Bondowoso Genjot Turunkan Stunting dan Kemiskinan Ekstrem
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, angka stunting Bondowoso berada pada 32 persen.
Kabupaten Bondowoso, SJP – Upaya penurunan angka stunting dan kemiskinan ekstrem di Kabupaten Bondowoso, terus dilakukan oleh tim percepatan penurunan stunting (TPPS).
Kali ini TPPS tengah melakukan monitoring di Kecamatan Tenggarang, pada Rabu (22/11/2023). Hal itu juga dilakukan di seluruh kecamatan se Kabupaten Bondowoso.
Camat Tenggarang, Rifky Hariyadi menyatakan, saat ini yang menjadi lokus penanganan stunting ada di Desa Tangsil Kulon. Penanganannya dan anggarannya melekat pada lintas sektoral.
“Kita berupaya mengkoordinasikan program-program untuk penurunan stunting. Salah satunya pemberian vitamin, timbang badan, termasuk tambahan makanan, untuk balita,” ujarnya usai monitoring.
Dirinya optimistis, penurunan stunting di Kecamatan Tenggarang sesuai dengan target.
“Sampai akhir tahun nanti, kita upayakan bisa mencapai target. Meski ada 3 indikator yang belum dipenuhi, intinya kita optimistis,” tegasnya.
Untuk Desa Tangsil Kulon, kata Rifky, saat ini menjadi lokus penurunan stunting di Kecamatan Tenggarang.
“Data di kita keseluruhan per Oktober 2023, ada192 penderita stunting se kecamatan. Paling banyak di Tangsil kulon dan ini kita upayakan bisa turun lagi,” terangnya,
Sementara, staf ahli Bupati Bondowoso, Mohammad Imron, menjabarkan jika berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, angka stunting Bondowoso berada pada 32 persen.
“Bondowoso masih tinggi. Oleh karena itu, untuk mencapai target yang tertuang dalam RPJMD, kita berupaya untuk menurunkan sesuai target nasional, 14 persen,” kata mantan Kepala Dinas Kesehatan Bondowoso ini.
Monitoring ini dilakukan untuk memantau sejauh mana dan apa yang telah dilakukan oleh Pemerintah Desa dalam menurunkan angka prevalansi stunting dan penurunan angka kemiskinan ekstrem di semua desa.
“Nanti kita sinergikan semua pihak dan stakeholder melalui TPPS, mulai tingkat kabupaten, kecamatan dan desa,” ujarnya.
Dirinya menerangkan, permasalahan stunting bukan hanya di sektor kesehatan saja. Karena kontribusi bidang kesehatan diintervensi spesifik hanya 30 persen, sisanya 70 persen intervensi sensitif ada di Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
“Ada 10 OPD yang akan bergerak bersama dalam rangka menurunkan angka stunting dan kemiskinan ekstrem. Mudah-mudahan tahun 2024, kita bisa menurunkan sesuai target nasional,” harapnya.
Sebelumnya, Pj Bupati Bondowoso, Bambang Soekwanto menekankan pentingnya kerja sama antara pemerintah daerah, kecamatan, dan berbagai pihak terkait untuk mencapai target penurunan stunting dan kemiskinan ekstrem.
“Penanganan permasalahan ini memerlukan pendekatan yang holistik, melibatkan sektor kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan sosial,” katanya saat menghadiri monitoring stunting di Kecamatan Wringin, Selasa (21/11/2023) kemarin.
Pj Bupati juga menyampaikan apresiasinya terhadap upaya keras yang telah dilakukan oleh pemerintah kecamatan, tenaga kesehatan, pendidik, serta masyarakat setempat dalam mendukung program-program tersebut.
“Partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat dari hulu hingga hilir, sangat krusial dalam mencapai hasil yang signifikan,” pungkasnya. (Adv)
Editor : Rizqi Ardian
What's Your Reaction?