Pemuda Ngampelrejo Ciptakan Peluang Agrobisnis Makro  

Tiga pemuda Jember buka usaha pembibitan cabe rawit sebagai contoh bagi pemuda lain yang ingin berwirausaha di bidang agrobisnis makro

31 Jan 2024 - 04:30
Pemuda Ngampelrejo Ciptakan Peluang Agrobisnis Makro   
Pemuda Ngampelrejo Kecamatan Jombang Kabupaten Jember.(Ulum/SJP)

Kabupaten Jember, SJP - Bagi anak muda yang kebingungan menentukan masa depan, tak ada salahnya mengikuti apa yang dilakukan oleh sekelompok pemuda di Desa Ngampelrejo, Kecamatan Jombang, Jember ini.

Sekelompok pemuda yang beranggotakan tiga orang dari desa terpencil yang berlokasi di sisi barat Jember ini membuka peluang lewat usaha agribisnis berskala makro. 

Mereka bertiga menjadi salah satu penyuplai bibit sayuran bagi petani di sejumlah wilayah di Kabupaten Jember dan Lumajang.

Tidak besar memang, namun dengan tekad kuat dan konsistensi yang ada, mereka mampu membuktikan dan mulai menuai hasilnya. 

Perlahan tapi pasti usaha pembibitan ini menjadi ladang ekonomi yang mampu menggemukkan dompet. 

"Belum banyak memang tapi ini sedikit-sedikit sudah bisa dirasakan hasilnya," kata Ahmad Suyoto salah seorang pemuda perintis usaha ini, Rabu 31 Januari 2024.

Ia bercerita bahwa usaha ini telah ditekuni sejak tahun lalu bersama dua rekannya yakni Rosyidul Aqli (26) dan Fuad Fahmi (28).

Eksekusi usaha dimulai dari memanfaatkan pekarangan rumah dan dengan modal minim yang diperoleh dari patungan.

"Awal modal patungan terkumpul sekitar Rp500 ribu. Itu digunakan untuk beli bibit dan plastik. Sementara bedeng dan tanah media tanam kita memanfaatkan dari kebun sendiri," kata dia.

Mereka semula gotong royong membangun sebuah bedeng kecil yang hanya mampu menampung seribuan bibit dan sementara bibit yang ditanam hanyalah bibit rawit.

Yoto mengaku dipilihnya bibit rawit lantaran tingginya permintaan pasar. 

Usaha ini pun tak langsung berjalan mulus karena dari seribu bibit yang ditanam hanya separuhnya saja yang mampu hidup.

Kegagalan ini tentu karena masih minimnya pengalaman meski mereka tetap tak putus asa.

Bermodal kegagalan dari usaha sebelumnya para pemuda ini bangkit dan belajar. Mereka kembali patungan dan membuat usaha ini menjadi lebih besar. 

Setahun belajar kini usaha ini nampak cerah dan mulai berkembang karena mereka kini mulai bisa menyewa lahan, membuat bedeng berukuran besar dan  mampu memproduksi kurang lebih 70 ribu bibit siap tanam per bulannya. 

Yoto mengaku sementara penjualan bibitnya masih mengandalkan pemesanan alias pre order.

Pembelinya rata-rata tahu usaha ini dari mulut ke mulut.

Bibit dijual dengan hitungan satuan yakni Rp180 perak per satuan.

Dari puluhan ribu bibit yang diproduksi tidak seluruhnya bisa langsung terjual, dengan kata lain bibit terjual habis secara bertahap. 

Rata-rata per hari seribu bibit yang diambil pembeli sehingga bila dirata-rata sebulan ada 30 ribu bibit yang terjual. 

"Hitungannya pendapatan laba kotornya sekitar Rp6 juta per bulannya," ujarnya. 

Mereka berencana menanam jenis bibit lain seperti cabai merah besar, tomat dan terong. "Bibit cabai merah, tomat dan terong juga cukup banyak peminatnya. Tapi paling tinggi peminatnya memang bibit rawit," terangnya. 

"Ke depan kalau sudah lebih siap, kita akan coba pemasaran online," imbuhnya.

Mewakili rekan-rekannya, Yoto berharap usahanya bisa berkembang menjadi lebih besar lagi. Besarnya usaha ini, diharapkan mampu menjadi inspirasi pemuda desa dan membuka peluang menyerap tenaga kerja untuk berdaya di desa bersama.(*)

editor: trisukma

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow