Hari Gizi Nasional, Angkat Tema MP-ASI Kaya Protein Hewani Cegah Stunting

Tema ini, bentuk upaya pemerintah dalam menekan angka stunting di Indonesia. Karena, berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, prevalensi stunting Indonesia masih 21,6 persen. 

26 Jan 2024 - 02:30
Hari Gizi Nasional, Angkat Tema MP-ASI Kaya Protein Hewani Cegah Stunting
Protein hewani (Foto : Freepik)

BANYAK orang yang belum mengetahui, jika tanggal 25 Januari, Indonesia memperingati Hari Gizi Nasional. Hari Gizi Nasional di Indonesia adalah bagian dari upaya perbaikan gizi masyarakat. 

Sejarah ditetapkannya tanggal 25 Januari sebagai Hari Gizi Nasional, penting untuk kita ketahui bersama. Karena, hal itu bermula pada tahun 1950 yang digagas oleh Menteri Kesehatan.

Upaya mulia tersebut telah dimulai sejak tahun 1950 saat Menteri Kesehatan Indonesia, dr. J. Leimena mengangkat Prof. Poorwo Soedarmo sebagai kepala Lembaga Makanan Rakyat (LMR). 

Saat itu, LMR lebih dikenal sebagai “Instituut Voor Volksvoeding (IVV)” yang merupakan bagian dari Lembaga Penelitian Kesehatan, sekarang dikenal Sebagai Lembaga Eijkman.

Saat LMR mendirikan “Sekolah Juru Penerang Makanan” pada 25 Januari 1951, maka tenaga penggiat gizi di Indonesia terus berkembang hingga menjamur ke banyak perguruan tinggi di Tanah Air. Oleh karena itu, 25 Januari disepakati sebagai peringatan Hari Gizi Nasional.

Peringatan Hari Gizi Nasional setiap tanggal 25 Januari dilanjutkan oleh Direktorat Gizi Masyarakat sejak tahun 1970-an. Hingga kini menjadi agenda resmi tahunan oleh Kementerian Kesehatan RI.

Dilansir dari laman resmi stunting.go.id, untuk tahun 2024, Hari Gizi Nasional ke-64 diperingati dengan mengangkat tema “MP-ASI Kaya Protein Hewani Cegah Stunting”.

Tema ini merupakan bentuk upaya pemerintah dalam menekan angka stunting di Indonesia. Karena, berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, prevalensi stunting Indonesia adalah 21,6 persen. 

Jika dielaborasi lebih jauh, hal yang cukup memprihatinkan dari survei tersebut adalah risiko terjadinya stunting meningkat sebesar 1,6 kali pada kelompok umur 6-11 bulan ke kelompok umur 12-23 bulan (13,7 persen ke 22,4 persen).

Ini berarti kita masih mempunyai PR dalam pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) sejak usia 6 bulan, baik dari segi kesesuaian umur, frekuensi, jumlah, tekstur dan variasi makanan.

Di masa ini sangat penting untuk memperhatikan dan menjamin kecukupan energi dan protein untuk mencegah terjadinya stunting pada anak.

Studi yang dilakukan oleh Headey et.al (2018) menyatakan ada bukti kuat hubungan antara stunting dan indikator konsumsi pangan yang berasal dari hewan, seperti daging, ikan, telur dan susu atau produk turunannya (keju, yoghurt, dll). 

Penelitian ini juga menunjukkan konsumsi pangan berasal dari protein hewani lebih dari satu jenis lebih menguntungkan daripada konsumsi pangan berasal dari hewani tunggal.

Perbaikan gizi masyarakat pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dengan konsumsi beragam makanan bergizi dan mengandung protein hewani setiap kali makan akan berdampak pada penurunan stunting.

Bayi harus mendapatkan ASI eksklusif pada 6 bulan pertama kehidupannya melalui terlaksananya inisiasi menyusu dini (IMD) dan pemberian ASI saja yang diberikan kepada bayi kapanpun bayi membutuhkan (on demand).

Setelah bayi berusia 6 bulan, pemberian ASI tetap dilanjutkan disertai dengan pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang memenuhi syarat tepat waktu, adekuat, dan kaya protein hewani, aman dan diberikan dengan cara yang benar.

Pastikan setiap kali makan MP ASI mengandung protein hewani dan pastikan pula anak dipantau pertumbuhannya setiap bulan. Apabila berat badan anak tidak naik, segera periksa ke dokter di puskesmas. (**)

Editor : Rizqi Ardian
Sumber : stunting.go.id

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow