Kisah Guru TK Yang Sukses Jadi Pembatik Berkat Program Pengembangan Masyarakat (PPM) Pertamina
Tatik juga bermimpi desanya dapat menjadi 'Kampung Batik', dimana semua warga Desa Sambiroto dapat menciptakan produk sendiri berupa baju, tas, hingga sepatu yang berbahan dasar batik.
Kabupaten Bojonegoro, SJP- Tatik (51), wanita yang berprofesi sebagai guru Taman Kanak-kanak (TK) yang tinggal di Desa Sambiroto, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro ini benar-benar merasakan dampak dari Program Pengembangan Masyarakat (PPM) dari Pertamina.
Wanita yang akrab disapa Tatik ini menceritakan, perjalanannya membatik tidak serta merta menuai hasil seperti sekarang ini. Sebab Tatik yang mengajar di TK Sambiroto II ini mengaku awalnya pada tahun 2011 dirinya hanya iseng, hingga kegiatan membatik yang dilakoninya keterusan sampai sekarang.
Untuk menambah skillnya dalam membatik, kala itu Tatik rajin mengikuti berbagai pelatihan, khususnya pelatihan batik tulis di tingkat lokal Bojonegoro hingga Provinsi.
"Saya rajin ikut pelatihan seperti dari Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja setempat hingga Provinsi," bebernya.
Seiring berjalannya waktu, Tatik mulai menyadari bahwa kesenian batik perlu dilestarikan dan diturunkan kepada generasi penerus. Sebab, selain merupakan budaya lokal, batik juga merupakan identitas bangsa Indonesia.
Tatik pun berinisiatif untuk membentuk kelompok pada tahun 2017 guna merealisasikan cita-cita melestarikan batik. Kelompok yang ia bentuk pada awalnya berisi ibu-ibu muda di sekitar tempat tinggalnya dan berjumlah 15 orang untuk diajak belajar membatik. Namun di tengah perjalanan, kelompok itu bubar karena sering absenya anggota saat kegiatan belajar membatik berlangsung.
"Yang absen rata-rata karena sibuk dengan kerjaan utama, selain itu juga karena tidak setiap hari batiknya terjual" ujar Tatik.
Saat kelompok membatiknya bubar, Tatik tak patah semangat, ia masih terus berusaha mempertahankan apa yang telah menjadi cita-cita awal. Tatik bahkan harus menjual batik hasil produksinya dari pintu ke pintu maupun kantor-kantor instansi pemerintah seorang diri.
Dalam hal pemasaran, Guru TK Sambiroto II ini mengaku masih menemui banyak kendala sehingga pada saat itu batiknya belum dikenal luas.
"Kendala yang saya temui terutama pada pemasaran yang belum terkonsep dengan matang," tandasnya.
Singkat cerita, pada tahun 2021 lalu, Tatik mencoba untuk mengajukan proposal pada pihak Pertamina EP Sukowati Field dan mendapat respon positif berupa bantuan alat membatik dan pendampingan pemasaran yang berimbas dapat kembali dihidupkanya kelompok membatik yang sempat bubar.
"Respon positif dari Pertamina jadi angin segar untuk kembali menghidupkan kelompok (membatik) dan cita-cita awal dapat segera terwujud," tutur wanita lulusan IKIP PGRI Bojonegoro ini.
Dukungan dan pendampingan Pertamina EP Sukowati Field dalam memasarkan batik produksi kelompok yang didirikan oleh Tatik salah satunya yakni dengan membawa 30 potong kain batik ke Aljazair untuk dipromosikan.
Ia berharap kelompok yang didirikan pada 2017 silam itu dapat terus berkembang, Tatik juga bermimpi desanya dapat menjadi 'Kampung Batik', dimana semua warga Desa Sambiroto dapat menciptakan produk sendiri berupa baju, tas, hingga sepatu yang berbahan dasar batik.
"Tentu harapan saya ini semoga dapat terwujud dan mendapat pendampingan dari Pertamina," tandasnya.
Disinggung mengenai pemilihan nama 'Batik Sambiloto', Tatik terinspirasi dari daun Sambiloto yang tumbuh sangat banyak di daerah tempat tinggalnya, selain itu juga sangat mirip dengan nama desa tempat Tatik berdomisili.
"Kalau kita menggunakan nama dari daun Sambiloto itu sangat mirip dengan desa kita," pungkas Tatik penuh semangat.(*)
Editor: Tri Sukma
What's Your Reaction?