PMK Menyebar di 19 Kecamatan di Jombang, 323 Ekor Sapi Terjangkit

Pada Desember 2024 terdapat 282 kasus PMK. Kemudian di awal Januari 2025, ada 41 kasus

06 Jan 2025 - 13:35
PMK Menyebar di 19 Kecamatan di Jombang, 323 Ekor Sapi Terjangkit
Petugas menyuntikkan vaksin PMK ke sapi yang dilaporkan warga sakit. (Ist/Fredi)

JOMBANG, SJP - Sebanyak 323 ekor sapi terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK) di Kabupaten Jombang. Penyakit akibat virus RNA itu menyasar hampir semua kecamatan di Kabupaten Jombang. 

Jumlah sapi terjangkit penyakit PMK itu merupakan akumulasi dari data per Desember 2024. Di akhir tahun 2024, ada 282 kasus PMK. Kemudian 41 kasus di awal Januari 2025. Sebanyak 31 ekor terpaksa disembelih dan 11 ekor lainnya mati. 

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Jombang, Mochamad Saleh menyampaikan, data tersebut diperlukan untuk tindakan penanganan. Setidaknya, ada puluhan ekor sapi yang berhasil sembuh dari PMK. 

“Kurang lebih seperti itu. Untuk yang sudah dinyatakan sembuh dari PMK ada 50 ekor sapi,” ucapnya, Senin (6/1/2025). 

Penyakit pada hewan ternak ini memiliki sifat menular pada keadaan cuaca tertentu. Penyakit ini dapat menyebar dengan cepat. Terutama di iklim lembap dan sejuk, atau ketika hewan ditempatkan berdekatan. 

"Yang jelas semua petugas di lapangan sudah bergerak untuk melakukan vaksin PMK kepada semua ternak," ungkap mantan kepala Dinas Sosial itu. 

Diakui Shaleh, persebaran PMK terjadi di 19 kecamatan di Kabupaten Jombang. Kecamatan Tembelang dan Kecamatan Perak dinyatakan bebas PMK. Tiga wilayah sebaran PMK paling banyak yakni Kecamatan Diwek, Jombang dan Jogoroto. 

Saleh menyebut, angka persebaran PMK di Kabupaten Jombang cukup masif dalam dua bulan terakhir. Menurutnya, berdasarkan identifikasi petugas lapangan, ada tiga faktor utama penyebab PMK.

Pertama, karena pergantian musim dari kemarau ke musim hujan. Ketika musim hujan, terjadi kelembapan tinggi. Kedua, kekebalan hewan terhadap semua penyakit menurun. Sehingga memudahkan penyebaran virus. Terakhir, karena faktor vaksinasi. 

"Seharusnya, vaksinasi idealnya dilakukan 6 bulan sekali dengan skala cakupan 80 persen populasi wilayah atau daerah tertentu. Akan tetapi, saat ini masih rendah karena kemunculan PMK begitu cepat," beber Shaleh.

Pihaknya menerima laporan adanya sapi yang mengalami sakit. Gejala yang disampaikan sama: sapi mengalami demam. Kemudian, kedua mulut berliur dan mengalami luka-luka di mulut dan kaki. Kondisi ini juga membuat kepincangan pada kaki sapi.

“Tapi gejala ini kan ada maksimalis dan minimalis. Ada laporan juga jika gejala yang terjadi saat ini minimalis, di mana air liur dari mulut sapi itu tidak banyak. Kemudian, nafsu makannya menurun dan gejala lepuh-lepuh berkurang," urai Shaleh.

Menanggapi persebaran virus PMK yang begitu cepat, Shaleh memastikan semua petugas segera melakukan tindakan cepat ketika ada laporan dari masyarakat. 

"Kemudian, eliminasi penyebaran virus, maupun di kandang atau pun ada di tempat penampungan ternak. Seperti di rumah potong atau pun pasar. Kemudian penyemprotan disinfektan ini yang mulai kita lakukan. Termasuk upaya menggencarkan vaksinasi,” tandasnya. (*) 

Editor: Ali Wafa

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow