Mengatasi Skeptisisme: Potensi AI dalam Pendidikan menurut Guru SMAK Frateran Surabaya

Guru Fisika SMAK Frateran, Oktan Setiawan beranggapan bahwa AI bukanlah suatu ancaman dalam dunia pendidikan, melainkan mitra yang bisa digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

11 Jun 2024 - 19:30
Mengatasi Skeptisisme: Potensi AI dalam Pendidikan menurut Guru SMAK Frateran Surabaya
Guru Fisika SMAK Frateran, Oktan Setiawan (Dok. ISTTS/SJP)

Surabaya, SJP - Kehadiran Artificial Intelligence (AI) atau Kecerdasan Buatan di tengah masyarakat tidak hanya mengundang rasa optimisme, namun juga skeptisisme akan potensi ancaman yang timbul dari perkembangan teknologi tersebut.

Dalam konteks pendidikan, kekhawatiran akan AI muncul akibat kemampuannya yang dirasa berpotensi untuk menggantikan peran dari seorang guru, terlebih juga membuat peserta didik menjadi ketergantungan untuk memakai bantuan AI dalam mengerjakan tugas mereka.

Namun, pandangan tersebut dibantah oleh guru Fisika di SMA Katolik Frateran Surabaya, yakni Oktan Setiawan yang beranggapan bahwa AI bukanlah suatu ancaman dalam dunia pendidikan, melainkan mitra yang bisa digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

"Ini memang sebuah tantangan, namun sebenarnya juga ada potensi dibalik kehadiran AI untuk membantu para guru dalan proses belajar mengajar," ucap Oktan, Selasa (11/6).

Menurutnya, saat masih banyak guru yang berfikir bahwa penggunaan AI dalam dunia pendidikan merupakan hal tabu, bahkan banyak guru yang merasa penggunaan AI dalam pengerjaan suatu tugas merupakan tindak kecurangan.

"Kita tidak bisa melawan perkembangan teknologi, setiap orang nantinya pasti akan menggunakan AI, jadi kita juga harus ikut berkembang agar tidak diperbudak oleh AI dan malah menjadikannya sebagai kawan atau mitra," tuturnya.

Oktan yang secara pribadi sangat terbuka akan penggunaan AI di dunia pendidikan berkomitmen untuk secara perlahan mengenalkan AI ke sekolahnya, yakni kepada rekan guru lain, karyawan, dan yang terpenting ialah kepada peserta didiknya.

"Mau tidak mau kita harus mengikuti perkembangan teknologi, karena kasihan kampus-kampus nantinya jika menerima siswa-siswi yang pengetahuan tentang teknologinya tudak banyak," terang Oktan.

Baginya, langkah awal yang bisa diambil oleh lembaga pendidikan dalam menyikapi hal ini adalah menyatukan mindset atau pemikiran dari seluruh sivitas akademika dalam menyikapi AI.

"Baru kemudian bersama-sama menciptakan gaya belajar inovatif dengan memanfaatkan teknologi, bahkan saya sendiri berencana untuk segera memanfaatkan AI untuk membantu visualisasi dari materi yang saya terangkan," tutup guru fisika tersebut.

Sebagai informasi, SMAK Frateran sendiri baru saja melakukan kunjungan ke Institut Sains dan Teknologi Terpadu Surabaya (ISTTS) sebagai wujud nyata upaya pihak sekolah untuk memberikan bekal kepada anak didiknya perihal teknologi, khususnya AI. (*)

Editor: Rizqi Ardian 

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow