Kasus Kulit Bocah Mengelupas di Jember, Hasil Lab Sebut Terdapat Zat Kimia Berbahaya di Sumur Rumah dan Sungai

Diketahui dari hasil lab yang dilakukan di Labkesda Dinkes Jember, kata Kepala Dinkes Jember dr. Hendro Soelistijono ditemukan beberapa zat berbahaya dan zat kimia dari sampel air yang diperiksa.

24 Jan 2024 - 03:45
Kasus Kulit Bocah Mengelupas di Jember, Hasil Lab Sebut Terdapat Zat Kimia Berbahaya di Sumur Rumah dan Sungai
Dr Hendro Soelistijono Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jember.(Ulum/SJP)

Kabupaten Jember, SJP- Kasus kulit bocah umur 14 tahun bernama Mohammad Abil Pratama yang melepuh setelah bermain di sungai akhirnya temui titik terang.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Jember melakukan pemeriksaan dengan mengambil sampel air di sumur rumah korban, yang beralamat di Dusun Sumberan, Desa Ambulu, Kecamatan Ambulu, Jember beberapa waktu lalu.

Tidak hanya itu saja, Dinkes Jember juga mengambil sampel air di aliran sungai saluran irigasi sawah desa setempat, tempat korban sebelumnya dikabarkan berenang dan mandi.

Diketahui dari hasil lab yang dilakukan di Labkesda Dinkes Jember, kata Kepala Dinkes Jember dr. Hendro Soelistijono ditemukan beberapa zat berbahaya dan zat kimia dari sampel air yang diperiksa.

"Alhamdulillah hasilnya ada dua, di sumur yang berbahaya, yaitu (mengandung) mangan adalah zat mineral yang didapatkan dari batu-batuan. Ini berbahaya kalau dikonsumsi terus menerus. Karena akan menyebabkan gangguan pencernaan, gangguan ginjal, dan lain-lain," kata Dr Hendro Soelistijono, Rabu 24 Januari 2024.

Kemudian untuk sampel air yang diambil dari aliran sungai saluran irigasi sawah, lanjutnya, terdapat beberapa kandungan zat kimia.

"Di sisi yang lain, sungai mengandung 2 zat kimia, nitrit (Natrium Nitrit) dan Kupri (tembaga). Untuk nitrit, biasa digunakan sebagai pengawet makanan, sedangkan nitrit (juga) biasanya digunakan untuk pestisida," ungkapnya.

Dengan temuan adanya zat berbahaya dan zat kimia ini, lebih lanjut kata mantan Dirut RSD dr. Soebandi Jember itu, pihaknya menugaskan Kepala Puskesmas Ambulu untuk memberikan edukasi kepada keluarga korban dan warga.

"Untuk segera mengedukasi kepada keluarganya. Agar tidak menggunakan sumur tersebut sebagai konsumsi air minum. Kalau untuk mandi tidak masalah. Kemudian untuk aliran sungai itu, bisa kita pahami karena sungai tersebut alirannya dari sawah. Jadi kemungkinan Kupri (dan Nitrit) tersebut digunakan oleh petani," ujarnya.

Namun demikian, kata dokter Hendro, meskipun ditemukan zat berbahaya dan zat kimia ini. Pihaknya menegaskan bukan menjadi penyebab dampak yang dialami oleh bocah yang mengalami kulit melepuh itu.

"Karena kandungannya tidak begitu besar. Seandainya pun diduga itu, harusnya iritasi mengenai seluruh tubuh, tapi ini hanya di kulit-kulit tertentu," ucapnya. 

"Kemudian sesuai diagnosis dari RSD Soebandi, bahwa ini murni karena alergi (kulit) yang menyebabkan (kondisi mirip) Sindroma Stevens-Johnson," sambungnya.

Akan tetapi, dengan adanya kejadian yang dialami bocah malang yang akrab disapa Abil itu. Dinkes Jember juga menghimbau masyarakat untuk tidak memanfaatkan aliran sungai di desa setempat.

"Sehingga kepada masyarakat, dihimbau untuk saat ini kalau tidak penting tidak perlu mandi di sungai. Karena pasti sungai-sungai saat ini banyak tercemar oleh aliran-aliran dari sawah, dan lain-lain. Demi keamanan!" ujarnya.

"Karena beberapa orang yang mungkin (mengalami) alergi Kupri bisa terjadi. Tapi untuk pasien yang ini (kulitnya melepuh), bukan karena zat kimia tersebut. Tapi murni oleh karena (kondisi mirip) Sindroma Stevens-Johnson, (akibat) alergi obat maupun makanan yang dikonsumsi," imbuhnya.

Sebelumnya diberitakan, dari kondisi yang dialami bocah malang dengan kondisi kulit melepuh. Tim dokter dari RSD dr. Soebandi Jember melakukan pemeriksaan dan perawatan terhadap pasien.

Menurut Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) dr. Benedictus Gebyar, Sp. A, dari pemeriksaan secara medis yang dilakukan.

Pasien yang duduk dibangku kelas 8 SMP itu diduga mengalami alergi kulit akut.

"Pasien ini mengalami istilahnya TEN (Toxic Epidermolysis Necrotikans). Itu hampir mirip dengan SJS (Sindroma Stevens-Johnson). Steven Johnson Sindrom itu dibedakan dengan TEN. apabila kelainan pada kulit kurang dari 30 persen, atau rata-rata 10 persen (karakteristik SJS)," ujar dokter Gebyar saat dikonfirmasi di RSD dr. Soebandi Jember.

"Kalau TEN biasanya lebih dari 30 persen. Untuk kondisi yang dialami pasien (Abil) Kalau antara 10-30 itu yang dinamakan over lab, anatara SJS dan TEN itu," sambungnya menjelaskan.

Kondisi yang dialami pasien, lanjutnya, menurut teori terkadang bersifat multi faktorial. 

"Tapi kebanyakan dikatakan karena hipersensifitas dari pasien tersebut atau karena reaksi alergi yang berlebihan. Dengan diagnosa kebanyakan memang sekitar 70-90 persen, penyebabnya karena obat," ujarnya.

Kemudian terkait kondisi yang dialami pasien, dari kronologi awal yang disampaikan ibu pasien, diketahui sebelumnya mengkonsumsi ikan tongkol.

"Tapi seminggu sebelumnya. Nah setelah itu anaknya mandi di sungai, kemudian timbul seperti sakit cacar melepuh-melepuh. Kemudian demam, setelah itu minum obat yang dibeli di warung, obatnya paracetamol," ulas dokter yang juga tercatat sebagai Anggota Kelompok Staf Medis (KSM) Klinik Spesialis Anak ini.

Dari kondisi yang dialami, lanjutnya, kulit pasien melepuh di sekujur tubuhnya dan bertambah banyak.

"Sehingga setelah tidak mampu ditangani di bidan, puskesmas, selanjutnya dibawa ke rumah sakit. Pasien ini mengalami kelainan kulit mengelupas yang hebat. Makanya ini bersifat darurat, ditambah pasien ini menyebabkan dehidrasi dan gangguan termoregulasi. Yang lebih berat lagi, akan terjadi gangguan infeksi. Maka harus dirawat secara isolasi dan menyeluruh," jelasnya.(*)

editor: trisukma

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow