Turunkan Tensi Politik Usai Pesta Demokrasi Nasional, Ratusan Warga Pantura Probolinggo - Situbondo Bermunajat

Munajat bertajuk Temu Cinta Syawal ini bertujuan mengajak umat muslim untuk bermunajat dan sama-sama kembali ke ‘fitrah’, menyatukan visi misi dan kembali kepada NKRI. Termasuk kembali menyatukan umat dalam kehidupan normal

24 Apr 2024 - 09:15
Turunkan Tensi Politik Usai Pesta Demokrasi Nasional, Ratusan Warga Pantura Probolinggo - Situbondo Bermunajat
Foto bersama pengasuh Ponpes Aeng Cellep bersama jamaah usai munajat untuk turunkan tensi politik pasca pesta demokrasi. (Armandsyah/SJP)

Kabupaten Probolinggo, SJP - Guna menurunkan tensi politik nasional pasca pesta demokrasi, ratusan warga di Pantura Probolinggo - Situbondo menggelar sholawat dan bermunajat bersama.

Tujuannya, untuk merapatkan kembali barisan yang sebelumnya terkotak-kotak karena pilihan dan dukungan politik. Munajat bersama itu dipusatkan di wilayah Pantura Probolinggo - Situbondo. Dengan jamaah yang berasal dari Kabupaten Probolinggo, Situbondo, Banyuwangi, hingga Bondowoso.

Munajat bertajuk Temu Cinta Syawal ini bertujuan mengajak umat muslim untuk bermunajat dan sama-sama kembali ke ‘fitrah’, menyatukan visi misi dan kembali kepada NKRI. Termasuk kembali menyatukan umat dalam kehidupan normal.

Pengasuh Pondok Pesantren Aeng Cellep, KH. Doktor Raden Muhammad Abu Na'im Muiz sebagai penceramah mengatakan, melalui cinta bulan Syawal, umat manusia diajak untuk kembali mengenali dan jujur pada dirinya sendiri.

“Bicara soal syawal, sebetulnya bicara kontemplasi sesudah di training ramadhan. Jika kita mau jujur dengan diri kita, bersepakat dengan pengakuan, setidaknya semua sesudah ramadhan akan menemukan siapa dia sebenarnya dan bagaimana berkomunikasi dengan dirinya dan menemukan fitrah,” jelasnya, Rabu (24/04).

Selanjutnya, usai momentum ini juga menjadi titik balik untuk memenangkan perspektif manusia sebagai hamba. Menjadikan instrumen titik tolak dirinya sebagai hamba dan Allah sang penciptanya.

Kyai juga bilang, kemarin carut marut dengan persoalan tentang pesta lima tahunan. Kyai juga mengajak umat untuk kembali, menjadikan momentum ini ada kejujuran.

“Kejujuran bukan menampilkan orang lain, mendeskripsikan orang lain. Melainkan mendeskripsikan diri sendiri. Sehingga bisa menerima keberadaan orang lain,” katanya.

Proses tersebut, kembalinya pada fitrah, semata-mata untuk mengingatkan pada umat manusia. Bahwasannya segala sesuatu yang terjadi di langit dan bumi ini, merupakan kehendak Allah SWT. Termasuk segala sesuatu yang telah terjadi pada bangsa dan negara ini. Dalam kurun waktu beberapa saat terakhir.

Usai bermunajat bersama, lelaki yang juga Pengasuh dan Penanggung jawab Ponpes Aeng Cellep Kalianget, bersama istrinya, Dr Nyai Hajah Latifatul Bariroh dan KH. Abdul Qodir Jailani, menyapa dan foto bersama ratusan jamaah yang datang.

Munajat dan doa bersama ini, juga ditujukan untuk bangsa Indonesia ke depan. Dengan pimpinan baru, diharapkan bisa menjadi bangsa yang besar dan semakin sejahtera.(*)

Editor: Tri Sukma

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow