Harga Emas Turun Dipicu Prospek Pertumbuhan Ekonomi AS, Namun Ketegangan Geopolitik Batasi Penurunan

Harga emas mengalami penurunan pada Senin (28/10/2024) setelah dua hari sebelumnya menguat

28 Oct 2024 - 22:05
Harga Emas Turun Dipicu Prospek Pertumbuhan Ekonomi AS, Namun Ketegangan Geopolitik Batasi Penurunan
Ilustrasi emas batangan. (Foto: Freepik)

Suarajatimpost.com - Harga emas mengalami penurunan pada Senin (28/10/2024) setelah dua hari sebelumnya menguat. Penurunan ini dipicu oleh optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS). Namun, ketegangan geopolitik yang berlangsung dan ketidakpastian menjelang pemilihan presiden AS diperkirakan akan membatasi penurunan lebih lanjut.

Pada pukul 10:20 WIB, harga emas spot tercatat turun 0,57 persen menjadi US$ 2.732,4. Analis dari Dupoin Indonesia, Andy Nugraha, mengindikasikan bahwa indikator Moving Average menunjukkan bahwa tren bullish harga emas mulai melemah. 

Meski demikian, ada potensi harga emas untuk naik menuju level US$ 2.747. “Namun, jika kenaikan tersebut gagal terwujud dan terjadi pembalikan (reversal), maka penurunan harga dapat mencapai US$ 2.718 sebagai target terdekat,” ungkapnya.

Andy menjelaskan bahwa harga emas saat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari sisi ekonomi global maupun geopolitik. Menguatnya prospek pertumbuhan ekonomi AS memberikan tekanan pada logam mulia ini, karena ekspektasi ekonomi yang kuat dapat meningkatkan nilai dolar AS, yang berbanding terbalik dengan pergerakan harga emas.

Dari sisi geopolitik, ketegangan di Timur Tengah memberikan dorongan bagi emas sebagai aset perlindungan nilai. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengungkapkan bahwa serangan terhadap Iran pada hari Sabtu telah melemahkan pertahanan Teheran, meskipun pejabat Iran berjanji akan memberikan respons tanpa ingin memicu perang yang lebih besar. 

“Ketidakpastian ini menambah sentimen positif bagi emas, yang sering dianggap sebagai lindung nilai terhadap risiko politik dan ketidakpastian pasar,” jelas Andy.

Selain itu, permintaan investor dan pembelian cadangan emas oleh bank sentral juga mendukung harga emas. Laporan dari World Gold Council menunjukkan bahwa bank sentral di seluruh dunia telah membeli lebih dari 1.000 ton emas dalam dua tahun terakhir, dengan China sebagai pembeli utama.

Faktor penting lainnya yang mempengaruhi harga emas dalam jangka pendek adalah kebijakan suku bunga The Fed. Saat ini, pasar memperkirakan kemungkinan 97,7 persen, bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan November. 

“Perkiraan ini didasarkan pada data ekonomi AS yang menunjukkan pertumbuhan kuat, seperti angka Nonfarm Payrolls (NFP) yang naik 254 ribu pada bulan September, jauh di atas ekspektasi pasar sebesar 140 ribu,” tambah Andy.

Namun, ia menambahkan bahwa pemangkasan suku bunga yang lambat dapat melemahkan harga emas, karena penurunan suku bunga yang signifikan biasanya mendukung emas sebagai aset non-bunga.

Pada Rabu (30/10/2024), Biro Analisis Ekonomi AS (BEA) akan merilis estimasi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) untuk kuartal ketiga.

Jika angka PDB AS di atas 3 persen, ini dapat mendorong nilai dolar naik dan menekan harga emas. Sebaliknya, jika PDB lebih rendah dari ekspektasi, antara 1 persen hingga 2 persen, harga emas berpotensi menguat.

“Dengan berbagai faktor yang saling tarik-menarik, harga emas diperkirakan akan bergerak di kisaran US$ 2.718 hingga US$ 2.747 pada perdagangan hari ini. Kesimpulannya, meskipun emas saat ini berada dalam fase koreksi, risiko geopolitik dan ketidakpastian politik menjelang Pilpres AS dapat memberikan dukungan bagi harga,” tutup Andy. (**)

sumber: investor.id
Editor : Rizqi Ardian

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow