PLN Elektrifikasi Pertanian di Jawa Timur, Petani Hemat Biaya 65 Persen
Saat ini di Jawa Timur terdapat 20.486 pelanggan electrifying agriculture dengan total daya tersambung 84.211 kVA jadi upaya PLN agar tenaga listrik jadi pendorong kegiatan ekonomi petani merata mandiri dan sejahtera.
Surabaya, SJP - General Manager PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi (UID) Jawa Timur, Agus Kuswardoyo sampaikan elektrifikasi di sektor pertanian jadi upaya PLN agar tenaga listrik jadi pendorong kegiatan ekonomi merata dan mandiri sejahtera.
"Saat ini di Jawa Timur terdapat 20.486 pelanggan electrifying agriculture dengan total daya tersambung 84.211 KVA," ujarnya Selasa (12/12/2023).
Olehnya, peran PLN wujud dalam kegiatan elektrifikasi untuk pertanian terus digiatkan di Jawa Timur. Seperti sudah aktif teraliri di daerah Kabupaten Banyuwangi untuk area pelistrikan kebun buah naga, di Gresik untuk kebun jeruk, ada juga untuk peningkatan produktivitas peternakan serta pertanian di berbagai wilayah.
Sementara itu, juga ditambahkan Kemas Abdul Gaffur Senior Manager Komunikasi dan Umum PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Jawa Timur terkait hal elektrifikasi untuk sektor area pertanian, perkebunan di wilayah Jawa Timur, sengaja dipilih untuk menghemat biaya produksi pangan tercapai optimal.
"Sebab, selama ini, para petani dalam hal pengairan masih gunakan mesin konvensional, sehingga pada produksi padi terjadi perlambatan panen. Melalui elektrifikasi lebih efisien, produksi padi akan jauh meningkat dan hemat biaya," jelasnya.
Seperti dicontohkan di Kabupaten Ponorogo saat penandatanganan kesepakatan bersama program agriculture bundling package (Listrik Masuk Sawah). Tepatnya di Desa Ngampel, Kecamatan Balong, Ponorogo, Senin (11/12/2023).
Melalui program listrik masuk sawah ini, sebanyak 821 petani di 10 lokasi telah beralih gunakan listrik PLN.
Dalam keterangan tertulis diterima dan dikutip redaksi suarajatimpost.com terkonfirmasi Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko sambut positif dan optimis atas program tersebut.
"Langkah ini adalah jawaban atas kebutuhan para petani. Sebelumnya, pengairan sawah tadah hujan di Ponorogo hanya andalkan mesin konvensional dengan biaya cukup tinggi.
"Namun dengan pompa ini, tentu lebih hemat biaya dan maksimal tingkatkan produksi pangan kita meningkat didapat dari cara konvensionl pengairan dengan mesin jadi modern gunakan mesin listrik, produktivitas padi petani meningkat lebih terasa,” terang Sugiri.
Hal itu juga diakui oleh Kholid (50), salah satu petani dapat manfaat dari program listrik masuk sawah.
Ia menuturkan sebelumnya para petani di wilayahnya gunakan genset untuk bantu pengairan sawah dan habiskan dana jutaan rupiah dalam semusim.
"Kami menggunakan lima sumur untuk pompa listrik pengairan sawah. Setelah berpindah, dalam 1 musim tanam untuk sawah 1 hektar dibutuhkan biaya Rp 500 ribu saja. Lebih hemat sebelumnya, karena capai Rp1,4 juta jika gunakan mesin diesel pompa. Jadi hemat biaya sampai dengan 65 persen," terang Kholid. (**)
Editor: Rizqi Ardian
What's Your Reaction?