Hidupkan Seni Tradisional Saat Ramadan, Karnaval Musik Patrol Digelar di Jember
Karnaval Musik Patrol ke 24 digelar sebagai event pawai dan seni musik tradisional asli dari Kabupaten Jember oleh UKM Kesenian Universitas Jember
Kabupaten Jember, SJP - Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Kadisparbud) Kabupaten Jember, Bambang Rudianto dukung adanya gellaran angkat kesenian asli dan tradisional dari Jember yaitu Karnaval Musik Patrol ke 24, .
"Pemkab mendukung acara ini, bahwa ini kesenian asli Jember. Kita dukung panitia yang tujuannya untuk melestarikan budaya patrol ini," ujarnya saat dikonfirmasi awak media, Minggu (31/2)
Karnaval Musik Patrol ke 24 digelar sebagai event pawai dan seni musik tradisional asli dari Kabupaten Jember oleh UKM Kesenian Universitas Jember (Unej) pada, Sabtu 30 Maret 2024 malam.
Ketua Panitia Karnaval Musik Patrol 24 Aditiya Budi Setyawan sebut gelaran ini dimaksudkan untuk melestarikan kesenian musik tradisional asli daerah, maka kegiatan itu sering dilakukan.
"Tujuannya adalah melestarikan kesenian musik tradisional yang esensinya adalah membangunkan umat Islam saat masuk waktu sahur sebelum menjalankan ibadah puasa saat Ramadan," katanya.
Kesenian musik tradisional patrol ini, kata Aditya, sudah ada sejak puluhan tahun lalu, sedangkan untuk tahun 2024 ini adalah event resmi ke 24 yang digelar di Jember.
"Awalnya even resmi ini digelar sejak tahun 2000 lalu. Kita tahu musik tradisional patrol ini, hanya seni di perkampungan atau desa asal Jember. Dengan tujuan berkeliling membangunkan orang untuk makan sahur. Namun karena ini seni tradisional, jadi kita wajib melestarikan. Adanya seni musik patrol ini memang hanya dilakukan saat puasa Ramadan," kata Aditiya.
Selain itu, lanjutnya, adanya even ini juga sebagai bentuk loyalitas kepada masyarakat khususnya di Jember.
"Bahwa kita sebagai UKM Kesenian Jember ini. Dengan adanya kesenian musik patrol ini, juga ada pegiat seninya. Kita mewadahi kesenian ini sebagai seni tradisional asli Jember. Alhamdulillah dari upaya kita ini, kegiatan serupa tidak hanya dilakukan di Jember. Tapi juga digelar di daerah-daerah lain," ujarnya.
"Untuk even musik patrol tradisional ini, kebetulan sampai digelar di tiga tempat berbeda. Ada di KCM (Kota Cinema Mall), di Double Way Unej, dan satu lagi di Surabaya," sambungnya.
Terkait kemasan even yang digelar dengan pawai karnaval,mahasiswa asal Lumajang ini katakan tujuan utamanya untuk mengemasnya lebih menarik dan semarak.
"Kesenian musik tradisional ini, dikhawatirkan hilang ketika tidak ada yang melestarikan. Jadi agar menjadi menarik, seni musik patrol ini diikuti satu grup dengan jumlah personel kurang lebih 20 orang. Ada dekorasinya untuk alat musik yang dibawa pawai, dan juga alunan musiknya yang harmoni dan aransemennya yang berkonsep karnaval," ulasnya.
"Dari setiap even yang sudah digelar, kami selalu melakukan evaluasi. Even ini saya anggap tidak mengganggu. Tapi juga malah meramaikan bulan Ramadan. Sebagai momentum, semaraknya bulan besar Islam," ungkapnya menanggapi adanya pandangan miring yang menganggap pawai karnaval ini mengganggu ibadah puasa Ramadan.
"Untuk even ini juga digelar setelah masyarakat selesai melaksanakan ibadah Salat Tarawih, juga sesuai esensinya untuk membangunkan sahur. Acara ini kami kira tidak mengganggu ibadah ya," imbuhnya.
Aditiya juga menambahkan, untuk jumlah grup yang ikut sebagai peserta variatif setiap tahunnya dan selalu ada grup musik patrol asal luar Jember.
"Untuk peserta ada 8 grup musik patrol. Terdiri dari 20 orang personel. Ada yang meniup seruling, memukul alat semacam kentongan, dan ada penyanyinya. Aransemen lagunya juga kedaerahan, ada lagu Madura dan Salawatan," katanya.
Pawai atau karnaval musik patrol tersebut menempuh jarak kurang lebih 8 kilometer dengan rute start di Double way Unej, Jalan Mastrip, Jalan PB. Sudirman, Alun-Alun Kota Jember, Jalan Ahmad Yani, Jalan Gatot Subroto, dan finishnya nanti di Jalan Kartini depan Kantor Disnaker Jember. (*)
Editor: Tri Sukma
What's Your Reaction?