Menakar Kekuatan Kultur dalam Pilkada Bondowoso
Kekuatan kultur yang sejalan dengan kekuatan partai politik, menjadi amunisi paling mumpuni dalam meraih kemenangan dalam Pilkada Bondowoso. Benarkah ?
Kabupaten Bondowoso, SJP - Kekuatan kultural yang mengakar rumput di Kabupaten Bondowoso, ternyata masih menjadi pertimbangan yang sangat penting dalam kontestasi Pilkada 2024 mendatang.
Dukungan dan rekomendasi dari para kiai, pondok pesantren, santri dan para alumni, menjadi rebutan para punggawa dan tokoh-tokoh yang bakal maju sebagai bakal calon bupati dan wakil bupati Bondowoso.
Bahkan, jika berkaca pada Pilkada Bondowoso tahun 2018 silam, sangat jelas kekuatan akar rumput yang didominasi oleh kekuatan kultur menjadi faktor kemenangan pasangan KH Salwa Arifin dan Irwan Bachtiar Rahmat.
Padahal, kala itu pasangan yang disebut Sabar, hanya diusung oleh PPP dan PDI Perjuangan dengan 13 kursi di DPRD. Sedangkan lawannya, Ahmad Dhafir dan Hidayat (Dhada) diusung oleh 7 partai politik dengan jumlah 32 kursi di DPRD.
Namun faktanya, kekuatan kultural yang dibangun oleh tim pemenangan Sabar, mampu memenangkan Pilkada Bondowoso tahun 2018 dengan perolehan 228.281 suara. Sedangkan lawannya, Dhada memperoleh 210.606 suara, atau selisih sebanyak 17.675 suara.
Dalam Pilkada 2024 ini, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang memiliki 16 kursi di DPRD, telah menetapkan bakal calon bupati dan wakil bupati. Bahkan, PKB mengklaim sudah mendapat restu dan mandat dari para kiai.
Nampaknya, selain kekuatan partai politik, PKB memilih strategi kultural dengan mengusung KH Abdul Hamid Wahid atau Ra Hamid, bersanding dengan H Tohari. Perspektif dasarnya, kekuatan kultur Pondok Pesantren Nurul Jadid Probolinggo menjadi bagian strategi untuk meraih kemenangan.
Hal itu dibenarkan oleh Ketua DPC PKB Kabupaten Bondowoso, Ahmad Dhafir. Karena menurutnya, kekuatan kultur masyarakat Bondowoso selain dipengaruhi oleh para ulama asli Bumi Ki Ronggo, juga menunggu mandat dari para pengasuh Pondok Pesantren di kabupaten tetangga, seperti Situbondo dan Probolinggo.
"Ini bagian strategi. Kultur masyarakat di Bondowoso, selain kami belum berunding dengan para ulama di Bondowoso, panutan masyarakat Bondowoso adalah Sukorejo, Walisongo, Nurul Jadid dan sekitarnya. Jika mereka kompak, kekuatan kultur tentu tidak diragukan," ujarnya, pada Kamis (18/4/2024) lalu.
Kendati demikian, kata Dhafir, PKB tidak ingin memperalat para kiai untuk meraih target kemenangan saja. Akan tetapi, dukungan para kiai di beberapa pondok pesantren diharapkan menjadi kontrol sosial pemimpin dalam mengambil kebijakan.
"Yang terpenting, jika pemimpin yang didukung salah mengambil kebijakan, para kiai bisa mengingatkan. Kami tidak memperalat kiai, tapi berharap dukungan dari kiai, dan jika pemimpin nanti yang didukung salah, siapapun kiainya bisa mengingatkan," tandasnya.
Sementara itu, kekuatan kultur, nampaknya juga menjadi strategi bagi Penjabat (Pj) Bupati Bondowoso Bambang Soekwanto. Bahkan, jauh-jauh hari dirinya mengklaim mendapatkan dukungan dari para ulama untuk maju sebagai bakal calon bupati Bondowoso dalam Pilkada 2024 nanti.
Meskipun, tak satupun partai politik di Bondowoso yang secara gamblang memberi dukungan kepada orang nomer satu di Bumi Ki Ronggo ini, aroma kental strategi dukungan dan restu para ulama, juga mulai berhembus.
Bahkan, akhir-akhir ini hubungan Bambang Soekwanto dengan para ulama terus dibangun melalui kegiatan keagamaan selama bulan Ramadan. Pun demikian, hubungan Pj Bupati Bondowoso ini diketahui tengah mesra dengan PPP.
Bambang Soekwanto juga menanggapi santai soal pencalonan Ra Hamid dan Tohari. Bahkan, dirinya tidak ingin mematahkan harapan masyarakat Bondowoso, jika nanti dirinya didaulat untuk maju dalam Pilkada 27 November 2024 mendatang.
Katanya, saat ini Bondowoso menginginkan pemimpin asli putera daerah. Oleh sebab itu, saat ini Bambang Soekwanto tengah menunggu dawuh para kiai untuk maju di Pilkada 2024.
"Bismillah saya nunggu dawuh (perintah dari kiai," katanya saat dikonfirmasi pada Jumat, (19/4/2024), usai hadiri Rapat Paripurna di DPRD.
Yang menjadi pertanyaan bagi masyarakat Kabupaten Bondowoso, siapa nantinya yang pantas mendampingi Bambang Soekwanto jika didaulat para kiai untuk maju dalam Pilkada 2024 nanti.
Apakah dukungan kultur pada Pilkada 2018 lalu akan pecah, atau semakin masif dengan beredarnya kabar semakin harmonisnya hubungan Bambang Soekwanto dengan PPP ? (**)
Editor: Tri Sukma
What's Your Reaction?