Mengenal Monumen Peniwen Affair, Mengingat Tragedi Kemanusiaan di Malang
Sekitar 30 km dari Kota Malang, tepatnya di Desa Peniwen, Kecamatan Kromengan, terdapat Monumen Peniwen Affair
MALANG, SJP - Sekitar 30 km dari Kota Malang, tepatnya di Desa Peniwen, Kecamatan Kromengan, terdapat Monumen Peniwen Affair, sebuah tugu yang mengingatkan kita pada salah satu peristiwa kelam dalam sejarah Indonesia. Monumen ini dibangun untuk mengenang tragedi kemanusiaan yang terjadi pada masa Revolusi Kemerdekaan, di mana pasukan Belanda melakukan pembantaian terhadap warga desa dan tenaga medis Palang Merah.
Sejarah Tragis di Balik Monumen
Pada 1949, ketika Belanda mulai menguasai wilayah Malang Raya, Desa Peniwen menjadi salah satu sasaran agresi militer. Desa ini merupakan markas bagi Tentara Republik Indonesia, yang membuatnya menjadi target pasukan KNIL (Koninklijke Nederlands Indische Leger).
Pada 19 Februari 1949, sekitar 50 tentara Belanda menyerbu Peniwen, menembaki warga dan membunuh para tenaga medis Palang Merah yang sedang merawat pasien di klinik Panti Husodo. Pasukan Belanda juga menyerang gereja dan memperkosa beberapa perempuan desa.
Perlakuan kejam tersebut memicu protes dari pihak Gereja Peniwen yang kemudian tersebar hingga ke dunia internasional, mengecam tindakan Belanda sebagai kejahatan perang. Akhirnya, pasukan KNIL mundur dari Desa Peniwen setelah mendapat kecaman keras.
Peringatan untuk Para Korban
Untuk mengenang para korban yang gugur dalam peristiwa tersebut, Monumen Peniwen Affair dibangun pada 11 Agustus 1983 dan diresmikan oleh Pengurus Besar PMI pada 10 November 1983. Tugu ini menjadi simbol penghormatan bagi 12 anggota Palang Merah Remaja (PMR) dan warga Peniwen yang tewas, serta sebagai pengingat atas pengorbanan mereka.
Monumen yang Diakui Secara Internasional
Monumen Peniwen Affair adalah satu-satunya monumen PMR di Indonesia yang diakui secara internasional, termasuk oleh PBB dan UNESCO sebagai bagian dari warisan sejarah dunia. Tugu ini juga menjadi saksi bisu atas kekejaman pasukan Belanda selama perang kemerdekaan.
Di sekitar monumen, terdapat makam para korban, termasuk nama-nama anggota PMR yang gugur, seperti Matsaid, Slamet Ponidjo, dan Suyono Inswihardjo, serta warga Peniwen yang turut tewas.
Potensi Wisata Budaya
Monumen ini tidak hanya memiliki nilai sejarah, tetapi juga menjadi salah satu objek wisata budaya di Kabupaten Malang. Setiap tahun, pada 19 Februari, diadakan upacara peringatan untuk menghormati para korban. Monumen ini juga menjadi tempat yang mengajarkan pentingnya menghargai nilai kemanusiaan dan menjaga perdamaian.
Dengan potensi wisata yang terus dikembangkan, Monumen Peniwen Affair menjadi sarana edukasi bagi masyarakat, sekaligus mengingatkan kita untuk selalu menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan menghindari kekerasan. (**)
sumber: goodnewsfromindonesia.id
Editor : Rizqi Ardian
What's Your Reaction?