata non-manusia di daerah dimana penyakit Marburg terjadi.
Pengobatan dan Pemulihan
Jika Anda sudah terinfeksi virus Marburg, Anda dapat beristirahat, minum cairan, memeriksa status oksigen dan tekanan darah, serta mengobati infeksi sekunder.
Karena saat ini belum ada pengobatan yang disetujui untuk penyakit Marburg. Meskipun demikian, WHO mengadakan pertemuan para ahli untuk membahas kemungkinan vaksin dan pengobatan untuk virus tersebut.
“Kami sedang berupaya untuk memulai uji coba vaksin dan terapi sesegera mungkin,” ungkap Direktur Eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan WHO Michael Ryan, yang dikutip dari NPR.
Ryan Menjelaskan, langkah selanjutnya adalah mengadakan pertemuan untuk menyusun kerangka hukum uji klinis. (**)
Sumber: beritasatu.com
Editor : Rizqi Ardian
What's Your Reaction?