Unair dan Dinkes Jatim Tekankan Imunisasi sebagai Hak Anak, Bukan hanya Kewajiban Nakes

“Setiap daerah memiliki kekhasan sendiri. Bagaimana membuat imunisasi yang tadinya dirasa sebuah kewajiban, menjadi sebuah hak, dan kemudian menjadi gaya hidup. Anak-anak kita berhak untuk hidup sehat dan tidak tertular penyakit,”

06 Nov 2024 - 18:30
Unair dan Dinkes Jatim Tekankan Imunisasi sebagai Hak Anak, Bukan hanya Kewajiban Nakes
Acara Sosialisasi Pengenalan Vaksin Baru oleh UNAIR dab Dinkes Jatim di Hotel Mercure Grand Mirama Surabaya pada Rabu, (6/11/2024) (Ryan/SJP)

SURABAYA, SJP - Universitas Airlangga (Unair) bekerja sama dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur mengadakan acara sosialisasi pengenalan vaksin baru di Hotel Mercure Grand Mirama Surabaya, pada Rabu (6/11/2024).

Acara tersebut digelar untuk memperkuat kesadaran akan pentingnya imunisasi sebagai hak dasar setiap anak di Indonesia. Fokus utama dari sosialisasi itu adalah untuk mengubah paradigma masyarakat terkait imunisasi. Selama ini, imunisasi kerap dianggap sebagai tugas atau kewajiban tenaga kesehatan (nakes). Padahal imunisasi merupakan hak setiap anak yang harus diperjuangkan.

Wakil Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unair, Prof. Nyoman Anita Damayanti mengatakan, imunisasi adalah bentuk perlindungan kesehatan dasar yang harus diberikan kepada setiap anak tanpa terkecuali.

"Kita masih punya banyak PR (pekerjaan rumah, red). Masih banyak anak-anak kita yang belum menerima imunisasi sama sekali. Mari kita kuatkan tekad dan tindakan kita untuk mengubah pandangan bahwa imunisasi adalah tugas tenaga kesehatan, menjadi hak setiap anak untuk hidup sehat," ucapnya, Rabu (6/11/2024).

Prof. Nyoman mengakui, menyadarkan masyarakat mengenai pentingnya imunisasi adalah tantangan utama. Hal itu membutuhkan kolaborasi yang intensif. Tidak hanya antara pemerintah dan nakes, tetapi juga pihak-pihak lain. Termasuk tokoh masyarakat, lembaga pendidikan, dan organisasi swasta.

“Setiap daerah memiliki kekhasan sendiri. Bagaimana membuat imunisasi yang tadinya dirasa sebuah kewajiban, menjadi sebuah hak, dan kemudian menjadi gaya hidup. Anak-anak kita berhak untuk hidup sehat dan tidak tertular penyakit,” imbuhnya.

Menurut Prof. Nyoman, mitos tentang vaksin masih beredar luas. Butuh pendekatan khusus untuk mengubah pemikiran masyarakat. Terutama di daerah yang memiliki budaya atau pandangan yang kuat terhadap pengobatan tradisional.

Selain itu, tantangan edukasi juga mencakup bagaimana menjangkau kelompok masyarakat yang belum menganggap imunisasi sebagai prioritas.

Sebagai bagian dari upaya kolaborasi, Unair berencana melibatkan mahasiswa dalam kampanye imunisasi, khususnya di kalangan masyarakat pedesaan. Mahasiswa dianggap sebagai agen perubahan yang efektif dalam menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat.

“Mahasiswa bisa menjadi duta imunisasi yang menyuarakan pentingnya imunisasi sebagai hak anak. Melalui edukasi dan pendekatan langsung ke masyarakat, mereka diharapkan mampu membangun kesadaran baru bahwa imunisasi adalah hak anak yang harus dipenuhi,” jelas Prof. Nyoman.

Unair dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur berencana melibatkan berbagai komunitas dan organisasi kemasyarakatan (ormas) untuk ikut menginformasikan bahwa imunisasi bukan hanya soal pencegahan penyakit bagi individu yang divaksin, tetapi juga sebagai perlindungan komunitas secara keseluruhan.

“Ketika kita melindungi satu anak melalui imunisasi, kita tidak hanya melindunginya, tetapi juga melindungi lingkungan sekitarnya dari penyebaran penyakit. Ini adalah investasi sosial yang penting,” ujar Prof. Nyoman dalam sambutannya.

Di akhir acara, Unair dan Dinkes Jatim mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama mendukung program imunisasi.

"Mari kita bekerja bersama-sama untuk membuat masyarakat menyadari, bahwa ini adalah hak anak untuk bisa sehat. Sehingga kita tidak perlu keluar biaya atau tenaga untuk merawat mereka jika sakit. Manfaat dari imunisasi sangat besar dan banyak penyakit yang bisa dihindarkan," tutup Prof. Nyoman.

Di berbagai daerah, tantangan dalam pelaksanaan imunisasi bukan hanya soal distribusi atau akses, tetapi juga perlawanan dari sebagian masyarakat yang belum memahami pentingnya vaksin. Berbagai mitos dan informasi yang tidak benar tentang vaksinasi turut menyulitkan upaya imunisasi di lapangan.

“Kami kerap menemukan penolakan di beberapa tempat. Karena masyarakat tidak sepenuhnya memahami manfaat vaksin. Atau bahkan takut dengan dampak yang mereka dengar dari sumber yang tidak jelas. Ini menunjukkan bahwa tantangan edukasi masih besar,” ujar perwakilan dari Dinkes Jatim yang turut hadir dalam acara tersebut. (*)

Editor: Ali Wafa

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow