Program KWB Bergizi Terkendala Jumlah Pasokan Susu
Selain digunakan untuk program makan bergizi, susu produksi lokal juga banyak dipasarkan ke luar daerah. Dengan kebutuhan yang tinggi, terutama untuk pelajar, sulit mengandalkan produksi lokal sepenuhnya tanpa mengambil dari luar daerah.
KOTA BATU, SJP - Program Kota Wisata Batu (KWB) Bergizi yang merupakan program turunan dari Presiden Prabowo Subianto, menghadapi kendala dalam penyediaan susu sebagai salah satu menu harian. Pasokan susu harian dari Kota Batu dinilai belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan program tersebut, terutama bagi 31 ribu pelajar SD dan SMP di wilayah itu.
Pj Wali Kota Batu Aries Agung Paewai pada Jumat (15/11/2024) mengungkapkan, selain digunakan untuk program makan bergizi, susu produksi lokal juga banyak dipasarkan ke luar daerah. Dengan kebutuhan yang tinggi, terutama untuk pelajar, sulit mengandalkan produksi lokal sepenuhnya tanpa mengambil dari luar daerah.
“Kemungkinan besar di Kota Batu tidak mencukupi untuk kebutuhan sekolah-sekolah. Kalau tetap ada susu, berarti harus dari luar, padahal fokus kita adalah menyerap produk UMKM lokal. Subsidi susu setiap hari jelas tidak mungkin dilakukan,” jelasnya.
Sebagai solusi, Pemkot Batu mempertimbangkan pemberian susu hanya satu hingga dua kali dalam seminggu, bukan setiap hari. Opsi ini dinilai tidak mengurangi esensi program pemberian gizi, namun tetap memperhatikan ketersediaan dan kebutuhan pasar lokal.
“Kita bisa atur jadwalnya, misalnya minggu ini di awal pekan, minggu depan di tengah pekan. Jadi tidak harus setiap hari ada susu. Selain itu, pangsa pasar susu lokal untuk luar daerah juga sangat penting,” tambah Aries.
Menurutnya, produksi susu lokal hanya mampu memenuhi sekitar setengah dari total kebutuhan 31 ribu pelajar. Jika tetap memaksakan pasokan dari luar, hal ini bertentangan dengan tujuan program yang ingin mengutamakan produk UMKM lokal.
Dengan kebutuhan minimal Rp 7.500 per siswa per hari, Pemkot Batu memperkirakan anggaran yang diperlukan mencapai Rp 5,1 miliar per bulan atau sekitar Rp 61 miliar per tahun. Meski demikian, Aries menegaskan komitmennya untuk tetap memprioritaskan produk lokal seperti sayur, daging, dan telur yang diambil dari Kota Batu.
“Kita ingin program ini tidak hanya menyehatkan pelajar, tapi juga mendorong ekonomi lokal. Semua kebutuhan, termasuk bahan pangan lainnya, tetap kita ambil dari Kota Batu,” pungkasnya. (*)
Editor : Rizqi Ardian
What's Your Reaction?