Hadiri Pameran IPI, YKAI Jawa Timur Anggap Seni sebagai Stimulasi Positif bagi Anak
Pameran yang rutin diselenggarakan merupakan langkah bagus dari pihak Pemerintah Kota Surabaya yang juga bekerjasama dengan Dewan Kesenian Surabaya (DKS).
Surabaya, SJP - Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) Jawa Timur menghadiri pameran pembuka tahun yang diadakan oleh Ikatan Pelukis Indonesia (IPI) bertajuk "Beginning and End of the Year 2024" di area Basement Alun-Alun Kota Surabaya.
Satiti Kuntari selaku Ketua Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) Jawa Timur merasa bahwa dengan kehadiran kesenian secara umum dapat menjadi salah satu stimulasi positif bagi anak maupun remaja.
"Dengan hadirnya kesenian contohnya seperti seni lukis ini, jika dikenalkan kepada anak bisa membuat perasaan mereka menjadi lebih halus, dan itu terbukti," ujar Satiti, Selasa (2/1/2023) kemarin.
Pihak YKAI Jatim sendiri diundang oleh IPI untuk membuka pameran tersebut. Dalam kesempatan itu, Satiti mengungkapkan betapa bangga dirinya dengan melihat antusiasme masyarakat dari berbagai kalangan atas kehadiran pameran seni ini.
"Pameran seperti sangatlah membantu anak-anak, bahkan tadi saya lihat banyak siswa sekolah yang berkunjung dan sangat tertarik dengan pameran ini," ungkapnya.
"Selain untuk mengasah kreatifitas mereka, disini anak juga bisa memunculkan rasa bangga terhadap seni," tambahnya.
Satiti juga berbagi cerita bahwa dulu saat zaman dirinya masih muda, pameran kesenian yang dihadiri rombongan anak remaja seperti ini masih cukup sulit untuk ditemukan.
"Zaman kita dulu itu terlalu fokus dan didikte, padahal kreatifitas dari seni itu juga penting, dimana hati dan ekspresi seseorang terutama anak-anak bisa tertumpah dalam karya yang mereka ciptakan," terang Satiti.
"YKAI kemarin juga sempat mengadakan acara dengan anak-anak penyintas seperti korban kekerasan, disitu mereka diberikan kegiatan seni, olahraga dan fashion yang ternyata berhasil membuat mereka lepas untuk menumpahkan ekspresi mereka," tandasnya.
Satiti Kuntari yang merupakan mantan staf pengajar di Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga (Unair) juga menjelaskan bagaimana respon, ekspresi dan kondisi anak bisa dilihat melalui karya seni.
"Dulu pernah mengadakan melukis bersama anak-anak dengan tema dokter gigi, anak yang takut dengan dokter gigi gambarnya itu hitam dan serba gelap, sedangkan anak yang tidak takut itu gambarnya cerah, itulah ekspresi," jelas Satiti.
Satiti berharap para penggiat seni di Indonesia bisa lebih dihargai, dirinya merasa gelaran pameran yang rutin diselenggarakan merupakan langkah bagus dari pihak Pemerintah Kota Surabaya yang juga bekerjasama dengan Dewan Kesenian Surabaya (DKS).
Sementara itu, Gadis Heira Noerdiana yang juga tergabung dalam YKAI Jatim merasa bahwa pameran seni secara umum merupakan bagian dari healing, yakni bentuk upaya penghilang stress dan over thinking terhadap kehidupan masing-masing individu.
"Bahkan ya, orang yang sudah pandai itu lukisannya berbeda-beda, karena setiap orang memiliki pendekatan yang berbeda dan disesuaikan dengan apa yang sedang dipikirkan," terang Gadis.
Gadis merasa kegiatan lukis itu bermanfaat untuk usia Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga remaja sebagai suatu kegiatan yang positif untuk melatih mereka berekspresi dan berkreasi.
"Seperti yang dikatakan Bu Satiti tadi, dulu kita diajarkan sesuatu yang pakem seperti daun harus hijau, atau langit harus biru. Sekarang dengan adanya PAUD kita tidak boleh mendikte anak karena setiap anak memiliki interpretasi yang berbeda-beda," ucapnya.
Gadis berpesan untuk terus mengenalkan seni kepada masyarakat khususnya anak, karena selain sebagai salah satu cara untuk melatih motorik halus dari anak, seni juga bermanfaat untuk mengembangkan skill yang mereka miliki. (**)
Editor : Rizqi Ardian
What's Your Reaction?