Pasar Kripto Koreksi, Bitcoin Menguat Menjelang Keputusan The Fed

Menurut data dari Coinmarketcap, pada Rabu (18/12/2024) pukul 06.20 WIB, kapitalisasi pasar kripto global mengalami penurunan sebesar 1,11%, mencapai US$ 3,69 triliun

18 Dec 2024 - 09:01
Pasar Kripto Koreksi, Bitcoin Menguat Menjelang Keputusan The Fed
Tiruan fisik Bitcoin terlihat di Dortmund, Jerman barat pada 27 Januari 2020. (FOTO: INA FASSBENDER/AFP)

Suarajatimpost.com - Menurut data dari Coinmarketcap, pada Rabu (18/12/2024) pukul 06.20 WIB, kapitalisasi pasar kripto global mengalami penurunan sebesar 1,11%, mencapai US$ 3,69 triliun dalam 24 jam terakhir.

Bitcoin (BTC), yang memiliki kapitalisasi pasar terbesar, tercatat naik 0,34% selama periode yang sama. Harga Bitcoin kini berada di level US$ 106.028 per koin, setara dengan Rp 1,7 miliar (kurs Rp 16.075).

Namun, Ethereum (ETH) melemah sebesar 3,37%, dengan harga mencapai US$ 3.864 per koin. Binance Coin (BNB) juga turun 0,11%, diperdagangkan pada harga US$ 719 per koin.

Meski Bitcoin terus mencatatkan harga tertinggi, data pasar opsi terbaru menunjukkan bahwa trader kini tidak lagi mengejar tren kenaikan dengan antusiasme yang sama seperti sebelumnya, sebagaimana dilaporkan CoinDesk.

Pada Senin lalu, harga BTC melampaui US$ 107 ribu, memecahkan rekor tertinggi yang tercatat pada 5 Desember, dengan kenaikan lebih dari 50% sejak pemilu AS, menurut CoinDesk.

Kenaikan ini dipicu oleh jaminan Presiden terpilih Donald Trump mengenai pembangunan cadangan strategis Bitcoin di AS, mirip dengan cadangan minyak strategis negara tersebut.

Analis memperkirakan tren kenaikan ini berpotensi berlanjut hingga tahun depan, dengan harga Bitcoin diprediksi bisa mencapai kisaran US$ 150 ribu hingga 200 ribu pada akhir tahun depan.

Namun, data dari pasar opsi menunjukkan pandangan yang lebih hati-hati. Pada saat penulisan, 25-delta risk reversal untuk opsi yang kedaluwarsa Jumat menunjukkan angka negatif, menandakan peningkatan permintaan untuk opsi put yang memberikan perlindungan terhadap penurunan harga.

Opsi put yang kedaluwarsa pada 27 Desember diperdagangkan dengan sedikit premi lebih tinggi dibandingkan opsi call, sementara risk reversal yang berlaku hingga akhir Maret menunjukkan kecenderungan bias call yang lebih rendah, kurang dari tiga titik volatilitas.

Hal ini kontras dengan beberapa minggu sebelumnya, ketika trader agresif mengejar harga puncak baru, yang mendorong bias call jangka pendek dan panjang lebih dari empat hingga lima titik volatilitas. Bahkan, risk reversal jangka pendek sering kali menunjukkan bias call yang lebih kuat dibandingkan dengan opsi jangka panjang.

Perdagangan blok terbaru di Deribit, yang dilacak oleh Amberdata, juga mengindikasikan kecenderungan bearish. Perdagangan terbesar mencatatkan posisi short pada opsi call dengan strike US$ 108 ribu yang kedaluwarsa pada 27 Desember, diikuti dengan posisi long pada opsi put dengan strike US$ 100 ribu yang kedaluwarsa pada 27 Desember dan 3 Januari.

Sentimen hati-hati ini kemungkinan dipengaruhi oleh ekspektasi bahwa pada Rabu nanti, The Fed akan memberikan sinyal terkait pemangkasan suku bunga yang lebih sedikit atau lebih lambat di tahun 2025, meskipun pemangkasan 25 basis poin sudah diperkirakan.

Hal ini dapat mempercepat penguatan imbal hasil obligasi, menguatkan dolar AS, dan menurunkan daya tarik investasi pada aset berisiko. Sebagian trader BTC mungkin sedang mempersiapkan kemungkinan koreksi pasar yang lebih dalam. (**)

sumber: investor.id

Editor: Ali Wafa

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow