Protes Besar-besaran di Valencia Tuntut Pertanggungjawaban atas Banjir Mematikan
Pada Sabtu (9/11/2024), sekitar 130.000 orang memadati jalan-jalan di Valencia, Spanyol, dalam unjuk rasa besar-besaran terkait penanganan banjir dahsyat yang menewaskan lebih dari 220 orang.
Suarajatimpost.com - Pada Sabtu (9/11/2024), sekitar 130.000 orang memadati jalan-jalan di Valencia, Spanyol, dalam unjuk rasa besar-besaran terkait penanganan banjir dahsyat yang menewaskan lebih dari 220 orang. Massa menyuarakan kemarahan mereka terhadap respons pemerintah yang dianggap lambat dan tidak efektif dalam menangani bencana tersebut.
Aksi unjuk rasa, yang awalnya direncanakan sebagai protes damai, berubah menjadi lebih emosional dengan nyanyian dan teriakan seperti "Pembunuh!" dan "Kalian berlumuran darah!" yang menggema sepanjang malam. Salah satu spanduk utama memanggil Presiden Valencia, Carlos Mazon, untuk mengundurkan diri.
Selama demonstrasi, ketegangan meningkat ketika pengunjuk rasa bentrok dengan polisi di luar balai kota. Para peserta mengkritik pemerintah Valencia yang dianggap tidak kompeten dalam menangani bencana, serta menuntut agar seluruh kabinet daerah tersebut mundur. "Mereka gagal mengelola bencana alam, tidak memberi informasi tepat waktu, dan tidak tahu cara membersihkan kerusakan atau merencanakan rekonstruksi," ujar seorang juru bicara kepada Europa Press.
Banjir yang terjadi 12 hari sebelumnya merupakan salah satu bencana alam paling mematikan dalam sejarah Spanyol, dengan total korban tewas mencapai 223 orang, dan 48 jenazah masih belum teridentifikasi. Oscar Puente, Menteri Transportasi Spanyol, menyatakan bahwa 78 orang masih hilang.
Sebagian besar kritik diarahkan pada pemerintah Valencia, yang dinilai terlambat memberikan peringatan kepada warga. Peringatan baru diterima setelah banjir terburuk reda, menyebabkan banyak orang terjebak di kendaraan atau di lantai dasar gedung saat banjir melanda. Pengunjuk rasa juga mengutuk lambatnya respon dari pihak berwenang, mengingat beberapa kota terisolasi selama berhari-hari sebelum mendapatkan bantuan.
Pemerintah pusat Spanyol juga tidak luput dari kritik, terutama karena menunda deklarasi keadaan darurat, yang dapat memungkinkan otoritas pusat untuk lebih cepat memberikan bantuan. Bahkan, Perdana Menteri Pedro Sanchez mengakui empat hari setelah bencana bahwa otoritas harus segera meningkatkan upaya mereka dalam menangani krisis ini.
Aksi unjuk rasa ini mencerminkan ketidakpuasan mendalam terhadap penanganan bencana, dan semakin memperjelas kebutuhan akan reformasi dalam sistem respons terhadap bencana di Spanyol. (**)
sumber: beritasatu.com
Editor : Rizqi Ardian
What's Your Reaction?