Asia Hadapi Kerusakan Parah akibat Krisis Iklim

negara-negara di Asia akan menghadapi kerusakan akibat krisis iklim yang lebih parah dibandingkan dengan wilayah lain

31 Oct 2024 - 19:04
Asia Hadapi Kerusakan Parah akibat Krisis Iklim
Seorang wanita India minum air sambil menunggu bus di panas yang terik di Kota Mumbai. (Foto: AP/AP)

Suarajatimpost.com - Laporan dari Asian Development Bank menunjukkan bahwa negara-negara di Asia akan menghadapi kerusakan akibat krisis iklim yang lebih parah dibandingkan dengan wilayah lain. Selain itu, mereka juga akan mengalami kekurangan dana untuk pemulihan dan adaptasi terhadap perubahan iklim serta peningkatan frekuensi bencana alam. 

Dilansir dari AP pada Kamis (31/10/2024), laporan tersebut memperkirakan bahwa negara-negara berkembang di Asia membutuhkan dana antara US$ 102 miliar hingga US$ 431 miliar per tahun untuk menghadapi perubahan iklim. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan US$ 34 miliar yang dialokasikan pada 2021-2022.

Asia menyumbang hampir setengah dari emisi global pada tahun 2021. Meskipun emisi per kapita di kawasan ini lebih rendah daripada di Eropa dan Amerika Utara, Asia adalah kawasan dengan populasi terpadat, mencakup sekitar 70 persen dari total penduduk dunia. 

Sebagian besar negara di Asia telah meratifikasi perjanjian perubahan iklim dan mengajukan rencana nasional untuk mengurangi emisi karbon. Namun, banyak dari mereka yang belum mengambil langkah konkret untuk mencapai target emisi karbon net zero.

Laporan itu juga mencatat bahwa laju kenaikan permukaan laut di Asia-Pasifik mencapai dua kali lipat dari rata-rata global, dengan sekitar 300 juta penduduk berisiko terkena banjir pesisir jika es di Antartika mencair. Negara-negara seperti Tiongkok, India, Bangladesh, dan Vietnam berisiko mengalami kerugian hingga US$ 3 triliun setiap tahun akibat badai.

Di sisi lain, peningkatan suhu berdampak pada produktivitas dan kesehatan tenaga kerja. Dalam skenario emisi tinggi, produk domestik bruto kawasan ini dapat turun hingga 17 persen pada tahun 2070. Selain itu, situasi ini juga dapat meningkatkan intensitas siklon dan badai tropis.

Analisis menunjukkan bahwa tanpa tindakan untuk mengatasi perubahan iklim, angka kemiskinan bisa meningkat antara 64 persen hingga 117 persen pada tahun 2030. Negara-negara seperti Bangladesh, Vietnam, dan India diperkirakan akan mengalami dampak terburuk.

Kerugian terbesar diharapkan berasal dari penurunan produktivitas, diikuti oleh sektor perikanan, banjir, dan pertanian. 

Laporan tersebut menekankan, “Dampak dari perubahan iklim sudah tidak terelakkan, maka diperlukan respons kebijakan yang lebih kuat untuk meminimalkan risiko dan kerugian.” (**)

sumber: beritasatu.com

Editor: Ali Wafa

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow