Potensi Gempa Megathrust di Indonesia, Bagaimana dengan Jawa Timur? Simak Tanggapan BMKG Pasuruan
Potensi gempa megathrust kembali dibahas, bagaimana kesiapan Jawa Timur menghadapi ancaman ini? Edukasi, mitigasi, dan kesiapsiagaan menjadi kunci.
Surabaya, SJP - Diskusi mengenai potensi gempa megathrust di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut kembali mencuat ke permukaan.
Meski begitu, pihak BMKG mengingatkan bahwa hal ini bukan "prediksi" tentang kapan gempa akan terjadi, melainkan "potensi" yang perlu diantisipasi secara tenang dan terencana.
Lalu, bagaimana dengan Provinsi Jawa Timur? Wilayah yang memiliki sejarah panjang gempa ini juga dihadapkan pada berbagai potensi gempa yang membutuhkan perhatian serius.
Kepala BMKG Stasiun Geofisika Kelas II Pasuruan, Rully Oktavia Hermawan, menegaskan bahwa meski potensi gempa ini ada, masyarakat tidak perlu panik dan tetap meningkatkan kewaspadaan.
“Potensi gempa megathrust bukan berarti ada prediksi bahwa gempa akan segera terjadi, meski begitu penting bagi kita untuk tetap waspada dan meningkatkan kesiapan, terutama di wilayah yang rentan seperti Jawa Timur,” ungkap Rully, Sabtu (24/8).
Jawa Timur sendiri memiliki catatan sejarah gempa yang cukup panjang, sejak abad ke-19, wilayah ini telah beberapa kali mengalami gempa besar yang menyebabkan kerusakan signifikan.
Misalnya, Gempa Pacitan pada 1937 dengan magnitudo M=7,2 yang merusak lebih dari 2.200 rumah dan menyebabkan korban jiwa, ini menjadi pengingat akan pentingnya kesiapan menghadapi bencana di masa depan.
Untuk itu, BMKG memberikan sejumlah rekomendasi guna meningkatkan ketahanan terhadap potensi gempa dan tsunami di Jawa Timur, salah satunya adalah penerapan tata ruang dan standar bangunan tahan gempa yang lebih ketat.
“Perlu dipastikan bahwa bangunan-bangunan di wilayah rawan gempa sudah memenuhi standar keamanan, sehingga jika gempa terjadi, dampaknya dapat diminimalisir,” jelas Rully.
Selain itu, Rully juga menekankan pentingnya jalur evakuasi yang memadai serta kesiapan sistem peringatan dini yang beroperasi dua puluh empat (24) jam.
"Kita ingin memastikan bahwa jika ada situasi darurat, masyarakat dapat dengan cepat dan aman dievakuasi. Sistem peringatan dini juga harus selalu dalam kondisi siap,” tambahnya.
Edukasi kepada masyarakat juga menjadi bagian penting dalam kesiapan menghadapi bencana, latihan evakuasi secara rutin dan penyebaran informasi yang jelas akan membantu masyarakat tetap tenang dan tahu apa yang harus dilakukan jika terjadi gempa.
Peranan tersebut harus diambil oleh pihak pemerintah maupun instansi pendidikan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat, pihak BMKG juga terus berkomitmen untuk memberikan informasi terbaru dan akurat terkait potensi gempa dan tsunami di seluruh wilayah Indonesia.
Selain gempa, wilayah Jawa Timur juga memiliki sejarah tsunami, seperti yang terjadi di Pacitan pada 1840 dan Pancer pada 1994, menunjukkan bahwa wilayah ini memang perlu memperkuat langkah mitigasi.
Rully kembali menegaskan bahwa masyarakat diimbau untuk tidak terlalu khawatir, melainkan fokus pada kewaspadaan dan kesiapsiagaan, karena informasi yang disebarkan bukan untuk menakuti-nakuti.
“Yang terpenting adalah tetap tenang, namun selalu siap, masyarakat tidak perlu takut, tetapi kita semua harus berupaya meningkatkan ketangguhan terhadap bencana,” tutup Rully.
Dengan berbagai langkah mitigasi dan kesiapsiagaan yang disiapkan, BMKG berharap masyarakat dapat terus beraktivitas normal dengan tetap waspada dan mengikuti informasi resmi dari BMKG terkait gempa dan tsunami. (*)
Editor: Rizqi Ardian
What's Your Reaction?