Kenali Gejala Utama TBC Sejak Dini Sebelum Berakibat Fatal
Jika tidak sesuai petunjuk maka bisa mengakibatkan gagal pengobatan, kambuh dan bahkan terjadi resistansi obat atau kebal.
Kabupaten Malang, SJP — Memiliki gejala batuk dan disebut sebagai penyakit menular, TBC (Tuberculosis) atau oleh masyarakat sering disebut paru-paru basah. Ini merupakan penyakit yang harus diwaspadai.
Untuk itu Subkor Subs Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang Chairiyah SKM MM memaparkan bahwa masyarakat harus tahu bagaimana mengenali gejala utama TBC.
"Gejala utamanya adalah batuk berdahak disertai atau tidak, dengan durasi waktu 2 minggu namun batuk yang kurang dari 2 minggu sebaiknya juga diperiksakan," ucapnya kepada Suarajatimpost.com, Jumat (20/10/2023) malam.
Chair menambahkan bahwa ada gejala tambahan yakni sesak nafas, berat badan menurun drastis, badan lemah nafsu makan berkurang, berkeringat malam hari meskipun tanpa beraktivitas.
Lalu bagaimana penanganannya?
Chair menjawab bahwa apabila individu sudah terjangkit gejala tersebut sebaiknya segera memeriksakan ke Puskesmas terdekat domisili atau Rumah Sakit.
"Segera periksakan apabila sudah mengetahui gejala tersebut, dan apabila diperiksa sudah terjangkit TBC maka harus patuh terhadap arahan dokter jika tidak maka bisa resistant," jawabnya.
Ia menjelaskan Pasien TBC harus melaksanakan wajib 6 bulan perawatan bagi yang terjangkit TBC sensitif. Jika tidak sesuai petunjuk maka bisa mengakibatkan gagal pengobatan, kambuh dan bahkan terjadi resistansi obat atau kebal.
Tak hanya itu, fatal akibatnya apabila individu tidak berobat atau berobat tidak teratur sehingga bisa menyebabkan meninggal dunia.
Menurutnya, sangat berbahaya apabila pasien tidak patuh. Meski pasien sudah merasakan enak saat minum obat sekitar 2 minggu, namun obat harus tetap dilanjutkan karena belum semua bakteri mati kalau minum obat kurang dari 6 bulan.
"Dan tetap menjaga perilaku hidup bersih dan sehat agar tidak tertular kembali, semua yang pernah kontak dengan penderitaan TBC harus melakukan pemeriksaan kesehatan juga agar diketahui sakit sama atau tidak," terangnya.
Ia juga membeberkan, jika memang nanti ditemukan sakit, maka sama harus minum obat meskipun yang tidak sakit minum namun ada tanda sudah terinfeksi maka minum obat pencegahan TBC.
Begitu pula pasien sudah terlanjur kontak serumah dan kontak erat jika menderita sakit yang sama atau TBC minum obat TBC.
"Bagi kontak serumah atau kontak erat dengan orang yang kena TBC, meskipun tidak sakit TBC namun ada tanda sudah tertular maka sangat dianjurkan minum obat pencegahan TBC agar tidak menjadi sakit TBC yang aktif," tukasnya.
Ia menerangkan bahwa ada 4 obat lini pertama/sensitif untuk pengobatan TBC, yaitu:
- Isoniazid
- Rifampisin
- Pyrazinamide
- Ethambutol
Semua obat yang diberikan dokter, harus ditelan selama masa pengobatan dan harus ada yang mengingatkan.
Lalu bagaimana jika sudah resistan?
Chair menjelaskan pasien bakal dirawat selama dua tahun. "Kalau sudah resistan akan lebih banyak lagi jenisnya (obatnya) dan bisa sampai 2 tahun perawatan atau penanganan," pungkasnya.
Chair berharap dengan banyaknya sosialisasi tentang informasi penyakit TBC, masyarakat memahami dan tidak menyepelekan gejala-gejala tersebut.
Pihak Dinkes bakal terus mensosialisasikan tentang TBC, sebab di 2030 secara nasional ada target Indonesia bebas endemic khususnya penyakit ini. (*)
Editor: Ronny Wicak
What's Your Reaction?