Kasus HIV/AIDS di Probolinggo Sentuh 2.196 Kasus
Jumlah penderita HIV/AIDS di Kabupaten Probolinggo belum mengalami penurunan karena masih terdapat kekurangan dalam penanganan sesuai standar, mulai dari penemuan kasus, diagnosis, pengobatan, pemantauan, pencatatan, dan pelaporan
Probolinggo, SJP - Masyarakat khususnya di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur rupanya harus benar-benar waspada dalam mengantisipasi penyakit HIV/AIDS.
Pasalnya, pada bulan April 2024, Kabupaten Probolinggo melaporkan adanya 2.196 kasus baru HIV/AIDS melalui Sistem Informasi HIV/AIDS (SIHA).
Dari jumlah tersebut, hanya 55 orang yang telah memulai pengobatan Antiretroviral (ARV).
Hal ini menjadi perhatian serius bagi Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo, yang kemudian mengadakan pertemuan kuartalan COC/Strategic Use for ARV (SUFA) tingkat kabupaten pada hari Selasa, (07/05) kemarin.
Pertemuan ini diikuti oleh 34 pengelola program HIV dari rumah sakit dan puskesmas di Kabupaten Probolinggo, dengan tujuan untuk mengendalikan dan mencegah penyebaran virus HIV/AIDS.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten Probolinggo, dr. Nina Kartika, menjelaskan bahwa HIV adalah virus yang menginfeksi sel darah putih dan menurunkan kekebalan tubuh manusia, sedangkan AIDS adalah gejala yang muncul akibat penurunan kekebalan tubuh karena infeksi HIV.
“Penderita HIV memerlukan pengobatan dengan Antiretroviral (ARV) untuk menurunkan jumlah virus HIV di dalam tubuh agar tidak masuk ke dalam stadium AIDS. Sedangkan penderita AIDS membutuhkan pengobatan ARV untuk mencegah terjadinya infeksi oportunistik dengan berbagai komplikasinya," kata dr Nina pada Rahu (8/5)
Selain itu, penderita AIDS juga memerlukan pengobatan ARV untuk mencegah infeksi oportunistik dan komplikasi lainnya.
Dalam pertemuan tersebut, Dinkes berusaha menganalisis dan mencari solusi bagi penderita HIV yang berhenti pengobatan atau LFU.
“Untuk mencapai target yang ditentukan perlu adanya pertemuan antar petugas layanan dan mencari solusi terbaik bagi ODHIV yang berhenti pengobatan/LFU agar mendapatkan pelayanan yang maskimal di fasilitas kesehatan Kabupaten Probolinggo,” tandasnya.
Tambahnya, jumlah penderita HIV/AIDS belum mengalami penurunan karena masih terdapat kekurangan dalam penanganan sesuai standar, mulai dari penemuan kasus, diagnosis, pengobatan, pemantauan, pencatatan, dan pelaporan.
Untuk mencapai target yang ditentukan, diperlukan pertemuan antar petugas layanan dan pencarian solusi terbaik bagi penderita HIV yang berhenti pengobatan agar dapat mendapatkan pelayanan maksimal di fasilitas kesehatan Kabupaten Probolinggo.
Dalam rangka meningkatkan penanganan HIV/AIDS, Dinkes Kabupaten Probolinggo juga berkomitmen untuk terus melakukan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya pencegahan dan pengobatan HIV/AIDS.
Selain itu, kerjasama dengan berbagai pihak terkait juga diperlukan untuk memberikan dukungan yang lebih baik dalam penanganan masalah ini.
Pertemuan COC/SUFA ini diharapkan dapat menjadi momentum untuk meningkatkan koordinasi antar pihak terkait dalam penanganan HIV/AIDS di Kabupaten Probolinggo.(*)
Editor: Tri Sukma
What's Your Reaction?