SMAN 9 Surabaya Adakan Gelar Karya P5 Kurikulum Merdeka, Kreasikan Batik Ecoprint

Muhammad Fadloli, S.Pd,M.M, Kepala Sekolah SMAN 9 Surabaya menjelaskan para siswa kelas X memamerkan hasil karya mereka yang berupa batik Ecoprint, yakni jenis batik yang metode pembuatannya memanfaatkan pewarna alami.

02 Feb 2024 - 08:30
SMAN 9 Surabaya Adakan Gelar Karya P5 Kurikulum Merdeka, Kreasikan Batik Ecoprint
Peserta didik kelas X1 SMAN 9 Surabaya pamerkan karya batik ecoprint mereka dalam Gelar Karya P5 Kurikulum Merdeka (Ryan/SJP)

Surabaya, SJP - SMAN 9 Surabaya melakukan kegiatan "Gelar Karya Ecoprint" hasil kreasi dari para siswa siswi Kelas X dalam upaya perwujudan Program Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang dilaksanakan di area lorong SMAN 9 Surabaya.

P5 sendiri adalah pembelajaran lintas disiplin ilmu yang diterapkan dalam kurikulum merdeka dengan tujuan untuk memberi kesempatan peserta didik mempelajari isu-isu penting di sekitar.

Muhammad Fadloli, S.Pd,M.M selaku Kepala Sekolah SMAN 9 Surabaya menjelaskan bahwa dalam kegiatan kali ini, para siswa kelas X memamerkan hasil karya mereka yang berupa batik Ecoprint, yakni jenis batik yang metode pembuatannya memanfaatkan pewarna alami.

"Kegiatan pameran ini selain bermanfaat untuk tambahan bekal bagi para siswa, juga sebagai bukti bahwa SMAN 9 Surabaya telah berupaya untuk melaksanakan P5 yang masuk dalam Kurikulum Merdeka," ujar Fadloli, Jum'at (02/02/2024).

P5 sebagai pengganti PKWU dalam kurikulum sebelumnya juga dirasa mampu memberikan pembelajaran yang lebih luas, mulai dari ilmu kewirausahaan itu sendiri hingga pengembangan kemampuan kerjasama, kolaborasi, dan ketrampilan peserta didik.

"Saya sempat mampir ke lokasi kegiatan untuk melihat stan dan produk para siswa yang ternyata sangat kreatif dan menarik, bahkan beberapa siswa bercerita bahwa mereka sangat didukung oleh orangtuanya," tutur Kepala Sekolah SMAN 9 Surabaya itu.

Sementara itu, Ahmad Yasin, S.Pd, Gr selaku Ketua Koordinator Guru dalam Gelar karya Ecoprint menjelaskan bahwa tema yang diangkat dalam kegiatan kali ini adalah 'Kearifan Lokal' dengan batik Ecoprint sebagai produk yang dikreasikan.

"Kegiatan hari ini adalah puncaknya, jadi awalnya selama 4 bulan kita sudah membekali mereka melalui pemberian materi, pemberian panduan hingga uji klinik tentang tema yang diangkat," ucapnya.

Ia mengungkapkan bahwa Gelar Karya adalah wujud tahap aksi dalam penerapan P5, secara menyeluruh tahapan P5 sendiri terdiri dari pengenalan, kontekstualisasi, aksi hingga tahap evaluasi dan refleksi.

"Kedepan kita juga akan terus beri dukungan, jadi misal nanti ada siswa yang ingin mengembangkan ilmu yang didapat dari P5 kali ini tentu akan kami support dan fasilitasi," ungkap Yasin yang juga merupakan Guru Matematika itu.

Adapun Sekretaris P5 SMAN 9 Surabaya yakni Fatimatuzahro, S.Pd yang juga seorang guru matematika mengungkapkan bahwa antusiasme dari para peserta didik sangatlah tinggi dalam menjalankan program P5 ini sampai tahap gelar karya.

"Awalnya khawatir bakal kurang diterima, tapi ternyata upaya para murid untuk observasi hingga proses eksekusi sangatlah antusias," ungkapnya.

Mewakili SMAN 9 Surabaya, Fatimah berharap kegiatan kali ini bisa memberikan pengalaman belajar yang menarik untuk peserta didik serta memberikan wawasan baru sebagai bekal saat lulus nanti.

Tim Suarajatimpost.com juga sempat menemui beberapa siswa yang menjadi peserta dalam kegiatan Gelar Karya, salah satunya adalah siswa dari kelas X9 yakni Yuanindi dan Reinata.

"Produk yang kami pamerkan sekaligus jual di gelar karya ini beragam, ada totebag yang harganya 15-20 ribu, lalu kaos dengan harga 25 ribu dan kain yang kami jual kisaran 60-85 ribuan," terang Yuanindi.

Mereka menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi harga produk selain pemilihan bahan adalah prosesnya, terutama produk yang melewati proses re-eco atau proses cetak ulang ecoprint yang gagal.

"Jadi kami juga dibekali untuk melakukan re-eco produk yang gagal, dan karena ada tambahan bahan serta hasilnya yang tergolong lebih bagus maka harganya bisa lebih mahal," ucap Reinata. 

Masih di lokasi yang sama, adapun siswa kelas X1 yang menghadirkan produk lain, yaitu batik eco print dalam bentuk dompet dan pouch yang mereka jadikan sebagai produk unggulan kelas mereka karena tidak semua kelas membuat itu.

Naswa, salah satu murid kelas X1 menjelaskan bahwa mereka juga sempat menghadapi kendala dan kesusahan dalam proses pembuatan produk, terutama jika menggunakan teknik steam.

"Jadi teknik yang digunakan itu ada 2, yakni teknik pounding atau dipukul dan teknik steam atau dikukus yang lebih sulit karena prosedur atau tatacara pembuatannya lebih rumit," tuturnya.

Serupa dengan kelas X9, mereka juga melakukan proses re-eco untuk produk yang dirasa gagal atau kurang sempurna, terutama jika warna batik ecoprint yang tidak muncul atau pewarnaan yang malah terlalu gelap.

Naswa berharap melalui kehadiran kegiatan pameran ini, dirinya beserta teman-temannya bisa menambah kemampuan dalam mengolah barang-barang disekitar menjadi bernilai jual serta meningkatkan kemampuan public speaking mereka.(*)

editor: Tri Sukma

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow