Warung Kopi Barongan di Tengah Kota Mojokerto, Tempat Nongkrong Santai Penghilang Penat
Tak banyak orang bisa memanfaatkan keterbatasannya justru menjadi cara jitu menarik perhatian. Salah satunya warung jadul yang setiap harinya tdak pernah sepi ini.
KOTA MOJOKERTO, SJP – Generasi milenial yang lahir antara tahun 1981-1996 pasti tidak asing dengan warung bernuansa jaman dulu (jadul). Namun siapa sangka, warung jadul ternyata juga dapat ditemukan di tengah kota seperti Kota Mojokerto.
Warung itu berada di sebelah Sungai Ngrayung, Kelurahan Meri, Kecamatan Kranggan, Kota Mojokerto. Tepatnya di Kampung Kuwung. Warung itu menjadi unik karena merupakan satu-satunya tempat ngopi yang bernuansa jadul.
Warung ini mampu membuat setiap pengunjungnya bernostalgia dan mengenang masa-masa lampau. Ditambah dengan lokasi warung yang berada di bawah rimbunan pohon bambu. Silir-semilir angin semakin menguatkan memori untuk kembali berpetualang ke masa lalu.
Bahkan, Ahmad (41) dan rekan-rekannya tidak memilih kafe modern untuk melepas penat saat jam istirahat. Warung bernama Nisor Barongan itu tetap menjadi pilihan satu-satunya untuk mereka melepas lelah. Mereka lebih merasa tenang ketika berada di warung jadul itu.
“Lebih tenang dengan nuansa alam mas. Beda dengan kafe. Bisa santai sambil menghilangkan penat saat istirahat kerja,” ujar pria asal Kecamatan Trowulan yang bekerja sebagai salesman itu, Rabu (20/11/2024).
Ahmad telah menjadi pelanggan tetap di warung berkonsep klasik itu. Dia seperti hilang ingatan, bahwa warung kopi di Mojokerto tidak hanya itu saja. Mungkin selain karena harga kopinya murah, jajanannya juga cukup beragam. Di warung itulah cakrawala imajinasinya tumbuh.
Setiap hari, saat istirahat dari kerjaannya, dia dan teman-temannya tidak lupa untuk sejenak singgah menikmati kopi hitam di bawah rindangnya barongan bambu. Perpaduan kafein dan oksigen dari barongan bambu di atas kepalanya membuat pikirannya lebih segar.
“Hampir tiap hari, kalau istirahat kerja saya ke sini sama teman-teman. Murah, juga gorengannya banyak. Tapi yang paling menarik ya suasananya ini,” ucap Ahmad sembari melanjutkan menyeruput kopi yang baru dipesannya.
Ternyata tidak hanya Ahmad yang merasa tersandera dengan ketenangan di warung Nisor Barongan. Rokhim (57) bahkan hampir lupa arah jalan pulang ketika sudah berlama-lama menikmati asrinya suasana warung kuno itu.
Padahal menurutnya, di sekitar Kampung Kuwung itu cukup banyak kafe-kafe modern dengan berbagai konsep kekinian. Namun hanya warung Nisor Barongan yang dianggapnya paling cocok. Di warung itu, dia dapat saling bertukar pikiran dengan pria seusianya.
“Banyak di sini kafe bagus-bagus dan mewah. Tapi bagi saya ini yang cocok. Banyak juga bapak-bapak pensiunan yang ngopi di sini saat pagi,” ujarnya sesaat setelah dia menelan pisang goreng yang telah dikunyahnya sejak tadi, Rabu (20/11/2024).
Namun ternyata, warung tersebut bukan ujuk-ujuk ada dengan konsep jadul. Chusnul Hamidah, pemilik warung itu memang sengaja memilih tema warung tradisional di tengah perkotaan. Dia ingin menghadirkan gaya yang berbeda dari kafe lain di sekitarnya.
Chusnul belum lama membuka warung tradisional dengan karakteristik yang kuat itu. Namun ide kreatifnya itu mampu menarik perhatian. Terutama bagi bapak-bapak yang ingin meluapkan kepenatannya setelah memulung berbagai masalah dari rumahnya.
Melalui warung itulah Chusnul berusaha memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dia harus bekerja keras untuk membiayai kedua putrinya yang sedang kuliah. Putra bungsunya kini berada di pondok pesantren. Dari warung itu, dia menghidupi ketiga anaknya.
“Ya memang sengaja biar gayanya berbeda. Di sini kan banyak kafe, tapi hanya ini warung tradisional. Apalagi di bawah rimbunan bambu. Suasananya pasti enak silir-semilir. Tapi warung ini belum lama kok, sekitar dua tahunan,” jelas Chusnul sambil mengaduk kopi pesanan salah satu pengunjung, Rabu (20/11/2024). (*)
Editor: Ali Wafa
What's Your Reaction?