Menggali Makna Seni dan Religi Dibalik Tari Sufi Nusantara

Tari Sufi atau "Whirling Dervishes" sendiri lahir dari sebuah ungkapan kesedihan seorang penyair Sufi bernama Jalahudin Rumi yang mengekspresikan rasa sedihnya dengan berputar-putar selama tiga hari tiga malam karena kehilangan sosok guru spiritualnya.

22 Jul 2024 - 18:30
Menggali Makna Seni dan Religi Dibalik Tari Sufi Nusantara
Anak-anak yang menjadi Darwis memperagakan gaya dari Tari Sufi Nusantara (Ryan/SJP)

Surabaya, SJP - Di tengah dinamika kehidupan modern dan keragaman budaya Indonesia, sebuah tradisi yang memadukan seni dan spiritualitas tengah berusaha mendapatkan perhatian dan tempat yang lebih luas di hati masyarakat.

Kesenian Tari Sufi Nusantara, sebuah tarian yang berakar dari tradisi Sufi, sebuah cabang mistisisme dalam Islam yang dikenal dengan gerakan berputar-putar ini ternyata memiliki makna yang religius yang mendalam.

Tari Sufi atau "Whirling Dervishes" sendiri lahir dari sebuah ungkapan kesedihan seorang penyair Sufi bernama Jalaludin Rumi, yang mengekspresikan rasa sedihnya dengan berputar-putar selama tiga hari tiga malam, karena kehilangan sosok guru spiritualnya.

Kepopuleran tarian asal Turki tersebut juga sampai ke negeri Indonesia yang kini memiliki nama Tari Sufi Nusantara, dan di Kota Surabaya, Tari Sufi ini tumbuh dalam sebuah sanggar yang bernama Rumah Cinta Surabaya.

Dodik, selaku pelatih Tari Sufi Nusantara menjelaskan bahwa tarian ini dipopulerkan di Indonesia oleh seniman bernama Abah Budi, meski memiliki sedikit perbedaan, nilai yang dibawakan tetaplah sama, yakni mengenai kecintaan kepada Tuhan.

"Untuk makna yang dibawa, Tari Sufi Nusantara juga merupakan pengungkapan cinta kepada Allah dan sesama," terang Dodik, Senin (22/7).

Dalam penampilannya, para penari Sufi yang disebut darwis (dervish) ini mengenakan "Sekki", sebuah peci tinggi yang melambangkan sebuah batu nisan, kemudian darwis akan mengangkat tangan kanan keatas dan tangan kiri diarahkan ke bawah sembari berputar-putar berlawanan dengan jarum jam.

"Gerakan tangan kanan itu diangkat hingga membentuk angka satu, memiliki makna mengharap dan berdoa akan rezeki dan hidayah. Sedangkan gerakan tangan kiri turun, yang maknanya adalah menebar atau membagi," tutur Dodik.

"Jadi arti dari gerakan tersebut, jika kita mendapatkan sebuah rezeki atau hidayah, tidak boleh dimakan sendiri, namun harus kita bagi," imbuhnya.

Tarian Sufi ini diiringi oleh lantunan musik timur tengah, namun dalam tarian Sufi Nusantara bisa dikolaborasikan dengan alat musik tradisional.

Maka dari itu, Tari Sufi Nusantara juga tidak hanya sebuah kesenian semata, layaknya Tari Sufi di wilayah asalnya, tarian ini juga dikenal sebagai sarana meditasi yang bersifat religius.

Kini, Dodik masih memperjuangkan kepopuleran Tari Sufi Nusantara di Kota Surabaya yang memang kepopulerannya masih sangat minim.

"Tentu saya harap di masa yang akan datang, Tari Sufi Nusantara bisa lebih dikenal, dan di tiap kelurahan di Kota Surabaya terbentuk Sanggar Rumah Cinta," tutup Dodik. (*)

Editor: Rizqi Ardian 

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow