Inovasi Berkelanjutan dan Kreativitas Wisudawan PCU, Siap Hadapi Tantangan Lingkungan hingga Budaya

Sebagian calon wisudawan PCU ini berhasil meraih predikat cumlaude dengan beragam karya inovatif yang dibuat. Mulai dari lampu berbahan limbah ampas kopi dan sabut kelapa, busana dari kain sisa, papan permainan tentang rempah khas Indonesia, hingga desain arsitektur Apartemen Hijau di Surabaya.

04 Sep 2024 - 19:15
Inovasi Berkelanjutan dan Kreativitas Wisudawan PCU, Siap Hadapi Tantangan Lingkungan hingga Budaya
Salah satu wisudawan PCU, Alexander saat jelaskan desain proyek bangunan yang jadi tugas akhirnya (Ryan/SJP)

Surabaya, SJP - Lulusan universitas di Indonesia semakin menunjukkan kelasnya, tidak hanya dari segi akademik tetapi juga dalam inovasi dan kreativitas, terutama dalam menghadirkan solusi terhadap berbagai isu-isu terkini, seperti tantangan lingkungan, sosial, hingga budaya.

Hal ini terlihat jelas dalam momentum jelang Wisuda ke-86 di Petra Christian University (PCU), Surabaya, di mana para calon wisudawan mendapat kesempatan untuk memamerkan beragam karya inovatif mereka dengan penuh kreativitas.

Salah satu contohnya datang dari calon wisudawan cumlaude jurusan Interior Design, Ingrid Georgina Henriette Payangan. Ia menciptakan lampu dari bahan limbah ampas kopi dan sabut kelapa melalui karyanya yang berjudul 'Perancangan Produk Aksesoris Interior dari Limbah Ampas Kopi dan Sabut Kelapa'.

“Tren konsumsi kopi sangat meningkat, banyak kafe buka dimana-mana, tapi mayoritas ampas kopinya dibuang begitu saja. Di sisi lain, Indonesia menjadi salah satu produsen limbah organik terbesar berupa sabut kelapa, dan masih tertinggal dalam hal inovasi pengolahan limbah ini,” ujar Ingrid, Kamia (4/9).

Dengan mengumpulkan ampas kopi dari kafe-kafe di sekitar rumahnya, ia mencampur material tersebut dengan sabut kelapa, menghasilkan pola organik yang abstrak saat lampu menyala.

“Aku berharap karya ini menginspirasi orang lain untuk mencari potensi-potensi yang dapat dihasilkan dengan pengolahan limbah menjadi produk-produk interior,” tambah gadis kelahiran Sorowako, Sulawesi Selatan ini.

Sementara itu, Fiona Jeannice Sutedja, calon wisudawan jurusan Textile and Fashion Design, menampilkan koleksi busana 'ready-to-wear' yang memanfaatkan kain sisa atau perca dalam koleksi berjudul 'FIOJEANS'.

Dalam koleksi ini, ia menggabungkan denim dengan sentuhan kain sisa untuk hasilkan aksesoris seperti tas, topi, dan pouch juga dibuat dari bahan yang sama, dengan harga di kisaran ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

“Industri fashion menghadapi masalah serius terkait limbah akibat produksi yang mengikuti tren mode. Jika tidak diolah, dapat mengancam lingkungan, terutama bahan seperti nylon dan polyester yang sulit terurai,” jelas Fiona. 

Berbekal pengalaman magang di brand fashion lokal Danjyo Hiyoji, Fiona berhasil menyelesaikan karya ini dan meraih predikat cumlaude dengan judul 'Perancangan Busana Ready-To-Wear Genderless Menggunakan Denim dengan Pemanfaatan Upcycling Sisa Produksi dan Sentuhan Unfinished Fabric'.

Tidak hanya inovasi berbasis bahan sisa, kreativitas juga hadir dalam bentuk media edukasi yang mengangkat budaya lokal, Fiorella Chelsea, calon wisudawan jurusan Desain Komunikasi Visual, menciptakan board game edukatif berjudul 'Amborasa'.

Amborasa bertujuan mengenalkan rempah-rempah Indonesia kepada generasi Z, melalui board game ini, pengguna dapat belajar mengenai wujud, cara pengolahan, dan kegunaan rempah dalam masakan Nusantara.

“Lewat karya ini, aku ingin mengenalkan rempah-rempah Indonesia baik dari wujud, cara pengolahan, dan biasa digunakan untuk masakan apa saja,” jelas Fiorella. 

Uniknya, ia menciptakan miniatur replika rempah menggunakan clay untuk memberikan pengalaman langsung kepada pengguna, terinspirasi dari kurangnya minat anak muda untuk memasak dan kebiasaan menggunakan bumbu instan.

Setelah riset dan wawancara dengan pakar kuliner dan desainer board game, Fiorella berhasil meraih predikat cumlaude berkat karyanya ini. Ia berharap board game-nya dapat memperkenalkan budaya memasak tanpa terkesan menggurui. 

Terakhir, adapun Alexander Anderson Meidianto, calon wisudawan Architecture, turut mempersembahkan karyanya yang menjawab permasalahan urban melalui desain arsitektur dalam tugas akhirnya yang berjudul 'Apartemen Hijau di Surabaya'.

Alexander mengusung konsep residential-led mixed-use dengan fitur desain hijau untuk mengatasi Urban Heat Island di kota besar seperti Surabaya.

“Hasil desainnya adalah sebuah proyek bangunan yang menerapkan fitur-fitur desain hijau pada sekujur bangunannya," jelas Alexander.

"Desain ini mampu menciptakan lingkungan yang nyaman, menurunkan suhu bangunan, dan mengurangi penggunaan AC serta listrik,” tandas mahasiswa yang juga raih predikat cumlaude itu.

Mengambil pendekatan 'Nature-based Placemaking', ia berfokus pada integrasi elemen alam ke dalam bangunan untuk menciptakan jalur cahaya dan udara alami.

Sebagai informasi, keempat calon wisudawan tersebut adalah bagian dari total 1.172 wisudawan yang akan diwisuda dalam Wisuda ke-86 PCU pada 6-7 September 2024 mendatang. (*)

Editor: Rizqi Ardian 

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow