Pakar Film Ungkap Alasan Film Horor Indonesia Laku Keras

Salah satu serial Netflix terbaru “Nightmares and Daydreams”, karya Joko Anwar yang dirilis pada bulan Juni 2024. menjadi serial Indonesia pertama yang masuk dalam sepuluh besar tayangan teratas di AS

07 Sep 2024 - 11:30
Pakar Film Ungkap Alasan Film Horor Indonesia Laku Keras
Salah satu cuplikan film Nightmares and Daydreams karya Joko Anwar yang sukses di Netflix (Netflix/SJP)

Jakarta, SJP – Sutradara Joko Anwar tahu persis bahwa film horor Indonesia pasti laku keras. Pasalnya, ia tahu persis bahwa kultur masyarakat Indonesia sangat dekat dengan hal-hal mistis.

Ia bercerita punya masa kecil yang cukup suram saat tumbuh di daerah kumuh di Sumatera Utara.

"Saya khawatir saya akan diculik oleh Wewe Gombel," katanya, merujuk pada hantu ‘khas Indonesia’ dalam mitologi Jawa yang dikenal suka menculik anak-anak.

Namun, kesengsaraan masa kecil Joko Anwar ternyata membantu karier sebagai sutradara film horor.  Namanya dikenal luas saat tahun 2017 melalui film "Pengabdi Setan".Film ini menceritakan sebuah keluarga yang dihantui oleh kematian ibu mereka. 

Film terlaris terbarunya "Siksa Kubur" yang dirilis pada bulan April 2024 juga tak kalah populer.  Film tersebut mengisahkan dua saudara kandung yang orang tuanya terbunuh dalam bom bunuh diri.

Hingga serial Netflix terbaru juga hadirkan “Nightmares and Daydreams”, yang dirilis pada bulan Juni 2024. menjadi serial Indonesia pertama yang masuk dalam sepuluh besar tayangan teratas di Amerika.

Mengapa Indonesia menjadi pusat film horor? Hal ini sebagian disebabkan oleh unsur mistis sehari-hari masyarakat

"Kita hidup sangat dekat dengan hal-hal ini dalam kehidupan sehari-hari," kata Ekky Imanjaya, seorang spesialis film di Universitas Binus di Jakarta.

“Orang tua sering menggunakan cerita hantu untuk membuat anak-anak berperilaku baik.”

Senada, David Gregory dari Severin Films, sebuah perusahaan distribusi Amerika, turut berpendapat.

“Penggemar film horor barat akrab dengan tema Kristen dalam film-film seperti Exorcist dan semacamnya. Sama dengan alur cerita berbasis agama Islam di Indonesia,” begitu sebutnya.

Sementara itu, Satrya Wibawa, atase budaya di kedutaan Indonesia di Singapura, katakan bahwa film horor bersifat universal.

“Pocong identik dengan Indonesia tetapi penonton dari luar negeri pun bisa menikmati film horor dengan ‘kearifan lokal’,” katanya.  

Ia merujuk suksesnya sinema Thailand, Korea Selatan dan Jepang dimana film horor dari negara tersebut dapat dinikmati penonton di seluruh dunia sambil mempertahankan kultur negara.

Jumlah film horor Indonesia yang diproduksi dalam setahun telah melonjak dari kurang dari lima pada tahun 1990-an menjadi lebih dari 40 pada tahun 2018.

Setelah sempat menurun selama covid-19, industri ini telah bangkit; 50 film horor diproduksi pada tahun 2023.

Salah satunya, “KKN di Desa Penari” menjadi film terlaris, meraup hampir Rp 400 miliar di box office dan menjual 10 juta tiket sejak dirilis pada tahun 2022.

Di tahun tersebut sembilan dari 15 film Indonesia terlaris adalah film horor. Bahkan kini, layanan streaming seperti Netflix dikuasai film horor lokal. (**)

Sumber: The Economist

Editor: Tri Sukma

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow