'AstraZeneca Effect' Ributkan Masyarakat, Dinkes Batu Angkat Bicara

Kejadian TTS yang sangat jarang tersebut terjadi pada periode 4 sampai dengan 42 hari setelah pemberian dosis vaksin covid-19 AstraZeneca. Sehingga apabila terjadi di luar periode tersebut, maka kejadian TTS tidak terkait dengan penggunaan vaksin tersebut

09 May 2024 - 10:45
'AstraZeneca Effect' Ributkan Masyarakat, Dinkes Batu Angkat Bicara
Ilustrasi efek vaksin astrazeneca (Tiwandasella/SJP)

Kota Batu, SJP - Ramai perbincangan efek dari vaksin Covid-19 jenis AstraZeneca yang mampu memperlambat pembekuan darah hingga sakit demam yang saat ini banyak terjadi membuat Pemkot Batu melalui Dinkes Angkat Bicara

Kepala Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit, dan Penanganan Bencana Dinkes Kota Batu dr. Susana Indahwati mengatakan pada Kamis (9/5/2024) bahwa berdasarkan penjelasan publik nomor HM.01.1.2.05.24.35 pada 5 Mei 2024 tentang pemantauan jangka panjang keamanan vaksin covid-19 astrazeneca memang benar adanya namun dalam kasus sangat langka atau 'very rare'.

"Keamanan vaksin Covid-19 AstraZeneca terkait kejadian trombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) atau pembekuan darah yang diberitakan oleh media Inggris dan beberapa media nasional, telah dimonitor oleh BPOM dalam pemantauan Post Authorization Safety Study (PASS)," ungkapnya.

Pasalnya, industri farmasi pemegang Emergency Use Authorization (EUA) wajib melaksanakan PASS dan menyampaikan laporan kepada BPOM mengingat pada 22 Februari 2021 dan lebih dari 73 juta dosisnya telah digunakan dalam program vaksinasi di Indonesia.

Pemantauan keamanan vaksin di Indonesia juga dilakukan oleh Kementerian Kesehatan bersama dengan Komite Nasional Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KOMNAS PP KIPI).

Pemantauan ini termasuk pelaksanaan surveilans aktif terhadap Kejadian Ikutan dengan Perhatian Khusus (KIPK) pada program vaksinasi COVID-19 selama periode Maret 2021–Juli 2022 pada 14 rumah sakit sentinel (lokasi pelaksanaan surveilan aktif) di 7 provinsi di Indonesia.

"Hasil kajiannya memang ada namun sangat jarang yakni terdapat 1 kasus dalam 10 ribu kejadian. Apalagi hingga April 2024 tidak terdapat laporan kejadian terkait keamanan termasuk kejadian TTS di Indonesia yang berhubungan dengan vaksin covid-19 AstraZeneca," imbuhnya.

Lebih lanjut, kejadian TTS yang sangat jarang tersebut terjadi pada periode 4 sampai dengan 42 hari setelah pemberian dosis vaksin covid-19 AstraZeneca. Sehingga apabila terjadi di luar periode tersebut, maka kejadian TTS tidak terkait dengan penggunaan vaksin tersebut.

"Jadi ketika mengalami peristiwa TTS maka bisa langsung pergi ke rumah sakit atau puskesmas terdekat. Tanyakan peristiwa tersebut pada ahlinya karena apabila hanya mendengarkan isu yang belum jelas dan ikut menyebarkan maka berpotensi menjadi hoaks. Peristiwa sakit meriang, dan demam pada masyarakat yang saat ini banyak terjadi juga tidak ada kaitannya dengan efek vaksin Covid-19 AstraZeneca," pungkasnya. (*)

Editor: Tri Sukma

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow