Petani Padi Kota Batu Sebut Kenaikan Beras Dampak Dari Pemupukan Tak Sempurna

Keterlambatan musim penghujan membuat petani khawatir di masa panen 2023, dan hal yang ditakutkan semakin diperparah karena pada akhir tahun kondisi musim hujan yang datang terlambat kembali terjadi. Hal tersebut juga dikatakan mempengaruhi proses pemupukan yang tidak sempurna karena musim penghujan yang datang pada November 2023 kemarin tak jarang membuat pupuk yang diberikan tanaman hilang karena intensitas hujan yang terlalu tinggi.

22 Feb 2024 - 18:00
Petani Padi Kota Batu Sebut Kenaikan Beras Dampak Dari Pemupukan Tak Sempurna
Distributor di Kota Batu yang hanya mampu mengambil dua jenis beras (Arul/SJP)

Kota Batu, SJP - Anomali kenaikan harga komoditi bahan pokok berupa beras disebut oleh petani Kota Batu akibat dari pemupukan yang tidak sempurna.

Eko Sutrisno salah satu petani di Desa Pendem Kecamatan Junrejo mengaku beberapa petani di Kota Batu, bahkan ada yang mengalami keterlambatan panen karena musim kemarau yang terlalu panjang di 2022 lalu.

"Mulai terasa saat Oktober yang tak kunjung menunjukkan datangnya musim penghujan, beberapa petani sempat kebingungan dan bahkan ada yang menyiram dengan manual karena masa tanam padi sudah mulai," ungkapnya.

Keterlambatan musim penghujan membuat dirinya khawatir di masa panen 2023, dan hal yang ditakutkan semakin diperparah karena pada akhir tahun kondisi musim hujan yang datang terlambat kembali terjadi.

Hal tersebut juga dikatakan mempengaruhi proses pemupukan yang tidak sempurna karena musim penghujan yang datang pada November 2023 kemarin, tak jarang membuat pupuk yang diberikan tanaman hilang karena intensitas hujan yang terlalu tinggi.

"Jadi setelah dipupuk lalu hujan datang dengan intensitas yang tinggi, memang tidak sampai terjadi banjir. Namun itu sangat mempengaruhi masa panen yang terlambat," imbuhnya.

Ia juga mengaku pada masa panen di Desember lalu pihaknya hanya mampu memproduksi 3-4 ton dari tanah yang dimilikinya. Padahal dalam waktu normal produksi yang dihasilkan biasanya berada diangka 6-8 ton.

Eko menambahkan sampai saat ini belum ada petani yang mengeluh atas kegagalan panen, namun penurunan hasil panen beras memang berdampak nyata bagi perekonomian petani.

"Kalau dikatakan petani sedang tersenyum dengan adanya kenaikan beras, saya rasa tidak juga. Karena keterlambatan produksi membuat biaya operasional ikut bertambah hingga masuk masa panen," paparnya.

Ia bahkan menjelaskan bahwa harus berhutang untuk menambah biaya operasional agar padi yang dipanen bisa tetap mendapatkan hasil yang maksimal.

"Beruntung harga pupuk masih stabil dan tidak mengalami kenaikan. Pupuk SP 36 masih di harga Rp 135 ribu, pupuk Phonska juga masih di harga sekitar Rp 313 ribu. Tapi tanaman yang harusnya bisa dipanen setelah 5-6 kali masa pemupukan kini harus ditambah pupuknya agar tidak terjadi gagal panen. Lain hal ketika panen tidak terlambat dan harga beras naik maka secara otomatis ekonomi para petani akan ikut terkerek naik," pungkasnya. (*)

Editor: Rizqi Ardian 

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow