Pelaku Wisata Keluhkan Penutupan Sementara Bromo
Baik dari dalam maupun luar negeri. Mulai dari penyedia jasa angkutan, sampai pemilik hotel dan restoran, terdampak kebijakan tersebut.
Kabupaten Probolinggo, SJP - Penutupan sementara saat Yadnya Kasada oleh pengelola kawasan Wisata Bromo, dikeluhkan pengusaha hotel dan restoran setempat. Pasalnya, penutupan terjadi ketika ‘high season’ alias ketika tinggi-tingginya kunjungan.
Sebelumnya, BB TNBTS mengeluarkan kebijakan penutupan sementara saat Yadnya Kasada. Yakni mulai tanggal 21 hingga 24 Juni 2024. Kondisi itu, memaksa pelaku wisata untuk menolak atau re-schedule jadwal kunjungan wisatawan yang memakai jasanya.
Baik dari dalam maupun luar negeri. Mulai dari penyedia jasa angkutan, sampai pemilik hotel dan restoran, terdampak kebijakan tersebut. Digdoyo Djamaludin, salah satu pemilik hotel dan resto di Desa Wonokerto, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, salah satu yang harus menelan pil pahit kebijakan tersebut.
“Sebelumnya ada musyawarah bersama oleh warga tengger, namun belum ada kesepakatan untuk penutupan, lah kok tiba – tiba mengeluarkan edaran menutup selama empat hari,” jelasnya, Minggu (23/06).
Lelaki yang juga Ketua PHRI Kabupaten Probolinggo ini pun kelabakan. Sebab harus mengembalikan uang pangkal tamunya yang sudah booking jauh-jauh hari, untuk berkunjung pada tanggal tersebut.
Sejatinya, Pakdhe Yoyok - sapaan akrab Digdoyo, katakan, jika para tamu ini sebetulnya penasaran dengan prosesi upacara Yadnya Kasada.
“Karena, kebanyakan wisatawan yang hendak datang pada perhelatan Hari Raya Kasada ini, ingin melihat secara langsung bagaimana prosesi upacara adat warga tengger secara langsung,” imbuhnya.
Namun ternyata, kebijakan yang diterapkan justru sebaliknya. Yadnya Kasada tertutup untuk wisatawan. Praktis, pihak hotel dan restoran harus menata ulang jadwal kunjungan. Tapi kebanyakan malah membatalkan. Mengalihkan kunjungan mereka ke tempat lain.
Penutupan selama empat hari dan tepat di akhir pekan ini pun, sangat disayangkan.
“Pas rame ramenya mas, malah ditutup, ya jelas kami bingung, semoga saja di kasada berikutnya, tidak ada lagi penutupan seperti ini,” tandas Pakdhe Yoyok.
Senada dengan Digdoyo, begitu pula yang dirasakan sopir jeep wisata. Choirul salah satunya. Ia harus menolak sejumlah pesanan wisatawan pada tanggal tersebut.
“Maksimal tanggal 20 saya mau terima. Setelah itu saya sarankan untuk atur jadwal ulang setelah tanggal 24 Juni,” sebutnya.
Penutupan sementara Bromo, merupakan salah satu upaya untuk memberikan ruang pada warga Suku Tengger. Untuk khidmat dalam menjalankan ibadah tahunan. Selain itu, dilakukan sampai empat hari, untuk proses bersih-bersih kawasan. Setelah Yadnya Kasada berlangsung.
Sebab setelah perayaan, biasanya sampah sisa pengunjung, tertinggal di lokasi. Upaya pembersihan pun dilakukan agar kawasan kembali bersih. Sehingga kelestarian lingkungan, juga terjaga. (*)
Editor: Rizqi Ardian
What's Your Reaction?