Berkunjung ke Jombang, Khofifah Obral Janji Penanganan Banjir
Sebelum dilantik sebagai gubernur Jawa Timur, Khofifah menyampaikan janjinya untuk mengatasi banjir di Jawa Timur
JOMBANG, SJP – Banjir tahunan yang kerap melanda Kabupaten Jombang dan Kabupaten Mojokerto, hingga kini masih menjadi momok menakutkan bagi warga setempat.
Terutama bagi warga Desa Ngingasrembyong dan Desa Tempuran, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, serta Desa Jombok, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang. Dua wilayah itu kerap menjadi lokasi banjir terparah.
Meski kini genangan air sudah surut, namun warga masih waswas dan cemas akan datangnya banjir susulan. Sebab, hingga kini kondisi cuaca belum normal. Hujan dengan intensitas tinggi masih kerap terjadi.
Calon Gubernur Jawa Timur (Jatim) terpilih, Khofifah Indar Parawansa berjanji akan lebih serius dalam menangani banjir. Terutama di wilayah Kabupaten Jombang dan Kabupaten Mojokerto yang setiap tahun menjadi langganan banjir.
Langkah pertama yang akan dilakukannya, yaitu mitigasi bencana. Pihaknya akan berupaya mengantisipasi datangnya bencana dan segera melakukan penanganan, baik saat maupun setelah bencana banjir terjadi.
Khofifah mengatakan, sebelum musim hujan tiba, pihaknya akan berkoordinasi dengan sejumlah pihak pengampu penanggulangan bencana secara intens. Koordinasi itu dimaksudkan untuk memutuskan skema mitigasi perubahan musim.
“Setiap sebelum musim hujan, selalu dilakukan apel mitigasi oleh kabupaten kota, oleh TNI-Polri. Kita melakukan mitigasi terjadinya perubahan musim,” ucapnya saat menghadiri sebuah acara pertemuan relawan di Kabupaten Jombang, Sabtu (28/12/2024).
Namun demikian, dalam implementasi program mitigasi bencana, pihaknya juga membutuhkan kesadaran masyarakat untuk tetap bergotong-royong. Mulai dari menjaga kebersihan sungai dari sampah, hingga mencegah pendangkalan sungai.
Untuk memaksimalkannya, Khofifah berjanji akan menginstruksikan pemerintah kabupaten (pemkab) dan pemerintah kota (pemkot) untuk melakukan pencegahan. Seperti membersihkan sungai dari tumpukan sampah dan eceng gondok yang tumbuh subur di bantaran sungai.
“Intensitas hujan dengan debit tinggi yang menyebabkan banjir bahkan longsor. Kita punya tradisi gotong-royong kerja bakti. Biar tidak terjadi pendangkalan sungai,” ujar ketua Pimpinan Pusat (PP) Muslimat itu.
Saat pemkab dan pemkot tidak bisa melakukan normalisasi sungai secara manual, Khofifah berjanji akan menurunkan ekskavator di titik sungai yang dinilai rawan dan membutuhkan penanganan dengan cepat menggunakan alat berat.
“Saya turun saya bawa ekskavator, misal tidak bisa dilakukan. Makanya harus ada normalisasi. Apa yang terjadi pada pendangkalan ini, harus kita lakukan evaluasi bersama," kelakarnya.
Tidak hanya normalisasi sungai, Mantan Menteri Sosial Republik Indonesia (Mensos RI) itu juga berjanji akan memperbaiki pintu air, bila diperlukan. Seperti Dam Sipon yang berlokasi di Desa Ngingasrembyong.
Khofifah menjelaskan, persoalan banjir yang terjadi di Desa Tempuran dan Desa Ngingasrembyong beberapa waktu yang lalu, disebabkan oleh tersumbatnya pintu air dan pendangkalan sungai.
Selain itu, banjir itu terjadi hingga sepekan, lantaran eskavator tidak bekerja secara maksimal. Eskavator yang menormalisasi sungai dan mengangkat eceng gondok hanya beroperasi selama 4 jam.
“Itu katanya ada eskavator yang bekerja hanya 4 jam sehari. Mestinya dimaksimalkan 24 jam. Biar lebih cepat. Problemnya seperti itu,” ucapnya mencoba mengurai masalah.
Khofifah kembali berkelakar tentang perbaikan pintu air di Kabupaten Lamongan. Penyebab banjir yang terjadi hingga 6 bulan di Lamongan disebut lantaran pintu air buatan Kolonial Belanda di daerah itu mengalami kebocoran.
Dirinya mengklaim, banjir di Lamongan bisa tertatasi lantaran persoalan utamanya berhasil teratasi. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim bersama Pemkab Lamongan disebut berbagi tugas mengatasi banjir.
Saat itu, perbaikan pintu air beserta pompanya menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Jawa Timur. Sebab, APBD Kabupaten Lamongan disebut tidak mampu mengakomodirnya.
“Saya sampaikan ke bupati Lamongan. Yang ini akan dikerjakan pemprov. Yang lain jenengan yang mengerjakan," papar ibu empat anak itu.
Menurut Khofifah, persoalan banjir di Jawa Timur tidak bisa digeneralisasi. Sebab, setiap daerah, penyebabnya berbeda. Namun diakuinya, sebagian besar banjir di Jawa Timur disebabkan pendangkalan sungai.
“Intinya, harus dilihat spesifikasinya. Tidak bisa digeneralisir. Sebagian besar karena pendangkalan,” tutup wanita 59 tahun itu. (*)
Editor: Ali Wafa
What's Your Reaction?