Unjuk Rasa Damai; Ratusan Guru Geruduk Hotel Aston Jember

Acara di Aston Hotel Jember yang digelar oleh PGRI Jatim juga tanpa melibatkan pengurus PGRI Jember sehingga terkesan hanya melibatkan panitia dari Unipar sebagai irisan dari Organisasi PGRI.

05 May 2024 - 15:15
Unjuk Rasa Damai; Ratusan Guru Geruduk Hotel Aston Jember
Aksi demontrasi PGRI Kabupaten Jember (Ulum/SJP)

Kabupaten Jember, SJP - Sebanyak 300 anggota dan pengurus Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) cabang Jember melakukan aksi unjuk rasa damai.

Aksi unjuk rasa yang diawali dengan konvoi kendaraan bermotor yang dimulai di titik kumpul depan Bundaran DPRD Jember, berakhir di depan Aston Hotel Jember pada Minggu (5/5).

Sebelumnya juga dilakukan orasi di depan Kampus Universitas Argopuro (Unipar) Jalan Jawa, Kecamatan Sumbersari, Jember.

Aksi unjuk rasa damai itu sebagai bentuk protes di tengah konflik kepengurusan Pengurus Besar (PB) PGRI yang saat ini terjadi dualisme kepemimpinan antara kubu PB PGRI Pimpinan Bu Unifah Rosyidi, dengan kelompok PB PGRI Pimpinan Teguh Sumarno.

Saat ini situasinya sedang dalam sengketa di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta.

Namun demikian menurut Ketua PGRI Jember Supriyono, dengan adanya giat yang digelar di Aston Hotel Jember dan dikemas dalam bentuk acara halal bihalal juga dikhawatirkan memancing konflik dan perpecahan antar anggota PGRI Jember.

Selain persoalan dualisme kepemimpinan di tubuh PB PGRI munculnya SK Pembekuan Pengurus PGRI Jember yang diterbitkan di tengah konflik dualisme di PB PGRI semakin memperuncing masalah.

Acara di Aston Hotel Jember yang digelar oleh PGRI Jatim juga tanpa melibatkan pengurus PGRI Jember sehingga terkesan hanya melibatkan panitia dari Unipar sebagai irisan dari Organisasi PGRI.

"Hari ini PGRI Jember ini sudah tenang, kita berkegiatan untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru. Kemudian dari 32 cabang dan cabang khusus kompak. Lah tiba-tiba muncul SK yang ada di medsos. Intinya membekukan (kepengurusan) PGRI Jember, yang tidak punya masalah," kata Supriyono saat dikonfirmasi disela aksi unjuk rasa.

"Kegiatan kita lancar tidak stuck (diam di tempat). Kita sudah 4 tahun, Konfercab sudah ketiga, kita juga bayar iuran. Tapi  adanya SK Pembekuan menganggap kita tidak menggerakkan organisasi, dan katanya tidak bayar iuran," sambungnya.

Dengan persoalan dualisme kepemimpinan di PB PGRI, dan terbitnya SK Pembekuan, kata Supriyono, ditambah ada acara yang dikemas dalam bentuk Halal Bi Halal yang tidak melibatkan PGRI Jember. 

Hal ini dinilai menyebabkan konflik, terlebih Ketua PB PGRI Unifah Rosyidi, juga tampak hadir di acara yang digelar di Aula Aston Hotel Jember itu.

"Nah (sampai) hari ini, mereka (Unifah Rosyidi dengan Teguh Sumarno) sedang bersengketa di Pengadilan Tata Usaha Negara. Kita padahal menunggu sampai ada keputusan hukum yang inkrah. Siapapun yang menang dari proses hukum itu, kitapun akan berkiblat," ujar Supriyono.

"Lah kok tahu-tahu mereka mengacak-acak. Kita dianggap seperti Banyuwangi, yang mudah dipecah belah. Sehingga dari (adanya acara halal bi halal) ini, kita lawan dan kita tolak untuk sepakat. Berarti keinginannya agar guru-guru saling berhadapan, guru-guru saling konflik horizontal. Padahal kita tidak mau," sambungnya.

Lewat aksi unjuk rasa yang dilakukan ratusan guru anggota PGRI Jember, termasuk anggota guru dan tenaga honorer, serta P3K diharapkan dapat mencegah terjadinya perpecahan antar anggota.

"Sehingga lewat aksi demo ini, kita tunjukkan kepada Bu Unifah. Bahwa Jember tidak sama dengan kabupaten lain, yang tidak bisa diacak-acak. Adanya dugaan mengacak - acak kepengurusan PGRI Jember ini, dikemas dengan acara halal bi halal, tapi nanti mungkin ada acara pengesahan Karteker. Inilah yang nantinya (dikhawatirkan) ada persoalan baru," ungkapnya.

"Maka dari itulah, kita menolak apapun yang dilakukan oleh Bu Unifah yang sedang berkonflik. Apalagi masih dalam proses hukum," tegasnya.

Lewat aksi unjuk rasa damai yang dilakukan, lebih lanjut kata Supriyono, juga sebagai bentuk menunjukkan komitmen pengurus PGRI Jember. 

Dalam konteks menjaga situasi kondusif antar anggota yang notabene guru se Kabupaten Jember. Agar tidak terpancing, dan ikut dalam carut marut persoalan di internal PB PGRI.

"Untuk itu sekali lagi, kita tidak ingin membangun konflik. Tapi kita ingin membangun persatuan dan kesatuan guru di Kabupaten Jember. Acara yang di dalam itu (Aston Hotel Jember), adalah Pengurus PB PGRI versi Bu Unifah, kemudian bersatu dengan Unipar sebagai panitianya. Makanya selain di sini, kita juga demo di Unipar tadi," jelasnya.

"Karena (diduga) di Unipar juga ada upaya konspirasi, mengenai SK pembekuan (pengurus) PGRI Jember. Karena Jember dianggap tidak tunduk pada (Kepengurusan) PB PGRI versi Bu Unifah," sambungnya.

Supriyono juga berdalih, anggota dan pengurus PGRI Jember berusaha menghargai proses PTUN konflik internal PB PGRI.

"Padahal sikap kita jelas, menunggu keputusan hukum soal dualisme kepemimpinan. Makanya kita terus menjalin solidaritas baik antar anggota. Jangan sampai teman-teman yang ditunjuk untuk menjadi Karteker mudah-mudahan tidak melakukan apapun, demi persatuan dan kesatuan antar anggota PGRI di Jember," jelasnya.

Menanggapi aksi damai ratusan guru anggota dan pengurus PGRI Jember itu rektor Unipar Basuki Hadi Prayogo menjawab tudingan dari Pengurus PGRI Jember.

Ia katakan pihak Unipar hanya diminta untuk membantu acara halal bihalal yang digelar PGRI Jatim dan tidak bermaksud terlibat dalam konflik dualisme di tubuh PB PGRI.

"Kami datang sebagai undangan, dan wajib memberi pertolongan (sebagai panitia acara). Kemudian ini adalah acara PGRI Jawa Timur, bukan acara Universitas Argopuro (Unipar). PGRI Jatim minta bantuan kepada kami untuk tempat acara halal bi halal, minta snack, konsumsi dan lain sebagainya. Ya namanya saudara kami bantu itu saja," kata Basuki saat dikonfirmasi terpisah.

Terkait konflik di PB PGRI, lanjutnya, kemudian soal pembekuan pengurus PGRI cabang Jember. Basuki mengaku tidak tahu menahu.

"Soal pembekuan atau pelantikan itu tidak ada, kita hanya halal bihalal. Soal adanya pembekuan yang diduga pro terhadap PB PGRI pimpinan Unifah. Saya baca suratnya, menurut surat itu ada oknum dari Universitas Argopuro yang berperan aktif dalam keluarnya surat itu," ulasnya.

"Tapi saya belum sempat berkomunikasi dengan Pak Supriyono (Ketua PGRI Jember), siapa yang dimaksud. Tapi saya pastikan dalam waktu dekat untuk komunikasi dengan Pak Supriyono. Karena beliau, adalah satu lembaga dengan kami. Pak Supriyono (juga) orang Unipar. Beliau, juga adalah anggota Perkumpulan PT PGRI di Unipar," imbuhnya.

Terpisah menanggapi adanya aksi yang dilakukan oleh PGRI Jember, ketua PB PGRI Unifah Rosyidi tampak belum memberikan informasi jelas. 

Unifah hanya beralasan jika dirinya datang ke Jember hanya sebagai tamu undangan.

"Saya tidak tahu apa-apa, saya hanya (datang di acara) halal bi halal," ujar Unifah singkat saat akan masuk ke ruangan Aula Aston Hotel sembari terburu-buru.

Kemudian saat para wartawan akan melakukan pengambilan gambar di dalam lokasi acara di Aula Aston Hotel Jember. 

Para awak wartawan dihalangi oleh seorang pria berbadan tinggi besar yang tampak seperti penjaga keamanan lokasi acara. 

Pria yang enggan disebut namanya itu, melarang para wartawan untuk mengambil dokumentasi gambar ataupun foto

"Maaf selain anggota PGRI dilarang masuk," ucapnya singkat (*)

Editor: Tri Sukma

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow